Nila di kamar aja.

"Benar kata Kak Jingga, Nila. Kamu terlalu baik dan terlalu lugu. Kamu tidak menjadi anak durhaka hanya karena kamu mengecewakan Baba. Ada banyak cara bahagiakan Baba. Baba juga pasti mengerti kok? Amer lihat umminya Bang Rendi naik taksi balik ke rumah Kak Rendi tanpa Kak Rendi. Kamu dan Kak Jingga bohongin Baba kan?" sambung Amer bertanya.

Nila langsung terhenyak mendengar kata Amer.

"Ummi balik?" tanya Nila panik melotot.

"Ya!" jawab Amer.

Nila pun menelan ludahnya. Jika Ummi balik, Rendi pasti kena masalah. Ummi pasti akan segera tahu permasalahan mereka. Sepertinya Nila memang harus segera ambil ketegasan dan ambil jalan tengah.

"Ya. Kamu benar Mer. Kakak bohong. Nila telpon kakak untuk jemput. Bukan ketemu di jalan. Dan Kakak lihat sendiri. Rendi biarin Nila pulang bareng Kakak tanpa mencegahnya!" sambung Jingga mengadu ke Amer. "Keterlaluan sekali kan dia?" .

"Jadi kamu kalian bertengkar? Wah laki- laki macam apa, Bang Rendi?" cibir Amer kemudian. 

Jingga dan Amer lalu duduk di samping kanan kiri Nila menatap Nila hendak memasang badan untuk Nila.

Jingga pun menggenggam tangan Nila kuat.

"Kamu terlalu berharga untuk sekedar menjadi pengganti kakak! Jangan takut, kamu nggak salah! Cerita ke kita. Kami kakakmu! Apa yang tadi dia lakukan ke kamu, sampai kamu meminta pulang? Sekarang kamu aman di sini!" ucap Jingga lagi untuk ke sekian kalinya merayu Nila bercerita . 

"Iya Kak!" jawab Nila singkat.

Akhirnya Nila berfikir, setuju dengan semua pendapat kakak - kakaknya yang sudah dilontarkan sejak awal.

"Kakak akan lakukan apapun buat kamu, Nila. Apa dia memukulmu? Bagian mana? Cepat tunjukan? Dengar! Siapapun yang nyakitin kamu. Dia harus hadapi Kakak!" sahut Amer lagi.

Nila menunduk sebentar, ragu mau berbagi tentang rumah tangganya atau tidak. Nila berfikir dia mampu mengatasi sendiri dan menyimpan aib suaminya. Tapi Kakaknya dan keluarga besarnya ternyata bukan hanya peduli tapi sangat posesif. 

"Nila sudah menanyakan tentang kata Oma, Kak. Itu sebabnya Nila putuskan untuk pulang ke sini!" jawab Nila bercerita.

Mendengar kalimat Nila yang pelan dan menyebut kata Oma. Amer mengernyit bingung. Amer kan tidak tahu tentang yang Oma dengar.

"Bagus….! Sekarang fokus ke kuliah aja. Lagian kalian hanya nikah siri, kalian belum campur juga kaan?" jawab Jingga semangat empat lima mendukung keputusan Nila.

"Iyah!" jawab Nila mengangguk.

Amer semakin bingung. "Ini ada apa sih? Kok Oma?"

"Setahu kakak. Jika benar kata Oma, Rendi tidak mengakuimu sebagai istri, gugurlah pernikahan kalian? Udah kamu di sini aja!" sambung Jingga lagi mengacuhkan Amer.

"What? Tunggu- tunggu. Gimana sih ini?" tanya Amer menyela. 

"Oma sakit karena Nila, Mer. Oma denger Rendi bilang ke teman- temanya kalau dia masih lajang! Brengsek kan dia," adu Jingga ke Amer.

"Apa? Bang Rendi beneran tidak mengakui Nila?" tanya Amer mengepalkan tangan. "Wah kurang ajar!" gumam Amer.

"Dia itu manis di luar doang ke Baba. Dia harimau berbulu domba!" sambung Jingga sangat benci ke Rendi.

