Rendi menelan ludahnya, terselip rasa sakit dalam relung hatinya melihat gadis mungil di depanya yang berstatus sebagai istrinya itu menangis menampakan mata bening dan tulusnya.
"Ehm...be.. berani sekali kamu memintaku cerai!" ucap Rendi gelagapan.
"Aku tidak meminta cerai darimu Mas. Aku ingin menegaskan, apa niat hatimu mengatakan pada teman - teman Mas kalau Mas masih sendiri? Pernikahan kita memang tidak dirayakan? Tapi Mas menikahiku dengan sadar, apa niatmu mengatakan itu? Apa kamu menafikkan pernikahan kita dan memang hatimu tak bisa menerimaku?'" tanya Nila lagi.
Rendy semakin tidak menjawab, Rendi tidak menyanyka Nila seberani ini
Sebenarnya menghadapi gadis yang jauh lebih muda mengejar dan mengungkapkan cinta pada Rendi sudah bukan hal yang baru lagi, sebab banyak mahasiswinya yang diam- diam ata bahkan terang- terangan mengungkapkan cinta dan mendekatinya.
Tidak jarang dari mereka yang cantik, juga berasal dari keluarga kaya. Hanya saja bagi Rendi tetap saja mereka tak ada yang bisa membuatnya tertantang. Rendi malah bosan disukai dan dikejar- kejar perempuan.
Hanya Jingga yang selalu ketus dan berani padanya.
Awalnya Rendi menganggap Nila tak jauh berbeda dengan mahasiswi yang mengejarnya. Apalagi saat dulu tahu, Nila langsung menerima perjodohan dan tidak ada syarat atau penolakan sedikitpun.
Alasan Nila hanya ingin membahagiakan Babanya bagi Rendi adalah hal yang sangat naif.
Rendi dengan percaya diri Nila pasti menerima karena dia tampan dan banyak kelebihan. Rendi mengira Nila abg yang baru puber dan jatuh cinta karena rupa Rendi. Rendi memang dengar dari Umminya kalau Nila menyimpan rasa pada Rendi.
Tapi sekarang di hadapanya, Nila berani memintanya berpisah, meminta kejelasan statusnya tanpa takut kehilangan. Ucapan Nila membuat Rendi tak berharga, Rendi juga menunjukan kesalahanya, cukup menukiknya dan membuatnya malu.
“Kenapa Mas Rendi tidak menjawab? Kenapa Mas mengatakan Mas masih sendiri?"
"Ya apa urusanmu sih? Kan kita memang bukan resepsi? Belum ada bukti kita menikah?"
"Hanya itu? Kata Oma di sana ada banyak orang juga perempuan!" tanya Nila lagi.
"Sama sekali tidak Mas. Aku hanya memastikan apa niatmu? Aku tidak mau salah dan menyesal lagi. Kalau memang selama tiga tahun ini hatimu masih tertutup untukku dan mendustakan pernikahan kita. Maka tegakan apa keinginanmu Mas!" ucap Nila lagi.
“Mudah sekali kamu meminta cerai, kamu tidak tahu seberapa banyak dan besar dosa istri meminta cerai ke suami? Hah? Jadi kamu menganggap pernikahan ini lelucon, nikah itu beda dengan pacaran!” jawab Rendi lagi malah memutar balikan fakta dan mengira Nila yang belum paham terhadap hukum pernikahan.
Nila kemudian menarik bibirnya tersenyum getir, Rendi tidak mengaca dan menjadi maling yang teriak maling.
Nila tersenyum sangat anggun dan dewasa saat tersenyum begitu, dan tanpa Rendi sadari, ketidak berdayaan Rendi tidak bisa mengucapkan kata iya untuk bercerai karena tersihir akan kecantikan Nila.
“Justru karena Nila sangat menghargai dan menjunjung tinggi nilai pernikahan Mas, Nila mengatakan ini. Seharusnya sebagai laki- laki Mas bisa berhati- hati dalam berucap jika memang menghargai pernikahan!” tutur Nila lagi.
Rendi masih belum sadar dan mengelak.
“Apa yang salah denganku? Aku menafkahimu, dan aku tidak menyakitimu? Sudah jelas dalam perjanjian kita, kita menikah tanpa cinta dan aku tidak akan mengintervensi hidupmu juga kamu ke aku!”
