Amer tahu

(Selamat membaca)

“Assalamu’alaikum...” sapa Nila memberi kejutan begitu sampai ke ruang keluarga rumah Baba. 

Nila dan Jingga sepakat tidak membunyikan bel dan berjalan mengendap sampai ke ruang keluarga istana Baba.

Di ruang keluarga mansioan Baba yang luas dan nyaman, keluarga Nila tampak hangat berkumpul jadi satu, minus Ikun dan Amer. Ikun tidak ada, harus berjaga menemani Oma, sementara Amer, yang mulai menggantikan pekerjaan Baba belum pulang bekerja. 

Baba sedang bermain dengan anak bungsunya yang cantik. Anak Baba yang bungsu berama Viola. Tapi mau Baba di panggil dengan panggilan Baby Uung. Sebab sebenarnya mau Baba namanya Ungu, tapi oleh anak- anaknya ditentang keras. Kakak- kakanya tidak ada yang rela adik bungsunya mengalami nasib yang sama, namanya jadi bahan ejekan.

Tapi Baba Ardi adalah Baba Ardi yang tidak mau kalah. Meski yang dipakai di akta Viola artinya ungu juga, Baba dengan tanpa bersalah tetap memanggilnya dengan sebutan Uung. Akhirnya jadi terbiasa. Dan heranya, Ungu adalah satu- satunya yang lengket ke Baba dan jarang mau dengan Buna.

Uung yang berusia 3 tahun kurang sedang bermain dengan aneka boneka buah dan karakter. Baba dengan telaten menyebutkan nama- nama hewan ke putrinya serta membuat cerita random. Uung yang mulai ceriwis tapi masih belum jelas melafalkan katanya pun menirukan Baba dengan riang.

Sementara Buna duduk lesehan di atas karpet empuk dan mahal. Di hadapan Buna dua meja belajar yang di atas kedua meja itu di terdapat buku dan alat tulis lalu duduk Iya Iyu. Meski bisa mendatangkan guru Les, tapi Buna selalu telaten mengajari Iya Iyu sebelum tidur.

Mendengar salam Nila semua pun menoleh dan menghentikan aktifitasnya. Mereka semua pun membulatkan matanya gembira melihat Nila.

Nila tampak memberikan bibirnya yang merekay manis karena tersenyum

“Kakaaak..,” seru Iya dan Iyu girang melihat kakak tersayangnya pulang, tanpa menjawab salam Iya dan Iyu langsung meletakan pensilnya tanpa takut Buna lagi dan kompak berlari ke Nila. 

“Waalaikum salam..,” Hanya Buna dan suster yang menjawab. 

Sementara Baba langsung terhenyak dan bengong. 

“Kok pulang Nak?” tanya Baba spontan tapi tidak ditanggapi.

Nila tampak berjongkok mensejajarkan tubuhnya memeluk Iya dan Iyu. “ Mmmm...Kakak kangen banget sama kalian! ” ucap Nila ke Iya Iyu.

“Iya dan Iyu juga...” ucap Iya dan Iyu. 

"Udah gede aja sih kalian?" ucap Nila.

“Ehm...,” Jingga yang mendengar pertanyaan Baba langsung berdehe.

Nila yang sedang melepas rindu dengan adik kembarnya lalu menoleh ke Jingga. Babapun bertanya lagi menegaskan.

“Kok pulang Nak? Mana Rendi?” tanya Baba lagi. Baba kan tadi dipamiti Nila Rendi dan sudah bilang ke Buna kalau Nila malam ini bersama Umi tidur di rumah Rendi dan akan berkunjung pagi.

“Baba ini gimana sih? Orang anaknya pulang, biarin sih Buna kangen... sini Nak!” sahut Buna ke Baba.

Nila yang hampir tidak bisa berbohong wajahnya langsung berubah, Jingga pun tanggap. 

“Kak Rendi antar Umminya balik Ba. Kasian Nila sendirian di rumah sebesar itu, kan belum ketemu Buna ma adik- adik jadi Jingga ajak pulang!” jawab Jingga cerdas lalu melirik Nila dengan mata berkode. 

“Oooh,” jawab Baba hanya mengangguk. 

Buna pun senang mendengarnya.

“He...iya Ba!” jawab Nila menyeringai. Jingga sangat profesional dan setia kawan ke Nila.

“Nganter Umminya Kak Rendi kemana Kak?” tanya Amer tiba- tiba nyeletuk dari belakang.