"Amer nggak ngira. Amer sakit hati dengar Bang Rendi ternyata gitu. Amer harus kasih pelajaran. Amer harus kasih tahu Baba!" ucap Amer lagi menggebu.

Nila semakin menunduk takut membayangkan akan ada perkelahian. Tapi Nila juga memang sudah menebak, itu sebabnya tadinya Nila meminta Jingga keep silent dulu. Eh malah Amer udah tahu ada aura kebohongan dan curiga.

"Kalian bicara apa sih?" tanya Buna tiba- tiba datang.

Tanpa Jingga, Amer dan Nila tahu. Buna yang menggandeng Iya dan Iyu, ikut mendengar juga percakapan anak- anaknya. Iya dan Iyu sudah selesai mengerjakan tugas sekolahnya dan meminta diantar ke kamar Nila.

Nila, Jingga dan Amer langsung terdiam mendengar pertanyaan Buna. Nila semakin gelagapan. Semua rencananya untuk keep silent gagal.

"Kakaak," Iya dan Iyu langsung menyerobot masuk ke kamar dan Nila dan naik ke kasur.

Kakaknya pun membiarkan mereka asik sendiri di belakang mereka duduk.

Sementara Buna menatap anak- anaknya satu persatu dengan tatapan curiga. Buna mendengar sayup- sayup. Kalimat yang jelas Buna dengar kalau Amer sangat marah dan ingin beri pelajaran.

"Kenapa tidak jawab pertanyaan Buna? Kalian sedang bahas apa? Ada apa dengan Rendi? tanya Buna curiga.

Jingga menunduk sembari melirik Nila, Nila gelagapan dengan kedua tanganya saling memilin sangat gelisah. Buna pun menatap Nila tajam.  

"”Nila...,” panggil Buna tenang. 

Nila masih menunduk dan memilin jarinya, Nila sangat takut menyakiti Buna dan Baba jika tahu ternyata kehidupanya tak sebaik yang Baba dan Buna harapkan.

Nila sangat sayang pada Baba dan Buna sejak kecil, bahkan Nila akan sangat sedih, jika sedikiit saja Baba bernada tinggi atau Buna cemberut. 

“Nila jawab Buna ada apa ini? Mana cincin nikahmu?” tanya Buna lagi. 

Tanpa Nila, Jingga dan Amer kira, bahkan Buna sedetail itu melihat gelagat Nila dan semua bagian tubuhnya.

Jingga dan Amer sebenarnya sama sekali tidak takut, malah sangat ingin ngadu ke Buna.

Tapi kali ini mereka memberi ruang untuk Nila jujur pada Buna mereka. Amer dan Jingga pun mengunci mulut mereka, dan ternyata ponsel Jingga yang terhubung ke Adip masih menyala, Adip jadi ikut dengerin. 

“Maaf Buna,” ucap Nila akhirnya. 

“Jadi anak- anak Buna sekarang pandai berbohong ke Buna? Kalian sembunyikan apa dari Baba dan Buna?” tanya Buna lagi.

"Maaf Buna?" ucap Nila lagi.

"Ada apa? Beritahu Buna! Buna ibumu kan?" tanya Buna ke Nila.

Nila menelan ludahnya mengangguk.

“Sebenarnya, Nila dan Mas Rendi tidak sedang baik- baik saja Buna. Mas Tidak sedang mengantar Ummi, dan Nila yang meminta kakak jemput Nila!” tutur Nila pelan dan ragu, mata Nila pun berkaca- kaca menjelaskanya.

"Hooh?" Buna mendengarnya langsung menghela nafas kaget dan menahan sesaknya.

Nila ragu menceritakan masalah kesedihan pada Bunanya dosa atau tidak, sebab dalam ilmu yang Nila pelajari, kepada orang tua, sebaiknya kita menceritakan hal yang bahagia, terhadap aib suami disembunyikan, tapi kedua kakak Nila sudahh lebih dulu tahu, dan Bunanya tanpa sengaja juga tahu dengan sendirinya.

Nila pun menunduk menahan air matanya agar tidak terlihat Buna. Nila takut akan respon Buna. 

Berbeda dengan kekhawatiran Nila, setelah menghela nafasnya. Buna mengangguk sangat tenang, lalu ikut merapat mendekat ke Nila duduk di tepi kasur.

