Rendi masih diam mematung di meja makan dalam rumah yang dia beli dari hasil jerih payah dan keringatnya sendiri. Perkataan Nila sungguh mengoyak hatinya, tapi Rendi masih tidak mengerti apa yang membuatnya merasa ikut sesak dan sakit.
Rendi tidak beranjak dan hanya terus berfikir dimana salahnya.
“Kenapa dia menangis? Seharusnya aku yanng marah? Di sini aku kan yang disakiti? Yang benar saja? Apa salahku?” gumam Rendi.
Berbeda denga Rendi, Nila yang tiga tahun memupuk rindu dengan penuh harap dan prasangka, namun disambut dengan kenyataan menyakitkan bertubi- tubi, langsung bergerak cepat mengemasi barangnya.
Walau belum mendengar kata cerai yang dilafadzkan secara jelas oleh Rendi tapi jawaban Rendi dan sikap Rendi, Nila artikan sebagai pembenaran apa yang dia sangkakan kalau yang dia dengar dari percakapan Ummi tentang niat perceraian adlah benar.
Nila sudah sangat rindu pada Bunanya, dia mengorbankan waktunya lebih dulu mengikuti mertua dan suaminya, namun yang dia dapat adalah pembenaran yang menyakitkan. Rendi juga sudah keluar kata, sana pulang saja.
“Sekarang?” tanya Jingga kaget Nila menelpon kakaknya minta dijemput.
“Kak Amer dan Kak Ikun sibuk ya? kaka bisa kan jemput?” tanya Nila.
“Tunggu kamu baik- baik aja kan?” tanya Jingga curiga. Di dalam keluarga Nila, satu- satunya orang yang tahu niat Rendi menikahi Nila tidak baik hanya Jingga. Satu- satunya orang yang menentang pernikahan Nila juga Jingga.
Terlebih Jingga yang selalu dimuliakan suaminya tentu saja merasa sangat aneh, malam- malam adiknya di rumah suaminya minta jemput.
“Baik, Kak!” jawab Nila.
“Bohong kamu, ya udah Kakak kesitu, kebetulan Kakak lagi sama Bu Ida belum sampai rumah!” jawab Jingga.
“Ya Kak!”
Nila meletakan ponselnya.
“Aku tidak durhaka dan dosa kan? Aku sudah berusaha menyelesaikan dengan baik, tapi Mas Rendi tidak mencegahku pergi dan bilang sok pulang saja. Oke aku pulang saja!” batin Nila bersiap.
***
Selang bberapa detik, bel pintu rumah Rendi berbunyi.
Rendi yang sedang melamun dan berada di lantai satu terhenyak. Karena tidak ada asisten rumah tangga dia pun segera bangun dan membuka pintu.
“Kamu!” pekik Rendi terkejut, perempuan hamil dengan jilbab pasmina berada tepat di depanya. “Ehm...,” dehem Rendi salah tingkah jika berhadapan dengan Jingga, peremuan yang pernah menempati relung hatinya.
Sementara Jingga mulutnya terkunci rapat dan sorot matanya menyiratkan kemarahan.
“Dimana adikku?” tanya Jingga ketus dan berani.
“Bisa sopan sedikit kan? Apa begini sopan santun Putri sulung dari keluarga Gunawijaya?" jawab Rendi tidak mau kalah diperlakukan buruk
Jingga kemudian tersenyum.
"Ingat ya Pak. Kalau sampai adikku menangis karenamu. Bapak akan berhadapan denganku. Kalau niat Bapak menyakitiku lewat adikku itu tidak akan bisa!" ucap Jingga lagi mengingat ancaman Rendi dulu.
Rendi balas tersenyum.
"Rupanya kamu banyak berubah?" jawab Rendi singkat.
"Mana adikku? Wajah aslimu akan segera terbongkar Pak. Kamu akan menyesal karena coba- coba bermain dengan keluargaku!" ucap Jingga lagi mengancam.
Rendi masih hanya diam tidak menanggapi Jingga.
"Kakak!" pekik Nila sudah di belakang Rendi membawa koper.
Jingga dan Rendi pun menoleh.
Jingga tidak lagi menanggapi Rendi dan langsung melangkah masuk tanpa memperdulikan Rendi.
"Ayo pulang!" ucap Jingga menarik Nila.
Sementara Rendi tertegun sama sekali tidak mengira Nila sungguhan mau pergi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 255 Episodes
Comments
Elena Sirregar
kok aku yg geram sendiri sambil bacanya bab ni
2024-09-04
0
Nila
👍💪
2023-07-19
0
Sandisalbiah
ada dosen otak nya loading lama banget.. hadehh..
2023-06-20
0