Tanpa Jingga dan Nila tahu, ternyata mobil Amer di belakang mereka. Amer tiba di belakang mereka selang beberapa menit. 

Nila dan Jingga kembali gelagapan, narasi bohong yang disusun rapi malah Amer mengorek.

“Ya pulanglah!” jawab Jingga cepat. 

“Tadi aku kaya lihat Umminya Kak Rendi naik taksi lho! Dia ke arah balik ke rumah Kak Rendi Kok!” ucap Amer dengan polosnya karena memang Amer melewati tempat Ummi mogok. Amer hendak menyapa tapi laju taksi Ummi begitu cepat.

Nila yang menyembunyikan masalah semakin gelagapan, untung Iya dan Iyu mengalihkan fokus Nila dengen bergelayut manja ke kedua tangan Nila, jadi Nila disibukan ke Iya dan Iyu dan tidak terlihat.

“Salah lihat kamu!” sahut Jingga lagi dengan santai sambil berjalan duduk ke sofa. Jingga jauh lebih pandai menyimpan sesuatu. 

“Apa sih kalian kok malah ributin Ummi?” sahut Buna bangun.

Buna mendekat ke Nila mengulurkan tangan hendak memeluknya. Buna sangat senang Nila lebih memilih pulang ke rumah apapun alasanya.

Buna sempat berseteru dengan Baba saat dengar Nila pulang ke rumah Rendi dulu, tidak menyapa Buna. 

Nila pun menyambut Buna dengan memeluknya hangat. 

"Ya Amer kan cuma tanya!" jawab Amer mengakhiri pertanyaan lalu duduk di sofa melepas kaos kakinya.

Buna dan Nila tidak peduli mereka memilih saling melepas rindu.

“Maafin Buna ya.. Oma sakit. Adik kamu juga masih kecil, jadi Buna dan Baba nggak jemput kamu nggak datang ke akhirusannahmu. Kata Ummi kamu bersama mereka.” bisik Buna menyesalkan tidak datang.

Nila mengangguk. 

“Iya Buna..., Nila ngerti kok. Ummi udah cerita." jawab Nila

Nila sangat tahu kalau Bunanya sangat pengertian dan pasti datang ke acaranya jika tidak ada halangan. Sebab jika liburan tiba dan acara penhambilan raport Buna selalu datang. Buna juga yang selalu tahu jadwal Nila memegang ponsel dan menelpon Nila duluan.

“Selamat yah, anak Buna udah mau jadi mahasiswa?” ucap Buna lagi mengurai pelukanya lalu memegang kedua lengan Nila. 

“Iya Bun! Nanti Nila cari kampus sama Kak Amer dan Kak Jingga!” jawab Nila. 

"Uuh.. anak Buna?" Lalu Buna memeluk Nila lagi. 

Saat Nila memeluk Buna erat, Uung tampak menaangis memanggil Buna. 

“Unaaa... unaa... Bunaku angan dipeyuk!” protes Viola tidak terima Bunanya dipeluk orang yang baginya asing. 

Nila pun menoleh ke adik Bungsunya dengan tatapan terharu. Uung membuatnya pangling.

Uung masih di kandungan saat Nila berangkat ke pondok, Nila hanya bertemu langsung setahun dua kali saat Nila pulang liburan. Rutinya seminggu sekali saat Nila video call Buna. 

“Hai... cantiiknya Kakak! Ini Kaka!” sapa Nila langsung ingin menggendong Uung. 

Sayangnya saat Nila mengulurkan tangan, Uung langsung berbalik menghambur ke Baba, Uung bak perangko jika sama Baba. Uung tidak kenal Nila. 

“Itu Kakak Naak, Kakaknya Uung, sama kaya Kak Amer dan Kak Iya Iyu,” sahut Baba memberitahu. 

Sayangnya Uung hanya cemberut menatap Nila. 

“Sama aku juga gitu Dheek... soalnya baru lihat! Nggak tahu tuh, pasti nangis kalau kudeketin!” sahut Jingga. 

"Kamu galak sih!" sahut Baba ke Jingga.

Baba dan Jingga kan bak musuh juga.

Buna kemudian hanya tersenyum mendengarnya. Buna kemudian mendekat ke Uung menggendongnya dan memberitahu kalau itu Kakaknya juga mengajari salim. Tapi tetap saja Uung memalingkan muka dan menarik tanganya.

