Keesokan harinya waktunya Abrisam pergi ke Yogyakarta. Abrisam pergi ke stasiun kereta api dengan menggunakan taksi online. Ternyata pengemudi taksi online yang Abrisam pesan adalah Kamal. Sebelum pergi Abrisam berpamitan dulu dengan keluarganya. Kamal berdiri di samping mobil menunggu Abrisam yang sedang berpamitan dengan keluarganya.
“Alika. Nurut sama nenek dan tante, ya!” pesan Abrisam kepada Alika.
“Iya, Papa,” jawab Alika.
Kemudian Abrisam memeluk putrinya.
“Papah sayang sama Alika,” kata Abrisam sambil mengusap punggung Alika.
“Alika juga cayang Papa,” jawab Alika.
Abrisam mencium pipi putrinya lalu mengusap kepala Alika.
Kemudian Abrisam beralih kepada Akmal.
“Bang. Om titip nenek dan Alika,” kata Abrisam kepada Akmal.
“Baik, Om,” jawab Akmal.
Lalu Akmal mencium tangan Abrisam. Abrisam tersenyum sambil mengusap kepala Akmal. Kamal memperhatikan kedekatan Abrisam dengan Akmal.
Kemudian Abrisam beralih kepada Ibu Farida dan mencium tangan Ibu Farida.
“Abri berangkat, Bu,” pamit Abrisam.
“Hati-hati di jalan,” pesan Ibu Farida.
“Iya, Bu,” jawab Abrisam.
Abrisam beralih kepada Jihan.
“Saya berangkat, ya. Saya titip Ibu dan Alika,” kata Abrisam kepada Jihan.
“Baik, Pak,” jawab Jihan.
Kemudian Abrisam menuju ke taksi.
“Berangkat sekarang, Pak?” tanya Kamal kepada Abrisam.
“Iya,” jawab Abrisam.
Kamal dan Abrisam masuk ke dalam mobil. Alika dan Akmal melambaikan tangan kepada Abrisam.
“Dadah, Papa,” kata Alika.
“Dadah, Om. Dadah, Ayah,” kata Akmal.
Mobilpun meluncur meninggalkan rumah Ibu Farida.
***
Selama masa pelatihan Abrisam selalu menyempatkan diri untuk video call dengan Ibu Farida dan Alika. Abrisam melakukan video call pagi-pagi sebelum sarapan. Karena Abrisam hanya punya waktu pagi-pagi sekali. Sedangkan setelah sarapan abrisam harus mengikuti pelatihan hingga malam hari.
“Papa kapan pulang?” tanya Alika dengan manja ketika Abrisam sedang video call.
“Masih lama,” jawab Abrisam.
“Alika mau apa?” tanya Abrisam.
“Alika mau jalan-jalan,” jawab Alika.
“Jalan-jalannya sama nenek dan tante. Sekalian ajak Bang Akmal,” kata Abrisam.
“Tapi Alika jalan-jalannya mau naik mobil Papa,” ujar Alika.
“Sabar, ya. Nanti kalau Papah sudah pulang kita jalan-jalan,” kata Abrisam.
Alika cemberut ketika mendengar jawaban Abrisam.
“Tante Jihan mana?” tanya Abrisam kepada Alika.
“Ada. Lagi bantu Bi Icah di dapul,” jawab Alika.
“Tolong panggilkan Tante Jihan. Papa mau bicara,” kata Abrisam.
Alika membawa ponsel milik Ibu Farida ke dapur.
“Mama, papa mau bicala cama Mama,” kata Alika.
Alika memberikan ponsel Ibu Farida kepada Jihan.
“Pegang dulu sama Alika. Tante mau cuci tangan dulu,” kata Jihan.
Jihan menghentikan kegiatan memasaknya, lalu cuci tangan. Setelah itu ia mengambil ponsel dari tangan Alika. Ia memegang ponsel di depan wajahnya. Terlihat wajah Abrisam di layar ponsel.
“Assalamualaikum, Pak,” ucap Jihan.
“Waalaikumsalam,” jawab Abrisam.
Abrisam melihat Jihan memakai baju yang biasa Jihan pakai setiap pagii yaitu daster panjang dan kerudung instant. Ciri khas ibu-ibu rumah tangga.
“Bagaimana dengan mobil? Apakah ada kendala?” tanya Abrisam.
“Tidak ada, Pak,” jawab Jihan.
“Bagus, kalau tidak ada. Kalau ada kendala dengan mobil, langsung bilang ke Ibu. Biar nanti dipanggilkan montir,” kata Abrisam.
“Baiklah, Pak,” jawab Jihan.
“Hari ini sudah dipanaskan belum mesin mobilnya?” tanya Abrisam.
“Sudah, Pak. Setelah sholat subuh,” jawab Jihan.
“Loh, kenapa pagi-pagi sekali?” tanya Abrisam.
“Mumpung Alika masih tidur, Pak,” jawab Jihan.
“Iya iya, saya mengerti,” kata Abrisam.
Kalau bangun tidur Alika sangat manja sekali pada Jihan. Sehingga Jihan kesulitan untuk melakukan pekerjaan yang lain. Kalau dinanti-nanti Jihan pasti lupa kalau harus memanaskan mesin mobil.
“Ya sudah, saya mau bicara lagi dengan Alika,” kata Abrisam.