Amer pun memberi ruang ke Buna, memilih mundur masuk ke atas kasur belakang, duduk bersilah mendekat ke Iya dan Iyu yang asik sendiri main boneka Nila. 

Kini mereka berenam duduk meriung di kasur Nila.

“Kenapa kamu baru cerita, Nak?” tanya Buna lembut mencoba, tersenyum ke Nila sembari membelai rambut Nila yang panjang dan lembut terurai. 

Jingga dan Amer memilih diam, mereka yakin Buna mereka yang terbaik. Buna pasti akan dengar putrinya, Buna tidak akan mudah marah. 

“Apa yang membuat kalian tidak baik- baik saja? Sejak kapan? Ada apa? Apa kamu mengalami kesulitan selama di pesantren? Mengeluhlah pada Buna. Buna ibumu, Buna ingin dengar ceritamu, jangan terlalu kuat Nak, kamu masih terlalu kecil untuk menjadi kuat. Buna masih ingin jadi ibumu!” ucap Buna lagi, malah Buna yang sekarang merasa bersalah sebab tidak tahu apapun tentang Nila putrinya.

Hati Nila bergetar mendengar penuturan Bunanya. Nila memendam semua gundahnya bukan tidak menganggap Buna ibu. Tapi Nila tidak ingin membuat Buna khawatir saat Nila jauh dari orang tuanya. Nila juga selalu berpositif thingking Rendi akan baik dan menerimanya.

“Oma dengar. Mas Rendi tidak mengakui Nila pada teman- temanya Buna. Itu sebabnya Oma sakit Buna!" ucap Nila sambil terisak.

Buna pun membulatkan matanya kaget.

"Nila mencoba konfirmasi tadi. Dan semua itu benar. Mas Rendi masih belum menerima Nila dan anggap Nila anak kecil, Mas Rendi malu punya istri Nila, dan selama tiga tahun ini Mas Rendi tidak pernah menemui Nila!” sambung Nila kini mengakui semua kebohonganya. 

Amer yang mendengarnya mengeratkan rahang dan mengepalkan tanganya, sementara Jingga sudah gemas ingin menghasut Buna mengompori agar Nila cerai. Bahkan menurut Jingga, Nila sudah bukan istri Rendi lagi kalau begini ceritanya. 

Tapi baik Jingga dan Amer menahan diri menunggu respon Buna. 

Sementara Buna merasakan dadanya begitu nyeri mendengar cerita Nila, Buna juga melihat Nilamenitikan air mata, secara spontan Buna langsung memeluk Nila. 

“Jadi kata baik- baik saja mu selama ini bohong Nak?” tanya Buna merasa sangat bersalah mempercayakan anak gadisnya yang amat berharga pada laki- laki yang salah.

“Maafin Nila, Buna...” ucap Nila terisak di pelukan Buna.

Setelah beberapa saat Buna mengurai pelukan Nila.  

“Apa kata betahmu juga bohong? Apa Ummi Rendi memperlakukanmu dengan baik? Seharusnya kamu katakan sejak awal. Buna akan jemput kamu langsung!” tanya Buna lagi dengan rasa penuh salah.

Nila menggeleng tersenyum.

“Kalau itu jujur Buna. Teman- teman Nila di pesantren sangat baik, Nila betah di sana keluarga Mas Rendi juga baik, hanya saja Mas Rendi tidak. Semua alasan kenapa Mas Rendi tidak pernah datang itu bohong...!” jawab Nila lagi.

Ya, selama tiga tahun saat Nila libur semeter atau Buna dan Baba menjenguk. Baik Ummi dan Nila selalu menutupi kenapa Rendi tidak menjemput atau datang. Mereka selalu bilang Rendi ada tugas.

Bahkan di hari Raya, Rendi datang ke keluarga Baba, hanya seperlunya dan selalu beralasan saat disuruh menginap.

Semua terlihat baik- baik saja, dan mengira semua adalah benar karena Rendi profesional dan sibuk. Tidak ada yang mengira kalau Rendi itu menjauhi Nila dan enggan bersama Nila.

Buna pun mengangguk, mencoba mengerti Nila, sembari menyeka air mata Nila. 