“Huu dasar si muka jutek! Ini Kaka lho Dheek!” imbuh Amer ikut rese ke Uung sembari menoel pipinya. Uung masih tetap saja tidak mau menatap Nila.

“Iya tuh, ikutin siapa sih? Jutek banget pasti nanti kalau gede tuh!” sahut Jingga lagi mencibir Uung.

Karena ternyata Uung hanya mau dekat dengan kakak- kakak laki- laki, terutama ke Ikun dan Baba. Kalau ke Jingga dan Nila malas, melihatpun tak mau, padahal sesama girl.

Buna hanya senyum- senyum dengar anak- anaknya.

"Ini Kaka lho Dhek?" rayu Buna.

“Ya udah kalau nggak mau sama Kakak, Kakak ke kamar dulu ya!” ucap Nila nekat memaksa mencium UUng di gendongan Buna.

“Udah makan belum?” tanya Buna. 

“Udah Bun!” jawab Nila. 

“Ikuut Kak!" seru Iya Iyu, k

"Kita tidur sama Kakak ya Buun!” celetuk Iya. 

Nila pun tersenyum mengangkat alisnya sangat suka kalau mereka menemani Nila. 

Sementara Buna langsung mengernyit. 

“Selesaikan dulu PR kalian, belum selesai jangan pergi dari sini!” ucap Buna galak. 

Iya dan Iyu pun manyun tapi tetap patuh ke Bunanya. Nila pun hanya tersenyum lalu mengusap kedua kepala mereka, 

“Selesaikan dulu Prnya nanti nyusul Kakak ya” ucap Nila mengerlingkan matanya.

“Oke Kaak!” jawab Iya Iyu kompak, 

Sementara dari tas Jingga terdengar suara ponsel berbunyi nyaring. Semua sampai menoleh ke Jingga. 

“Keras banget?” gerutuu Amer karena nada dering Jingga baginya alay. 

Jingga hanya manyun tidak peduli ejekan Amer dan mengambil ponselnya. Kemudian Jingga tersenyum lebar.

“Sirik lo, kugedein biar nggak ketinggalan kalau ada Telpon. Suka ngatain, kualat ntar, ngrasain LDR baru tau rasa lu!” ejek Jingga ke Amer.

"Yee...," jawab Amer.

Jingga tidak peduli lagi langsung bangun, buru- buru mengangkat telpon dan langsung ngacir ke kamar. Ternyata suami Jingga yang telepon. 

Semua yang sudah hafal Jingga bucin ke suaminya hanya tersenyum. Nila pun pamit ke Baba dan Buna ke kamar.

Nila tidak mau ditanya banyak sama Baba. Buna pun meminta Iya dan Iyu fokus belajar lagi dan Baba kembali mengambil Uung. 

“Uung ke kamar yuk, bubu sama Baba yuk!” ajak Baba.

Uung langsung mau dan patuh ke Baba

**** 

“Huuuft...,” sesampainya di kamar Nila langsung mengelus dadanya.

Ditatapnya kamar kesayanganya yang sangat dia rindukan. Nila pun duduk sebentar dengan tanganya mengelus ke permukaan kasurnya lalu merebahkan badanya dan memeluk boneka panda kesayanganya sejak ia SD. 6 tahun sudah dia tinggalkan, dan sekarang dia peluk erat sebagai luapan rindu. 

Seketika itu, Nila lalu teringat masalahnya.

Kalau dia tidak jadi bercerai, dia akan meninggalkan boneka pandanya dan tempat tidurnya bukan di situ? Tapi di kasur yang tadi dia tiduri. Nila kembali bersedih. 

“Kapan aku cerita ke Baba dan Buna ya? Apa respon Baba? Pasti Baba marah?” gumam Nila dalam hati. 

Nila kemudian bangun dari rebahanya. Kepalanya mendaak pening memikirkan nasibnya. Nila memejamkan matanya meneguhkan hatinya. 

“Aku nanti malam harus istikhoroh, aku tidak mau salah langkah? Kalau kata Kakak benar aku cerai saja, aku harus bisa lupakan Mas Rendi? Tapi aku berharap Mas Rendi berubah? Hah ternyata sulit?” gumam Nila. 

Lalu Nila segera melepas hijabnya dan pakaian panjangnya. Nila pun segera masuk ke kamar mandi. Sebelum tidur, Nila membiasakan diri menggosok gigi dan berwudzu.

Setelah selesai bersih- bersih Nila pun keluar. 

“Kakak!” pekik Nila kaget. 

