Nila terdidik menjadi perempuan yang mengelola hatinya dengan penuh sabar. Dia tahu dirinya adalah seorang istri yang membawa nama baik suami, seorang putri yang menjaga hati ayah dan ibunya, juga seorang menantu yang menjaga sopan santun dan menghargai mertuanya.
Nila tidak mau kekanakan, dalam keadaan prihatin, neneknya sakit, juga di pertemuan pertama setelah pulang menimba ilmu langsung membuat kegaduhan dan mencederai kerinduan Babanya dengan luka.
Tidak mengapa Nila terluka bahkan siap dengan segala konsekuensinya. Nila harus menyelesaikan masalahnya dengan pihak terkait dulu. Membicarakanya dengan tenang, tetap anggun dan bermartabat, bukan dengan emosi dan kekanakan.
Setelah pamit pada orang tuanya, Nila masuk ke mobil suaminya.
“Lhoh kok di belang, Nduk?” tanya Ummi ke Nila.
“Kenapa Ummi?”
“Kamu kan istrinya, Rendi, temani Rendi di depan dong. Biar Ummi yang di belakang!” tutur Ummi ingin anaknya dan menantu kesayanganya memulai ikatan hubungan yang hangat.
“Ehm..,” Rendi yang masih pangling ke Istrinya sendiri berdehem canggung.
Sementara Nila diam, dia ingat cerita nenek, hatinya masih sakit, jika benar Rendi mengingkari pernikahanya dan tidak menganggapnya, ucapan Rendi bisa menjadi talak kinayah. Walau belum dibahas secara gamblang dan dikonfirmasi, hati Nila sakit dan dongkol, Nila jadi enggan dekat- dekat dengan Rendi.
“Nila nggak suka di depan Ummi, Nila masih lelah, bolehkan Nila di belakang? Ummi saja yang di depan!” tutur Nila tetap sopan.
“Sudah nggak apa- apa, Ummi, di depan saja!” sahut Rendi singkat ingin segera pulang.
Dengan menahan luka batin yang ingin segera dia curahkan dan keluarkan unek- uneknya, Nila memejamkan matanya ingin segera sampai ke rumahnya. Rendi pun diam seribu bahas dan fokus menatap jalan. Akan tetapi hatinya berkecamuk, penuh penyesalan dan bimbang, juga dihantui rasa bersalah.
Apalagi ibunya sudah menghajarnya dengan banyak ceramah dan menyalahkannya.
“Kalau dilihat- lihat. Dia lebih cantik dari Jingga? Kenapa dia terlihat sangat dewasa?” batin Rendi melirik Nila dari kaca spion di atasnya.
Jingga sekarang kan hamil. Semenjak menikah juga semua bagian tubuhnya mengembang.
Rendi kemudian melirik ke ibunya.
Ummi tampak melihat ke jalanan. Otaknya pun dipenuhi banyak harapan dan cara.
“Aku tidak boleh berada di antara mereka terus, bisa mengganggu? Biarkan mereka dekat dan komunikasi? Aku mau langsung balik saja?” batin Ummi.
Ummi lalu menoleh ke Rendi.
“Nak ..,”
“Iya Ummi,”
“Ummi lupa ada acara pengajian, dan Ummi harus ngisi besok pagi, Ummi tidak nginep ya!” ucap Ummi.
“Kok gitu?” tanya Rendi menjawab.
“Iyah, Ummi langsung pulang saja!” jawab Ummi lagi.
“Ya tapi istirahat dulu, capek lho bolak balik Mi..,” sahut Rendi lagi.
“Lebih capek lagi, kalau anak Ummi sampai melakukan kesalahan dan tidak patuh ke Ummi!” ucap Ummi menyindir Rendi dan sedikit menekann.
“Maksud Ummi apa?”
“Kamu bukan laki- laki bodoh yang menyiakan telinganya hanya untuk pajangan kan? Kamu bisa mendengar kan?” ucap Ummi lagi menunjukan kemarahanya.
Walau Rendi menyebalkan, tapi Rendi anak yang patuh dan amat sangat meyayangi Umminya juga takut akan Umminya.
“Ehm... ya maafkan Rendi”
“Berjanjilah menjadi suami yang baik untuk Nila!” ucap Ummi lagi berbicara tajam meski dengan intonasi rendah dan berbisik.
Rendi tidak menjawab dan menatap ke depan. Ummi melirik ke Nila, Nila tampak memejamkan mata.
Perjalan pun kembali hening, sesekali Rendi mencuri pandang terhadap istri cantiknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 231 Episodes
Comments
Yani
Liat istrinya cantik baru di lirik
2023-05-22
0
yunike
tambah geregetan
2023-05-04
0
MeiSudarmini Soegi
rasa rasanya tangan nih gatal pingin na BOK
2023-02-08
1