“Maafin Buna Nak. Maafin Buna, seharusnya Buna yang jemput kamu. Maafin Buna sudah jadi ibu yang salah, menelantarkanmu, dan membuat kamu sakit. Buna salah berfikir semua akan mudah. Buna salah mengambil keputusan mengijinkanmu menikah dini. Seharusnya Buna lebih tegas menentang Baba saat itu!” ucap Buna lagi. 

Buna memang tidak setuju dengan rencana Baba dulu.

Nila yang dulu ngeyel ke Jingga jadi ikut merasa bersalah.  

“Buna nggak salah, Nila yang salah karena tidak mendengar kata Kak Jingga!” ucap Nila lagi. 

“Sekarang bukan waktunya salah- salahan, Nil Buna. Sekarang waktunya selesaikan masalah!” sahut Jingga akhirnya membuka suara. 

“Iya Bun. Kita harus bahas ke Baba dan Pak Dhe Farid serta keluarga Bang Rendi. Sudah kita sudahi saja. Biar Nila kuliah saja, belum waktunya kan Nila mikirin kaya gini!” ucap Amer dengan tegas. 

Sebenarnya perkataan Amer cukup menyinggung Nila. Walau bagaimanapun, Nila yang salah, tidak matang mengambil keputusan kala itu. 

“Ya...Buna akan katakan pada Baba. Sudah, mulai sekarang Nila jangan pergi. Tinggal di sini! Ya! Rumahmu di sini!” ucap Buna memberi dukungan ke Nila 

Mereka semua pun tersenyum lega lalu berpelukan. 

“Ya sudah, Buna akan bicara dengan Baba, Iya.. Iyu... jangan nakal sama kaka ya!” ucap Buna berpamitan.

“Iya Buna!” jawab Iya Iyu. 

Buna pun pergi. Kini Amer dan Jingga pun tersenyum memberi dukungan ke Nila sembari mengelus bahunya.

“Bang Adip mau ucapin selamat kelulusan ke kamu!” celetuk Jingga sambil menyodorkan ponselnya. 

Nila dan Amer kemudian melotot ke Jingga kaget. 

“Daritadi kakak sambil telponan?” tanya Amer. 

Jingga mengangguk, sementara Nila langsung mengernyit malu. 

“Sini, Amer mau ngomong!” sahut Amer malah Amer yang ingin ngobrol. 

“Ish....,” desis Jingga. 

Jingga pun memencet tombol loudspeaker dan suara Adip langsung terdengar. Iya dan Iyu yang dengar ikut antusias menyambut. 

“Abaang!” serbu Iya dan Iyu langsung saling bergelayut ke Amer mengganggu agar nongol di kamera. 

Jingga pun mendesis, cuma ucapin selamat ke Nila abis itu mau balik ke kamar bermesraan, malah geng boys yang mendominasi. Suasana sedih pun mengikis Kamar Nila, berubah jadi kembali riang lagi diisi celeteukan Iya dan Iyu berbincang dengan Adip.

Sayangnya di saat keriangan itu, kamar Nila kembali diketuk. Buna yang belum lama pergi datang lagi.

Nila jadi gugup pasti Baba marah.

“Ada apa Bun?” tanya Jingga. 

Buna datang dengan wajah masam. 

“Rendi dan Umminya datang!” ucap Buna kemudian.

“Gleg!” Nila langsung terhenyak menelan ludahnya. 

Sementara Amer dan Jingga langsung mengeratkan rahangnya geram. 

“Bentar ya Kak!” ucap Amer menyerahkan ponsel Jingga ke Iya dan Iyu. Amer bergegas turun. 

“Biar Amer yang temuin. Nila di kamar aja!” ucap Amer tegas.