Amer sudah duduk di kasurnya. 

“Katakan ada masalah apa ke Kakak!” ucap Amer kemudian menatap Nila dengan tatapan serius. 

“Maksud Kak Amer apa?” tanya Nila. 

“Haishh...,” desis Amer sembari berdecak kemudian menatap Nila. 

“Jangan takut sama Baba... sekarang belum terlambat, aku tahu Kak Jingga bohong. Apa perlu Kak Amer yang bilang ke Baba?” tanya Amer

Nila pun gelagapan, sepertinya Amer tahu sesuatu.

“Kakak mau bilang apa? Kakak tahu apa?” tanya Nila. 

Terpopuler

Comments

Dewi Purnomo

Dewi Purnomo

jujur aja Nila ke kakakmu....biar dicari solusinya....

2022-12-06

1

lihat semua
Episodes
1 Aku sudah dewasa.
2 Mengigau
3 Orang Tua.
4 Kelakuan Rendi
5 pulang
6 Curi- curi Pandang.
7 Hanya Berdua
8 Harus Berani
9 Ceraikan Aku dengan Baik.
10 Aku pulang saja
11 Sungguhan
12 Maaf
13 Rendi Panik
14 Amer tahu
15 Maaf Ummi
16 Nila di kamar aja.
17 Salah Besar
18 Nila tidak bisa ditemui
19 Batalkan Ba!
20 Pergi!
21 Tidak pernah menyentuh.
22 Belum Menceraikan.
23 Ingat Itu.
24 Tidak
25 Dilarang pulang
26 Abah
27 Harus ada Sidang.
28 Dampingi Nila.
29 Surat Rendi.
30 Menunggu jawaban.
31 Om apa Kak?
32 Ingin dipahami
33 Menghitung waktu
34 Move On
35 Yakin
36 Istriku
37 Keluarga Laksana.
38 Esok Hari
39 Nila Absen.
40 Aku kenapa?
41 Pelajari dulu
42 Sendiri
43 Tekad Rendi
44 Pria menyebalkan
45 Nyaris, bukan sempurna
46 Bang Hanan
47 Rempong
48 Nila Tahu
49 Temui, Nila!
50 Alhamdulillah
51 Jangan Jadi Penguntit.
52 Kak Fatma.
53 Aksara Pradipta Wirajaya
54 Banyak sekali
55 Kita Harus Bicara
56 Ajakan Rendi
57 Jalan Untuk Kembali.
58 Fokus....
59 Mahasiswi
60 Berani sekali
61 Ada apa ini
62 Catatan Penting.
63 Suaranya Indah
64 Hukuman
65 Berbeda
66 Say Hello
67 Siapa sih?
68 Bermain Elegan
69 Berharga.
70 Nila Baper
71 Abi Yusuf.
72 Kamu Kenapa?
73 Gantikan Abah
74 Terkunci.
75 Aku tidak ambil apapun
76 Sepertinya dia sakit
77 Tidak serius.
78 Parfum
79 Tugas dari Abah
80 Boleh berangkat
81 Aneh
82 Surprise
83 Tunggu!
84 Apa dia mati?
85 Masih Halal
86 Mendengar dengan hati
87 Maap...
88 Ke Rumah Bang Adip.
89 Trik Rendi
90 Ngorok
91 Nila kamu sama Siapa?
92 Baca Ulang...
93 Dikira Adip.
94 Mengasuh Dipta.
95 Bertemu Baba.
96 Ingin Tertawa
97 Kado pernikahan
98 Saling mencintai.