“Lalu untuk apa kita menikah?” tanya Nila masih berusaha menahan sabar. Nila sangat kecewa ternyata Rendi benar- benar di luar ekspektasi nya.
“Ya tentu saja agar keluarga kamu dan aku terjalin tali kekeluargaan! Seperti mau ayahmu!"
“Hanya itu?”
“Apalagi memangnya? Kamu menuntutku memberi nafkah batin? Oh My God. Ak kira kamu sedikit lebih baik dari gadis kebanyakan, ternyata sama! Kamu masih kecil, sudah kita jalani saja pernikahan kita tapi jangan nuntut aneh- aneh!” ucap Rendi lagi.
Nila semakin tidak mengerti dengan semua tuduhan Rendi. Kenapa malah Rendi menuduh Nila ke hal yang di luar dugaan Nila, atau jangan- jangan justru Rendi yang memikirkan hal itu.
“Mas!” ucap Nila lagi.
Rendi hanya diam.
“Nila memilih menikah di usia muda, sebab dalam kata yang Nila eja di lubuk hati Nila, Nila selalu mendamba, di antar kita tumbuh benih cinta yang Alloh ridzoi dalam garis pernikahan kita. Nila berharap dalam rindu yang Nila genggam kelak akan bisa Nila tuai dalam pertemuan indah yang membawa pahala, semua rindu melebur saat kita bertemu di sini dalam hangat silaturrahim keluarga kita. Tapi apa yang Nila dapat. Oma sakit karena tidak kuat menanggung pedih darimu Mas. Aku kira semua itu dusta dan salah paham, itu sebabnya aku mau mengikutimu. Tapi jika itu benar, maka di sini bukan tempatku!” tutur Nila panjang berharap Rendi sadar.
Hati Nila sangat marah atas tuduhan Rendi. Tapi Nila menyadari sebagai istri harus tetap menghormati suami. Nila ingin membicarakan dan mengkonfirmasi dengan baik. Menyelesaikan secara pribadi lebih dulu.
“Ngomong apa sih kamu!” ucap Rendi lagi membuang mukanya dan malah seakan mengacuhkan kata Nila yang banyak.
“Kenapa Mas selalu berfikir Nila mengharap nafkah batin Mas? Bukan itu, tapi Nila berharap hati dan sikap Mas yang menerima dan mengakuiku sebagai istri. Memperlakukan aku dengan baik dan menganggap keberadaanku. Kita bisa belajar saling mengenal dengan baik. Jika memang mas mengingkari pernikahan kita dan mendustakanya, maaf, aku pulang saja!” ucap Nila tegas.
"Ya sana!" ucap Rendi spontan dengan penuh ego.
Nila pun semakin terpancing.
"Mas tahu kan? Dengan Mas mengingkari pernikahan kita? Jika memang niat Mas tidak ingin bersamaku? Ucapan Mas bisa menjadi Talak Kinayah. Nila hanya ingin memastikan ini. Itu sebabnya Nila pulang ke sini! Baiklah kalau memang ini jawaban Mas!" sambung Nila lagi.
Rendi menelan ludahnya sangat tersentak. Ucapan Nila benar, Rendi memang berawal kesal dengan Nila dan menganggap pernikahan ini menjengkelkan. Tapi meski begitu, tak ada niat Rendi menceraikan Nila.
Rendi diam tidak menjawab.
Tapi semua tuduhan Rendi dan sikap Rendi, Nila artikan Rendi memang tidak menginginkanya.
Nila pun tidak mendengar jawaban Rendi lagi. Nila kemudian bangun dan pergi ke kamar. Nila merasa sudah berusaha meminta kejelasan. Nila sudah melakukan langkah yang benar agar tidak durhaka. Namun memang Rendi yang tidak peduli.
Nila pun segera menelpon Jingga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 231 Episodes
Comments
Nila
bagus. jadi perempuan jangan lemah
2023-07-19
0
Sandisalbiah
haahhh.. kecewa banget dgn model suami begini.. seharusnya dia yg lebih paham dgn semua yg Nila ucapi karna besic nya dia yg ank pemilik pesantrin, tp kelakuan bertolak belakang... munafik si Rendi..
2023-06-20
0
Yani
Bagus Nila pulang saja ngapai punya suami selama 3 tahun ga pwrnah nganggap istri
2023-05-22
0