Flashback di rumah Rendi.
“Astgahfirulloh, Rendi...,” ucap Ummi lirih.
Ummi langsung terduduk lemas mendengar kata maaf dari Rendi, dadanya bergetar menahan marah ke anak laki- laki, satu- satunya ini. Ummi tidak tahu bagaimana lagi menasehati Rendi. Dan seketika itu Ummi meneteskan air matanya.
Bagi seorang ibu, yang merasa berupaya melakukan dan mengarahkan putranya kepada jalan yang benar, tapi tidak dipatuhi dan dibohongi adalah sebuah penghianatan yang amat menyakitkan. Dunia Ummi pun terasa runtuh.
Rendi adalah putra harapan besar Ummi penerus Abi Yusuf. Yang kelak memimpin pesantren. Menjadi suri tauladan untuk adik- adiknya juga murid- murid Abi. Tapi semakin lama sikap Rendi semakin memupuskan harapan Ummi.
Rendi satu- satunya anak yang menolak mengurus Pesantren ayahnya dan selalu beralasan ingin mencari pengalaman hidup di luar.
Ummi memilihkan Rendi jodoh, sebab sejak Rendi usia 25 tahun, Ummi dan Abinya meminta Rendi membawa pilihanya, tapi tak kunjung ada. Dia selalu beralasan sibuk mengejar impian dunianya.
Pernah ada teman kuliah yang Rendi ajukan, tapi itu sangat tidak sesuai kriteria Ummi. Memang perempuan itu hebat, mempunyai perusahaan bahkan punya stasiun televisi dan cantik. Tapi berpakaian terbuka, minum wine, juga tidak menyukai kehidupan pesantren. Dia bernama Valen.
Ummi pun sangat bahagia, saat Abi, Baba dan Farid saudaranya sepakat menjodohkan Rendi dengan Jingga. Apalagi Rendi bersedia dan keluarga Baba yang terkenal baik. Sayangnya itupun tak berakhir baik.
Nila adalah harapan besar agar Ummi segera melihat Rendi hidup dengan baik, membina rumah tangga dan kelak bersedia pulang membangun pesantrennya bersama adik- adik Rendi. Apalagi sekarang sudah menginjak 33 tahun.
Ummi menyaksikan sendiri bagaimana terujinya Nila, baik dari hati, fisik, pikiran dan kebiasaan. Nila adalah sesosok perempuan sempurna. Usia tak menjadi masalah bagi Ummi. Bagi Ummi, Rendi sangat bodoh menyia- nyiakan Nila.
Rendi pun menundukan kepala.
“Kenapa dia bisa pergi? Apa kamu tidak mencegahnya?” tanya Ummi menatap Rendi dengan suara paraunya.
“Jingga jemput ke sini!” jawab Rendi singkat.
“Hoooh!” Ummi pun langsung memegang kepalanya.
Kalau keluarga Nila sudah ada yang tahu kelakuan Rendi, ini ancaman bagi Ummi.
“Di kehidupan seperti sekarang, perempuan seperti Nila adalah permata, Akbar. Dalam menikah dan mengarungi bahtera rumah tangga juga, menjadi orang tua, itu tidak hanya cinta dan pendidikan tinggi yang kamu butuhkan! Pondasi agama yang kuat, kepribadian yang matang juga penting. Kamu akan menyesal menyianyiakan Nila!” tutur Ummi dengan berlinangan air mata.
Ummi sudah sangat bosan menasehati Rendi setiap bulan agar pulang menyapa Nila dan atau sekadar datang ke acara santri. Rendi selalu beralasan sibuk. Giliran Rendi pulang selalu saat acara pondok padat.
Dan Saat Umi berusaha meminta Nila pulang Rendi pasti pamit pergi seperti kucing- kucingan. Bahkan Rendi seperti lebih tahu jadwal Nila.
Sekarang sudah bertemu bahkan sudah satu kamar. Sebelum Ummi pulang juga Rendi mengangkat Nila, harapan Ummi melambung tinggi mereka akan dekat. Tapi harapan Ummi dihempaskan secara kasar. Ummi pun putus asa.
Rendi tersentak, lehernya terasa tercekik melihat ibu yang dia hormati menitikan air mata dan berbicara dengan nada sangat marah. Rendi tidak menjawab perkataan Ummi.
“Apa yang kamu lakukan sampai Nila meminta jemput Kakakknya? Hah!” tanya Ummi lagi.
Rendi masih menunduk, dia masih merasa benar. Rendi juga enggan mengakui kesalahanya.
“Tidak ada, Rendi tidak melakukan apapun, kok!” jawab Rendi singkat.
“Tidak mungkin! Nila begitu patuh bersedia pulang ke ke sini daripada ke rumah orang tuanya. Tidak mungkin dia pergi begitu saja! Dia bukan gadis pembangkang apalagi lancang!” sanggah Ummi tegas tidak percaya Rendi.
Rendi menelan ludahnya, dan dahinya mendadak keringetan terpojok.
“Apa yang kamu katakan kepadanya? Kamu pasti menyakitinya kan?” tanya Ummi lagi.
Rendi masih menunduk, jakunya terlihat turun naik karena gelisah. Walau mulutnya enggan berkata, tapi Rendi cukup menyesal saat dengar Oma juga sakit karena mendengar kecerobohanya.
“Jawab Ummi!” bentak Ummi lagi masih sangat kecewa ke Putranya.
Rendi masih diam.
