“Ayah Akmal memiliki wanita lain. Saya sering memergoki mereka sedang berduaan,” jawab Jihan.
Tiba-tiba Alika menghampiri Jihan sambil membawa buku dan perlihatkan hasil coretanya kepada Jihan.
“Mama, bagus nga?” tanya Alika kepada Jihan.
“Bagus, Allika pintar,” jawab Jihan sambil mengusap rambut Alika.
Mendengar pujian bundanya kepada Alika, Akmal langsung bangun dan menghampiri Alika.
“Coba Abang lihat,” kata Akmal.
Alika memperlihatkan hasil kreasinya.
“Kok, acak-acakan?” tanya Akmal melihat bukunya dicorat-coret.
“Abang, biarkan saja. Alika masih belajar. Dulu juga Abang sama seperti Alika,” jawab Jihan memberi pengertian kepada Akmal.
“Nanti Abang ajari cara mewarnai. Sekarang Abang mau menyelesaikan PR,” ujar Akmal.
Akmal melanjutkan membuat PR, sedangkan Alika melanjutkan mencorat-coret buku mewarnai.
Ketika Akmal dan Alika asyik dengan kegiatan mereka, Ibu Farida melanjutkan pembicaraannya.
“Bagaimana caranya kamu memenuhi kebutuhanmu dan Akmal?” tanya Ibu Farida.
“Saya membuat kue dan dititipkan di warung dan toko kue,” jawab Jihan.
“Apa cukup untuk kebutuhan kalian berdua? Apalagi Akmal sekarang sudah sekolah,” tanya Ibu Farida.
“Alhamdullilah cukup, Bu. Kalau untuk sekolah Akmal saya dibantu oleh Ibu Wenti,” jawab Jihan.
“Apa ayah Akmal tidak pernah memberikan nafkah untuk Akmal?” tanya Ibu Farida.
“Dulu ayah Akmal suka mengirimkan uang untuk Akmal. Namun sekarang tidak lagi,” jawab Jihan.
“Astagfirullahaladzim. Apa karena tergoda wanita lain sampai lupa anak sendiri?” tanya Ibu Farida.
“Ayah Akmal diberhentikan dari kepolisian dengan tidak hormat. Karena tertangkap sedang pesta narkooba dengan teman wanitanya. Sekarang ayah Akmal di penjara. Sedangkan teman wanitanya hanya direhabilitasi,” jawab Jihan.
“Astagfirullahaladzim. Dia membuang berlian hanya untuk mendapatkan batu kerikil,” ucap Ibu Farida.
“Mungkin itu yang terbaik untuk ayah Akmal. Agar dia menyadari kesalahannya,” ujar Jihan.
“Benar, mungkin itu hukuman yang harus ia terima,” kata Ibu Farida.
“Maaf ya, Ibu tidak bermaksud mengorek luka lamamu,” ucap Ibu Farida.
“Tidak apa-apa, Bu,” jawab Jihan.
Bi Isah datang menghampiri mereka.
“Bu, makanannya sudah siap,” kata bi Isah.
“Iya, terima kasih, Bi,” jawab Ibu Farida.
“Sekarang kita makan dulu,” kata Ibu Farida kepada Jihan.
“Tidak usah, Bu. Saya makan di rumah saja,” Jihan menolak dengan halus.
“Tidak apa-apa, makan di sini saja. Kasihan Akmal, ia pasti sudah lapar. Lagipula bi Isah masak banyak,” kata Ibu Farida.
“Sebentar, Ibu mau panggil Abrisam dulu,” kata Ibu Farida.
Ibu Farida masuk ke ruang kerja Abrisam. Beberapa menit kemudian Ibu Farida keluar bersama dengan Abrisam. Abrisam berjalan menuju ke meja makan.
“Ayo kita makan dulu,” Ibu Farida mengajak Jihan dan Akmal.
“Bang, simpan dulu PR nya. Nanti lagi diteruskan,” kata Ibu Farida kepada Akmal.
Akmal meletakkan piinsilnya dan menoleh kepada Jihan. Seolah ia minta persetujuan dari bundanya. Jihan menjawab dengan mengangguk. Dengan ragu mereka mendekati meja makan. Meninggalkan Alika yang sedang asyik mencoret-coret buku.
“Ayo sini, Bang. Jangan malu-malu,” kata Ibu Farida.
Akhirnya mereka duduk di meja makan.
“Kamu makan dulu. Alika nanti saja makannya. Dia sedang anteng mencorat coret,” ujar Ibu Farida kepada Jihan.
Melihat semua orang sedang berada di meja makan, Alika langsung menghampiri meja makan.
“Alika mau makan cama Mama,” kata Alika yang berdiri di sebelah meja makan.
“Sini Alika duduk di sebelah Tante,” kata Jihan.
Alika mendekati kursi kosong yang berada di sebelah Jihan. Kemudian Jihan mengangkat badan Alika dan ditaruh di kursi di sebelahnya. Jihan mengambilkan makanan untu Alika dan Akmal, lalu ia menyuapi keduanya. Sebetulnya Akmal sudah bisa makan sendiri. Tapi karena ini di rumah orang lain Jihan takut Akmal makan dengan berantakan.
Ibu Farida dan Abrisam memperhatikan Jihan yang sedang menyuapi Akmal dan Alika.
“Jihan, kamu sekalian makan juga,” kata Ibu Farida.
“Nanti, Bu. Saya nyuapi Alika dan Akmal dulu,” jawab Jihan.