Jihan memberikan ponsel kepada Alika. Kemudian Jihan melanjutkan pekerjaannya.
***
Tak terasa sudah dua minggu berlalu, masa pelatihan Abrisam berakhir. Abrisam kembali ke rumahnya.
Abrisam turun dari taksi convensional sambil membawa koper dan kantong plastik besar.
“Assalamualaikum,” ucap Abrisam ketika masuk ke dalam halaman rumahnya.
“Papa,” terdengar suara teriakan Alika dari dalam rumah.
Alika berlari keluar rumah menghampiri ayahnya.
Abrisam meletakkan kopernya. Kemudian Abrisam berlutut dan merentangkan kedua tangannya. Bersiap untuk menyambut Alika yang berlari menghampirinya. Alika langsung menabrakkan dirinya ke tubuh ayahnya. Abrisam memeluk Alika.
“Apa kabar anak Papah?” tanya Abrisam sambil mengusap punggung putrinya.
“Kenapa Papa pelginya lama?” tanya Alika di dalam pelukan Abrisam.
“Papah harus menjalankan tugas dari kantor,” jawab Abrisam.
Alika terus saja memeluk Abrisam, terpaksa Abrisam harus menggendong Alika.
“Sekarang anak Papah sudah besar. Badannya tambah berat,” kata Abrisam ketika menggendong Alika.
Akmal menghampiri Abrisam.
“Eh, ada Abang,” kata Abrisam.
“Apa kabar, Bang?” tanya Abrisam.
“Baik, Om,” jawab Akmal.
Akmal mencium tangan Abrisam, lalu membawa koper Abrisam yang tergeletak di depan garasi.
Arisam menoleh ke Akmal.
“Jangan, Bang! Koper Om berat sekali. Abang tidak akan kuat menariknya. Biarkan saja di situ, nanti Om yang bawa!” kata Abrisam.
Jihan datang menghampiri mereka.
“Biar bunda yang bawa koper Pak Abri. Abang bawa plastik saja,” kata Jihan kepada Akmal.
Jihan menarik koper Abrisam, sedangkan Akmal membawa plastik yang berisi oleh-oleh. Mereka semua masuk ke dalam rumah.
Abrisam duduk di sofa, Alika masih mengalungkan tangannya di leher Abrisam.
“Terima kasih, Bang,” ucap Abrisam melihat Akmal membawakan plastik yang berisi oleh-oleh.
“Papah punya oleh-oleh untuk Alika,” kata Abrisam kepada Alika.
Langsung Alika melepaskan tangannya.
“Mana?” tanya Alika.
“Tuh, yang di dalam plastik,” jawab Abrisam sambil menunjuk ke plastik yang berada di atas meja.
Alika langsung turun dari pangkuan papahnya dan membuka plastik yang berada di atas meja.
“Jangan diacak! Itu untuk semua orang,” kata Abrisam.
Di dalam plastik itu terdapat berbagai macam camilan khas Yogyakarta. Alika membuka kotak kue satu persatu dan mengambil isinya satu persatu. Ia juga memberikan kepada kepada Akmal. Kedua anak itu asyik menyicipi kue satu persatu.
Abrisam mencari kopernya.
“Dimana koper saya?” tanya Abrisam kepada Jihan.
“Saya taruh di kamar Bapak,” jawab Jihan.
Abrisam beranjak ke kamarnya. Tak lama kemudian ia membawa beberapa plastik di tangannya.
“Apa itu, Bri?” tanya Ibu Farida.
“Oleh-oleh, Bu,” jawab Abrisam.
“Banyak sekali,” ujar Ibu Farida.
“Ini untuk semua orang di rumah ini,” jawab Abrisam.
“Bukankah kamu sibuk pelatihan? Tapi kenapa kamu sempat membeli oleh-oleh?” tanya Ibu Farida.
“Kebetulan di sebelah hotel ada butik dan toko oleh-oleh. Jadi Abri beli oleh-oleh di situ saja,” jawab Abrisam.
Abrisam melihat isi plastik satu persatu.
“Ini untuk Abang Akmal,” kata Abrisam dan memberikan plasik kepada Akmal.
“Alhamdullilah. Terima kasih, Om,” ucap Akmal ketika menerima plastik yang diberikan Abrisam.
“Untuk Alika mana?” tanya Alika.
“Ini untuk Alika,” Abrisam memberikan plastik kepada Alika.
“Telima kacii, Papa,” ucap Alika.
Alika melihat isi plastik.
“Jihan, tolong berikan ini kepada Bi Isah dan Mimin,” Abrisam memberikan dua buah plastik kepada Jihan.
“Baik, Pak,” jawab Jihan.
Jihan membawa kedua plastik itu ke dapur. Tak lama kemudian ia kembali lagi ke ruang keluarga. Di belakang Jihan ada Bi Isah dan Mimin.
“Terima kasih oleh-olehnya, Pak Abri,” ucap Bi Isah dan Mimin.
“Sama-sama Bi Isah-Mimin,” jawab Abrisam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Sandisalbiah
wah.. oleh² utk kita ada gak pak Anto..? 🤭🤭
2023-11-03
1
Devi Sihotang
kapan nih abri nya ke semsem sm jihan thor...hihihi
2023-08-08
1
Yani
Bang Akmal dapet oleh" juga
2022-11-15
1