Terpopuler

Comments

Ida Blado

Ida Blado

makanya anak kecil gk usah mikirin kawin,kalau pikiranya aja blm lurus

2023-04-17

0

Ida Blado

Ida Blado

bahasanya ribet bgt ya "lagian suami kalian" ? di atas jg ada kalimat2 yg serupa,,,,,

2023-04-17

0

Bundanya Pandu Pharamadina

Bundanya Pandu Pharamadina

Nikla keluarganya harmonis kompak dan saling mendukung👍❤

2023-04-06

0

lihat semua
Episodes
1 Aku sudah dewasa.
2 Mengigau
3 Orang Tua.
4 Kelakuan Rendi
5 pulang
6 Curi- curi Pandang.
7 Hanya Berdua
8 Harus Berani
9 Ceraikan Aku dengan Baik.
10 Aku pulang saja
11 Sungguhan
12 Maaf
13 Rendi Panik
14 Amer tahu
15 Maaf Ummi
16 Nila di kamar aja.
17 Salah Besar
18 Nila tidak bisa ditemui
19 Batalkan Ba!
20 Pergi!
21 Tidak pernah menyentuh.
22 Belum Menceraikan.
23 Ingat Itu.
24 Tidak
25 Dilarang pulang
26 Abah
27 Harus ada Sidang.
28 Dampingi Nila.
29 Surat Rendi.
30 Menunggu jawaban.
31 Om apa Kak?
32 Ingin dipahami
33 Menghitung waktu
34 Move On
35 Yakin
36 Istriku
37 Keluarga Laksana.
38 Esok Hari
39 Nila Absen.
40 Aku kenapa?
41 Pelajari dulu
42 Sendiri
43 Tekad Rendi
44 Pria menyebalkan
45 Nyaris, bukan sempurna
46 Bang Hanan
47 Rempong
48 Nila Tahu
49 Temui, Nila!
50 Alhamdulillah
51 Jangan Jadi Penguntit.
52 Kak Fatma.
53 Aksara Pradipta Wirajaya
54 Banyak sekali
55 Kita Harus Bicara
56 Ajakan Rendi
57 Jalan Untuk Kembali.
58 Fokus....
59 Mahasiswi
60 Berani sekali
61 Ada apa ini
62 Catatan Penting.
63 Suaranya Indah
64 Hukuman
65 Berbeda
66 Say Hello
67 Siapa sih?
68 Bermain Elegan
69 Berharga.
70 Nila Baper
71 Abi Yusuf.
72 Kamu Kenapa?
73 Gantikan Abah
74 Terkunci.
75 Aku tidak ambil apapun
76 Sepertinya dia sakit
77 Tidak serius.
78 Parfum
79 Tugas dari Abah
80 Boleh berangkat
81 Aneh
82 Surprise
83 Tunggu!
84 Apa dia mati?
85 Masih Halal
86 Mendengar dengan hati
87 Maap...
88 Ke Rumah Bang Adip.
89 Trik Rendi
90 Ngorok
91 Nila kamu sama Siapa?
92 Baca Ulang...
93 Dikira Adip.
94 Mengasuh Dipta.
95 Bertemu Baba.
96 Ingin Tertawa
97 Kado pernikahan
98 Saling mencintai.
99 Baba
100 Lebih Sayang Abah
101 Jadi Operator
102 Jangan Cemburu.
103 Udah nge-Chargenya?
104 Tidak Rela