Akhirnya Akmal dan Alika sudah kenyang, mereka kembali ke ruang keluarga. Tinggal Jihan dan Ibu Farida yang masih di meja makan. Sedangkan Abrisam sudah menuju ke kamarnya yang berada di lantai atas untuk sholat dzuhur.
Ibu Farida menemani Jihan yang sedang makan. Ia memperhatikan Jihan yang hanya makan sedikit.
“Kenapa makannya sedikit sekali? Ayo tambah lagi. Ini masih banyak,” kata Ibu Farida yang menunjuk ke makanan yang berada di atas meja.
“Terima kasih, Bu. Ini juga sudah banyak,” jawab Jihan.
“Ibu mau sholat dulu. Kalau kamu mau sholat, di mushola ada mukena,” kata Ibu Farida kepada Jihan.
“Itu musholanya,” Ibu Farida menunjuk ke arah mushola.
Jihan menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Ibu Farida.
“Iya, Bu,” jawab Jihan.
“Ibu tinggal dulu, ya,” Ibu Farida beranjak dari kursi makan lalu menuju ke kamarnya yang berada di lantai dasar.
Setelah selesai makan Jihan membawa piring bekas makannya ke dapur.
“Teh, taruh saja piringnya di situ. Biar nanti saya cuci,” kata bi Isah yang sedang mengelap kompor.
“Nggak apa-apa, Bi. Saya sekalian cuci tangan,” jawab Jihan.
Setelah selesai mencuci piring Jihan menghampiri Akmal yang sedang mengajarkan Alika mewarnai.
“Bang, kita sholat dulu,” kata Jihan kepada Akmal.
Akmal menaruh pinsil warna di tempatnya.
“Abang sholat dulu, ya,” kata Akmal kepada Alika.
Akmal langsung bangkit dan menghampiri bundanya.
“Alika tunggu di sini. Tante dan Abang mau sholat dulu,” kata Jihan kepada Alika.
“Alika mau ikut,” jawab Alika.
Alika meninggalkan pinsil warna dan buku mewarnai. Lalu ia menghampiri Jihan dan Akmal. Mereka menuju ke kamar mandi untuk berwudhu.
Alika memperhatikan Jihan dan Akmal ketika sedang berwudhu. Setelah itu mereka keluar dari kamar mandi menuju ke mushola.
Ketika Akmal dan Jihan sedang sholat, Alika mengikuti gerakan mereka dari belakang. Tanpa sengaja Abrisam melewati mushola, ia melihat Alika sedang mengikuti gerakan sholat Jihan. Abrisam menghela nafas. Putrinya benar-benar kehilangan sosok ibu. Kemudian ia berlalu dari mushola.
Setelah selesai sholat Akmal menciun tangan Jihan dan Alika juga ikut mencium tangan Jihan.
“Abang sudah selesai membuat PR?” tanya Jihan kepada Akmal.
“Sudah, Bunda,” jawab Akmal.
“Bereskan lagi buku-bukunya. Jangan sampai ada yang ketinggalan,” kata Jihan kepada Akmal.
“Tapi Abang mau mengajarkan Alika mewarnai,” jawab Akmal.
“Iya boleh. Tapi buku-buku sekolahnya dimasukkan lagi ke tas,” kata Jihan.
“Iya, Bunda,” jawab Akmal.
Akmal langsung berdiri.
“Kita mewarnai lagi, yuk,” kata Akmal kepada Alika.
“Ayu,” jawab Alika.
Lalu mereka meninggalkan mushola menuju ke ruang keluarga untuk melanjutkan mewarnai gambar. Setelah Jihan melipat mukenah, ia menghampiri Alika dan Akmal.
Beberapa menit berlalu Alika sudah terlihat mengantuk. Ia mulai menggosok-gosok matanya.
“Alika sudah ngantuk?” tanya Jihan.
“Alika mau cucu,” jawab Alika.
“Sebentar Tante ambilkan,” jawab Jihan.
Jihan berjalan menuju ke dapur untuk menanyakan susu Alika kepada bi Isah. Namun ia bertemu dengan Ibu Farida yang beru keluar dari kamarnya.
“Bu, Alika minta susu,” kata Jihan kepada Ibu Farida.
“Sebentar, Ibu buatkan,” jawab Ibu Farida.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Sandisalbiah
tapi jarang loh mantan menantu malah di tahan oleh mantan mertua biar tetap tinggal bersama, mungkin keberadaan Akmal menjadi pertimbangan mereka, di tambah dlm kasus bubarnya rumah tangga Jihan ini yg bersalah adalah putra mereka kan..?
2023-11-03
1
Sulaiman Efendy
MAMPUS TU AYAH AKMAL, IKUT JEJAK SI SAMBO KE PENJARA..
2023-04-17
1
Sulaiman Efendy
BIASA TU, APARAT ANAK BUAH FREDY SAMBO... BNYK TU APARAT2 YG SELINGKUH, BAIK SSAMA APARAT, ATAU PN MKN ISTRI TEMAN SEJAWAT, ATAU ISTRI MASYARAKAT SIPIL.. BHKN SAMPE VIRAL, ADA YG SAMPE DIGREBEK SUAMINYA DITEMANI REKAN APARAT & PROVOST... PAS DI GREBEK BRU SELESAI ENAK2, YG LKI2 APARAT PRWIRA MSH BUGIL DIBLIK SELIMUT, SDGKN WANITA YG JG APARAT BINTARA BRU MAU PKE HANDUK BUAT K KAMAR MANDI.. BETAPA PEDIH TU SI SUAMI YG JUGA APARAT LIAT DGN MATA KPALA SNDIRI SI ISTRI SELINGKUH DGN KK ANGKATAN SECABA NYA..
2023-04-17
1