99 Baba
100 Lebih Sayang Abah
101 Jadi Operator
102 Jangan Cemburu.
103 Udah nge-Chargenya?
104 Tidak Rela
105 Ajak Nila
106 Centang satu.
107 Tamu Tak Diundang
108 Apa Baba marah?
109 Baba Takut
110 Boleh pergi bareng.
111 Wa nan sama siapa?
112 Permudah Ya Alloh.
113 Hotel Mercy
114 Nanti kan Ketemu
115 Nila yang Angkat.
116 Please. Maafkan
117 Ijin dulu
118 Buku
119 Balas
120 Ngeyel
121 Hujan.
122 Siska.
123 Draft
124 Sah.
125 Siap
126 5 menit aja
127 End.
128 Salah paham
129 Kenapa Bisa Balik
130 Bang Hanan
131 Desakan Ummi
132 Dikeluarkan
133 Harus Telepon
134 Hujan
135 Rumah
136 Ijin
137 Pulang
138 Bahaya
139 Jangan Gengsi
140 Baba Yang Salah
141 Ngerjain Tugas
142 Rombongan
143 Jangan
144 Imunisasi
145 Terlukis Senyum
146 Perempuan
147 Hai Hanan
148 Jadi Dia
149 Hampers
150 Berdiri di depanya.
151 Doa Hanan
152 Kasian Anakmu
153 Malu
154 Cantik Sekali
155 Sedikit Nakal.
156 Kesempatan
157 Temui
158 Kasian Rendi
159 Baba Senang
160 Bekerja Sama
161 Suami Kamu
162 Aku keluarganya
163 Wibawa
164 Sepatu dari Rendi
165 Ikut Rendi
166 Jangan Ngawur
167 Rencana Della.
168 Jangan Takut. Dihadapi.
169 Hari yang Manis
170 Om Baik
171 Nila Amazing
172 Celine itu Baik.
173 Ya Benar. Saya istrinya
174 Bukan Bocil
175 Hari ini saja.
176 Liontin terbelah.
177 Bubar
178 Orang Tua atau anaknya?
179 Buat Simpulan
180 Putri Gunawijaya
181 Geram.
182 Bu Laksmi
183 Pergi
184 Gara- gara Video
185 Rendi Akbar Maulana
186 Masuk ke Got
187 Kehilangan
188 Bunda Melly
189 Kelemahan Lawan
190 Perang
191 Bertemu
192 dr. Egy
193 3 hari lagi
194 Ketok Palu.
195 Tunggu 1 bulan
196 Kebebasan Rendi?
197 Bantuan Sahabat
198 Kakak Adik?
199 Senyum Nila
200 Bermain Salju
201 Tetap Mulia
202 Alergi mungkin?
203 Bagaimana dengan Kuliahmu?
204 Budi Baik
205 Calon Cucu.
206 Bu Widya
207 Kami teman Farel
208 Mencari Farel
209 Della
210 Kangen
211 Bukan Kesalahan
212 dr. Egy ketemu
213 Farel, Bolunya Mami.
214 Bertemu dokter Egy.
215 Dita
216 Oma Sara
217 Permintaan Nila
218 Habiskan
219 Tidak ada korban
220 Dua Karyawan
221 Jadi?
222 Ujiaan
223 Sekarang Waktunya Nila
224 Ke Rumah Tahanan
225 Tentang Ibu
226 Bertemu Abah.
227 Tahu Resikonya
228 Memutuskan Bercerai
229 Akan baik2 saja
230 3 jam lagi
231 Rendi Bebas
Episodes