“Kalau kamu tidak mau mengakuinya, baiklah, jangan panggil Ummi, Ummimu lagi, hiduplah sesukamu dan jangan menjadi bagian dari Bambu Teduh lagi!” tutur Ummi dengan nada gemetar saking geregetan ke Rendi.
Tentu saja, Rendi yang berpendidikan hal itu membuatnya takut. Walau bagaimanapun dan sampai kapanpun, Ibu adalah pintu surga baginya. Rendi pun langsung mengangkat wajahnya kaget.
“Ummi... kenapa Ummi berkata begitu? Aku putramu!” tutur Rendi.
“Kalau begitu, jawab pertanyaan Ummi! Apa yang kamu katakan dan lakukan terhadapnya?” pinta Ummi lagi.
“Rendi tidak berniat menceraikanya Ummi!” celetuk Rendi akhirnya.
“Apa maksudmu?” tanya Ummi tidak paham, kenapa bahas kata cerai.
“Rendi tidak sengaja reunian dengan teman- teman Rendi. Rendi hanya tidak mau dikatakan pedo fil dan tidak menghargai perempuan karena menikahi anak sekolah. Saat perkenalan dengan teman- teman dan ditanya pasangan Rendi berkata Rendi masih sendiri. Dan Itu didengar Oma!” tutur Rendi akhirnya bercerita dengan wajah bersalahnya.
“Hoooh, astaghfirulloh, Akbar.., kamu keterlaluan!” ucap Ummi lagi menghela nafasnya sembari memijat keningnya lagi.
Rendi yang terhakimi hanya diam.
“Jadi Ummi sakit karena kamu? Pantas Oma tidak bersedia kamu menjenguknya? Hah, ummi malu sekali! Dimana perasaanmu, Nak? Dimana hati dan otakmu?” gumam Ummi mengelus dadanya.
Rendi hanya mengeratkan rahangnya. Baginya tindakanya cukup beralasan.
“Akbar malu Ummi! Perjodohan itu sangat kolot!” celetuk Rendi lagi.
“Plak!" satu tamparan pun melayang, karena saking geramnya Ummi ke Rendi.
“Ummi!” pekik Rendi sangat tidak terima, dia sudah dewasa tapi Umminya bertindak kasar, padahal Ummi adalah sesosok Nyai yang terkenal halus dan disegani banyak orang.
“Ummi dan Abi sudah memberimu kesempatan untuk memilih istrimu sendiri. Kamu menjalani perjodohan ini dengan keadaan sadar dan tanpa paksaan. Lalu kamu mau menyalahkan Ummi karena menjodohkanmu? Seharusnya kamu bertanggung jawab atas tindakan yang kamu lakukan!” tutut Ummi sangat gemas ke Putranya.
Seharusnya Rendi bisa berfikir matang. Bukan benar menurut dirimya sendiri.
Rendi pun kembali terdiam. Iya, saat bersama Jingga dulu, memang Rendi sangat antusias dan bersedia dijodohkan.
Saat bersama Nila pun, Rendi mengiyakan setelah melalui proses berfiikir, salah satunya, berfikir dengan niat balas dendam. Salah Rendi sendiri memang menyetujuinya.
“Kalau memang alasanmu karena malu dikatakan pedofil, mana letak pedofilmu? Nila sudah mempunyai KTP. Kamu bisa mengatakan ke teman- temanmu bahwa dia calon istrimu dan akan segera dilaksanakan pernikahan atau apapun itu. Tapi bukan meniadakan Nila, tentu saja Oma sakit hati! Nila adalah anak yang berharga di keluarga mereka. Kamu seharusnya mengerti itu!” tutur Ummi lagi.
Rendi masih diam memikirkan kesalahanya.
“Kalau kamu memang tidak berniat menceraikan, kenapa kamu tidak mencegahnya pergi? Apa kamu sudah meminta maaf?” tanya Ummi lagi.
“Sudah, tapi belum dibalas!” jawab Rendi enteng.
Ummi pun mendelik membulatkan matanya mendengar jawaban Rendi, rasanya ingin memukul Rendi lagi tapi Rendi juga sudah dewasa. Tak pantas pula Ummi marah- marah. terus dengan kekerasan.
“Dibalas? Kamu minta maaf lewat apa memangnya?” tanya Ummi.
Rendi pun menelan ludahnya malu dan terpojok. Saat ada Jingga, Rendi memang sama sekali tidak mencegah Nila pergi apalagi meminta maaf. Saat Nila memintanya keterangan dan bicara baik- baik, Rendi juga mempersilahkan Nila begitu saja. Ya Rendi memang salah.
“Kamu salah besar Rendi. Cepat perbaiki kesalahanmu. Mendustakan atau meniadakan pernikahan bisa jatuh cerai. Janngan sampai kamu menyesal Rendi! Kalau memang tidak ada niat bercerai. Minta maaflah sekarang. Bukan hanya ke Nila atau Jingga, tapi ke seluruh keluarganya!” ucap Ummi kemudian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 255 Episodes
Comments
Nila
👍👍💪💪
2023-07-19
0
Ida Blado
putra laki laki,,, jelas putra itu laki2,,, aneh bgt kmu thor
2023-04-17
0
MeiSudarmini Soegi
mungkin dalam benak seseorang adalah hak melakukan segala sesuatu sesuai kehendak
padahal tanpa diminta apapun yang dilakukan membawa nama keluarga
2023-02-08
1