105 Ajak Nila
106 Centang satu.
107 Tamu Tak Diundang
108 Apa Baba marah?
109 Baba Takut
110 Boleh pergi bareng.
111 Wa nan sama siapa?
112 Permudah Ya Alloh.
113 Hotel Mercy
114 Nanti kan Ketemu
115 Nila yang Angkat.
116 Please. Maafkan
117 Ijin dulu
118 Buku
119 Balas
120 Ngeyel
121 Hujan.
122 Siska.
123 Draft
124 Sah.
125 Siap
126 5 menit aja
127 End.
128 Salah paham
129 Kenapa Bisa Balik
130 Bang Hanan
131 Desakan Ummi
132 Dikeluarkan
133 Harus Telepon
134 Hujan
135 Rumah
136 Ijin
137 Pulang
138 Bahaya
139 Jangan Gengsi
140 Baba Yang Salah
141 Ngerjain Tugas
142 Rombongan
143 Jangan
144 Imunisasi
145 Terlukis Senyum
146 Perempuan
147 Hai Hanan
148 Jadi Dia
149 Hampers
150 Berdiri di depanya.
151 Doa Hanan
152 Kasian Anakmu
153 Malu
154 Cantik Sekali
155 Sedikit Nakal.
156 Kesempatan
157 Temui
158 Kasian Rendi
159 Baba Senang
160 Bekerja Sama
161 Suami Kamu
162 Aku keluarganya
163 Wibawa
164 Sepatu dari Rendi
165 Ikut Rendi
166 Jangan Ngawur
167 Rencana Della.
168 Jangan Takut. Dihadapi.
169 Hari yang Manis
170 Om Baik
171 Nila Amazing
172 Celine itu Baik.
173 Ya Benar. Saya istrinya
174 Bukan Bocil
175 Hari ini saja.
176 Liontin terbelah.
177 Bubar
178 Orang Tua atau anaknya?
179 Buat Simpulan
180 Putri Gunawijaya
181 Geram.
182 Bu Laksmi
183 Pergi
184 Gara- gara Video
185 Rendi Akbar Maulana
186 Masuk ke Got
187 Kehilangan
188 Bunda Melly
189 Kelemahan Lawan
190 Perang
191 Bertemu
192 dr. Egy
193 3 hari lagi
194 Ketok Palu.
195 Tunggu 1 bulan
196 Kebebasan Rendi?
197 Bantuan Sahabat
198 Kakak Adik?
199 Senyum Nila
200 Bermain Salju
201 Tetap Mulia
202 Alergi mungkin?
203 Bagaimana dengan Kuliahmu?
204 Budi Baik
205 Calon Cucu.
206 Bu Widya
207 Kami teman Farel
208 Mencari Farel
209 Della
210 Kangen
211 Bukan Kesalahan
212 dr. Egy ketemu
213 Farel, Bolunya Mami.
214 Bertemu dokter Egy.
215 Dita
216 Oma Sara
217 Permintaan Nila
218 Habiskan
219 Tidak ada korban
220 Dua Karyawan
221 Jadi?
222 Ujiaan
223 Sekarang Waktunya Nila
224 Ke Rumah Tahanan
225 Tentang Ibu
226 Bertemu Abah.
227 Tahu Resikonya
228 Memutuskan Bercerai
229 Akan baik2 saja
230 3 jam lagi
231 Rendi Bebas
Episodes