Updated 231 Episodes

1
Aku sudah dewasa.
2
Mengigau
3
Orang Tua.
4
Kelakuan Rendi
5
pulang
6
Curi- curi Pandang.
7
Hanya Berdua
8
Harus Berani
9
Ceraikan Aku dengan Baik.
10
Aku pulang saja
11
Sungguhan
12
Maaf
13
Rendi Panik
14
Amer tahu
15
Maaf Ummi
16
Nila di kamar aja.
17
Salah Besar
18
Nila tidak bisa ditemui
19
Batalkan Ba!
20
Pergi!
21
Tidak pernah menyentuh.
22
Belum Menceraikan.
23
Ingat Itu.
24
Tidak
25
Dilarang pulang
26
Abah
27
Harus ada Sidang.
28
Dampingi Nila.
29
Surat Rendi.
30
Menunggu jawaban.
31
Om apa Kak?
32
Ingin dipahami
33
Menghitung waktu
34
Move On
35
Yakin
36
Istriku
37
Keluarga Laksana.
38
Esok Hari
39
Nila Absen.
40
Aku kenapa?
41
Pelajari dulu
42
Sendiri
43
Tekad Rendi
44
Pria menyebalkan
45
Nyaris, bukan sempurna
46
Bang Hanan
47
Rempong
48
Nila Tahu
49
Temui, Nila!
50
Alhamdulillah
51
Jangan Jadi Penguntit.
52
Kak Fatma.
53
Aksara Pradipta Wirajaya
54
Banyak sekali
55
Kita Harus Bicara
56
Ajakan Rendi
57
Jalan Untuk Kembali.
58
Fokus....
59
Mahasiswi
60
Berani sekali
61
Ada apa ini
62
Catatan Penting.
63
Suaranya Indah
64
Hukuman
65
Berbeda
66
Say Hello
67
Siapa sih?
68
Bermain Elegan
69
Berharga.
70
Nila Baper
71
Abi Yusuf.
72
Kamu Kenapa?
73
Gantikan Abah
74
Terkunci.
75
Aku tidak ambil apapun
76
Sepertinya dia sakit
77
Tidak serius.
78
Parfum
79
Tugas dari Abah
80
Boleh berangkat
81
Aneh
82
Surprise
83
Tunggu!
84
Apa dia mati?
85
Masih Halal
86
Mendengar dengan hati
87
Maap...
88
Ke Rumah Bang Adip.
89
Trik Rendi
90
Ngorok
91
Nila kamu sama Siapa?
92
Baca Ulang...
93
Dikira Adip.
94
Mengasuh Dipta.
95
Bertemu Baba.
96
Ingin Tertawa
97
Kado pernikahan
98
Saling mencintai.
99
Baba
100
Lebih Sayang Abah
101
Jadi Operator
102
Jangan Cemburu.
103
Udah nge-Chargenya?
104
Tidak Rela
105
Ajak Nila
106
Centang satu.
107
Tamu Tak Diundang
108
Apa Baba marah?
109
Baba Takut
110
Boleh pergi bareng.
111
Wa nan sama siapa?
112
Permudah Ya Alloh.
113
Hotel Mercy
114
Nanti kan Ketemu
115
Nila yang Angkat.
116
Please. Maafkan
117
Ijin dulu
118
Buku
119
Balas
120
Ngeyel
121
Hujan.
122
Siska.
123
Draft
124
Sah.
125
Siap
126
5 menit aja
127
End.
128
Salah paham
129
Kenapa Bisa Balik
130
Bang Hanan
131
Desakan Ummi
132
Dikeluarkan
133
Harus Telepon
134
Hujan
135
Rumah
136
Ijin
137
Pulang
138
Bahaya
139
Jangan Gengsi
140
Baba Yang Salah
141
Ngerjain Tugas
142
Rombongan
143
Jangan
144
Imunisasi
145
Terlukis Senyum
146
Perempuan
147
Hai Hanan
148
Jadi Dia
149
Hampers
150
Berdiri di depanya.
151
Doa Hanan
152
Kasian Anakmu
153
Malu
154
Cantik Sekali
155
Sedikit Nakal.
156
Kesempatan
157
Temui
158
Kasian Rendi
159
Baba Senang
160
Bekerja Sama
161
Suami Kamu
162
Aku keluarganya
163
Wibawa
164
Sepatu dari Rendi
165
Ikut Rendi
166
Jangan Ngawur
167
Rencana Della.
168
Jangan Takut. Dihadapi.
169
Hari yang Manis
170
Om Baik
171
Nila Amazing
172
Celine itu Baik.
173
Ya Benar. Saya istrinya
174
Bukan Bocil
175
Hari ini saja.
176
Liontin terbelah.
177
Bubar
178
Orang Tua atau anaknya?
179
Buat Simpulan
180
Putri Gunawijaya
181
Geram.
182
Bu Laksmi
183
Pergi
184
Gara- gara Video
185
Rendi Akbar Maulana
186
Masuk ke Got
187
Kehilangan
188
Bunda Melly
189
Kelemahan Lawan
190
Perang
191
Bertemu
192
dr. Egy
193
3 hari lagi
194
Ketok Palu.
195
Tunggu 1 bulan
196
Kebebasan Rendi?
197
Bantuan Sahabat
198
Kakak Adik?
199
Senyum Nila
200
Bermain Salju
201
Tetap Mulia
202
Alergi mungkin?
203
Bagaimana dengan Kuliahmu?
204
Budi Baik
205
Calon Cucu.
206
Bu Widya
207
Kami teman Farel
208
Mencari Farel
209
Della
210
Kangen
211
Bukan Kesalahan
212
dr. Egy ketemu
213
Farel, Bolunya Mami.
214
Bertemu dokter Egy.
215
Dita
216
Oma Sara
217
Permintaan Nila
218
Habiskan
219
Tidak ada korban
220
Dua Karyawan
221
Jadi?
222
Ujiaan
223
Sekarang Waktunya Nila
224
Ke Rumah Tahanan
225
Tentang Ibu
226
Bertemu Abah.
227
Tahu Resikonya
228
Memutuskan Bercerai
229
Akan baik2 saja
230
3 jam lagi
231
Rendi Bebas

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!