Updated 231 Episodes

1
Aku sudah dewasa.
2
Mengigau
3
Orang Tua.
4
Kelakuan Rendi
5
pulang
6
Curi- curi Pandang.
7
Hanya Berdua
8
Harus Berani
9
Ceraikan Aku dengan Baik.
10
Aku pulang saja
11
Sungguhan
12
Maaf
13
Rendi Panik
14
Amer tahu
15
Maaf Ummi
16
Nila di kamar aja.
17
Salah Besar
18
Nila tidak bisa ditemui
19
Batalkan Ba!
20
Pergi!
21
Tidak pernah menyentuh.
22
Belum Menceraikan.
23
Ingat Itu.
24
Tidak
25
Dilarang pulang
26
Abah
27
Harus ada Sidang.
28
Dampingi Nila.
29
Surat Rendi.
30
Menunggu jawaban.
31
Om apa Kak?
32
Ingin dipahami
33
Menghitung waktu
34
Move On
35
Yakin
36
Istriku
37
Keluarga Laksana.
38
Esok Hari
39
Nila Absen.
40
Aku kenapa?
41
Pelajari dulu
42
Sendiri
43
Tekad Rendi
44
Pria menyebalkan
45
Nyaris, bukan sempurna
46
Bang Hanan
47
Rempong
48
Nila Tahu
49
Temui, Nila!
50
Alhamdulillah
51
Jangan Jadi Penguntit.
52
Kak Fatma.
53
Aksara Pradipta Wirajaya
54
Banyak sekali
55
Kita Harus Bicara
56
Ajakan Rendi
57
Jalan Untuk Kembali.
58
Fokus....
59
Mahasiswi
60
Berani sekali
61
Ada apa ini
62
Catatan Penting.
63
Suaranya Indah
64
Hukuman
65
Berbeda
66
Say Hello
67
Siapa sih?
68
Bermain Elegan
69
Berharga.
70
Nila Baper
71
Abi Yusuf.
72
Kamu Kenapa?
73
Gantikan Abah
74
Terkunci.
75
Aku tidak ambil apapun
76
Sepertinya dia sakit
77
Tidak serius.
78
Parfum
79
Tugas dari Abah
80
Boleh berangkat
81
Aneh
82
Surprise
83
Tunggu!
84
Apa dia mati?
85
Masih Halal
86
Mendengar dengan hati
87
Maap...
88
Ke Rumah Bang Adip.
89
Trik Rendi
90
Ngorok
91
Nila kamu sama Siapa?
92
Baca Ulang...
93
Dikira Adip.
94
Mengasuh Dipta.
95
Bertemu Baba.
96
Ingin Tertawa
97
Kado pernikahan
98
Saling mencintai.
99
Baba
100
Lebih Sayang Abah
101
Jadi Operator
102
Jangan Cemburu.
103
Udah nge-Chargenya?
104
Tidak Rela
105
Ajak Nila
106
Centang satu.
107
Tamu Tak Diundang
108
Apa Baba marah?
109
Baba Takut
110
Boleh pergi bareng.
111
Wa nan sama siapa?
112
Permudah Ya Alloh.
113
Hotel Mercy
114
Nanti kan Ketemu
115
Nila yang Angkat.
116
Please. Maafkan
117
Ijin dulu
118
Buku
119
Balas
120
Ngeyel
121
Hujan.
122
Siska.
123
Draft
124
Sah.
125
Siap
126
5 menit aja
127
End.
128
Salah paham
129
Kenapa Bisa Balik
130
Bang Hanan
131
Desakan Ummi
132
Dikeluarkan
133
Harus Telepon
134
Hujan
135
Rumah
136
Ijin
137
Pulang
138
Bahaya
139
Jangan Gengsi
140
Baba Yang Salah
141
Ngerjain Tugas
142
Rombongan
143
Jangan
144
Imunisasi
145
Terlukis Senyum
146
Perempuan
147
Hai Hanan
148
Jadi Dia
149
Hampers
150
Berdiri di depanya.
151
Doa Hanan
152
Kasian Anakmu
153
Malu
154
Cantik Sekali
155
Sedikit Nakal.
156
Kesempatan
157
Temui
158
Kasian Rendi
159
Baba Senang
160
Bekerja Sama
161
Suami Kamu
162
Aku keluarganya
163
Wibawa
164
Sepatu dari Rendi
165
Ikut Rendi
166
Jangan Ngawur
167
Rencana Della.
168
Jangan Takut. Dihadapi.
169
Hari yang Manis
170
Om Baik
171
Nila Amazing
172
Celine itu Baik.
173
Ya Benar. Saya istrinya
174
Bukan Bocil
175
Hari ini saja.
176
Liontin terbelah.
177
Bubar
178
Orang Tua atau anaknya?
179
Buat Simpulan
180
Putri Gunawijaya
181
Geram.
182
Bu Laksmi
183
Pergi
184
Gara- gara Video
185
Rendi Akbar Maulana
186
Masuk ke Got
187
Kehilangan
188
Bunda Melly
189
Kelemahan Lawan
190
Perang
191
Bertemu
192
dr. Egy
193
3 hari lagi
194
Ketok Palu.
195
Tunggu 1 bulan
196
Kebebasan Rendi?
197
Bantuan Sahabat
198
Kakak Adik?
199
Senyum Nila
200
Bermain Salju
201
Tetap Mulia
202
Alergi mungkin?
203
Bagaimana dengan Kuliahmu?
204
Budi Baik
205
Calon Cucu.
206
Bu Widya
207
Kami teman Farel
208
Mencari Farel
209
Della
210
Kangen
211
Bukan Kesalahan
212
dr. Egy ketemu
213
Farel, Bolunya Mami.
214
Bertemu dokter Egy.
215
Dita
216
Oma Sara
217
Permintaan Nila
218
Habiskan
219
Tidak ada korban
220
Dua Karyawan
221
Jadi?
222
Ujiaan
223
Sekarang Waktunya Nila
224
Ke Rumah Tahanan
225
Tentang Ibu
226
Bertemu Abah.
227
Tahu Resikonya
228
Memutuskan Bercerai
229
Akan baik2 saja
230
3 jam lagi
231
Rendi Bebas

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!