SISTEM PEMBURU PENYIHIR
Carlo mematikan komputernya, membereskan barang serta mengemas tasnya, pekerjaanya hari itu sudah selesai.
Tinggal ia pulang dan mengistirahatkan diri sembari bermain video game, teman yang paling setia dengannya, di luar kekasihnya Chaterine yang saat ini tengah terlibat konflik dengannya.
Masalah kecil yang mungkin nanti akan selesai dengan sendirinya, biasa wanita selalu begitu mencari masalah.
Begitu sampai di luar gedung kantornya, Carlo menunggu bus di sebuah halte sembari menyesap segelas kopi yang dibelinya dari Vending Machine.
Ia merasa tubuhnya cukup lelah, tulang dan sendinya terasa kaku, padahal ia hanya bekerja sekitar enam jam.
Ketika berada di sana, ia melihat air kopi di gelasnya sedikit berguncang karena sebuah getaran, Carlo melihat sekeliling tak ada mesin berat di dekatnya. Lalu guncangan itu terasa lagi, dan kini semakin besar.
Gempa. Carlo tersadar, keluar dari halte itu untuk mencari tempat lapang.
Ketika ia berlari gempa semakin mengguncang, semua orang riuh dan berhamburan di jalanan, gedung dan rumah-rumah yang ada di sekeliling sana berguncang hebat.
Lalu tanpa sadar gedung di samping Carlo perlahan rubuh, ia berusaha menjauh dari sana, tetapi terlambat.
“Sakit.” Carlo mengeluh saat ia mulai tersadar dengan tubuh yang tertimpa bangunan gedung.
Carlo merasakan tak ada lagi guncangan gempa, mungkin ia tak sadarkan diri untuk sesaat tadi setelah tertimpa bangunan itu.
Carlo merasakan tubuhnya tak bisa digerakan, kaki dan tangannya tertimpa puing-puing, satu-satunya yang baginya masih berfungsi hanya otak dan mulutnya.
Matanya pun terasa sudah remang-remang mencoba melihat sekeliling, tapi tak ada apapun. Telinganya tak lagi bisa mendengar.
Saat itu Carlo merasa diambang kematian, nafasnya sudah mulai susah dan pikirannya mulai kacau.
Jika memang sudah waktunya ia mati, semoga ia masuk surga meskipun ia tak pernah berdoa ataupun ke gereja, bahkan seingatnya ia tak bertuhan.
Tetapi jika tidak ia berharap bisa melanjutkan level selanjutnya dari video game yang ia mainkan. Hanya itu yang ia inginkan.
Beberapa saat kemudian Carlo kembali membuka matanya, bukan lagi tumpukan puing-puing yang di dekatnya, tetapi cahaya yang cukup silau, terang dan hampir menusuk matanya.
Apa ini di surga? Batin Carlo bertanya-tanya. Matanya mengitari sekeliling, tak ada apapun di sana, hanya ruangan yang kesemuanya berwarna putih dan terang.
Jika ia berada di surga seharusnya ia kini berada di taman yang indah, bukan? Seperti yang selama ini ia dengar.
Atau, karena ia tak percaya Tuhan ia diletakkan di tempat seperti itu.
Pikiran Carlo berkecamuk, hingga ia menyadari saat berada di sana bahwa ia tanpa selembar pakaian pun, Carlo mencoba menutupi tubuh bugilnya.
“Tak ada orang yang akan melihatmu tanpa pakaian di sini,” ujar sebuah suara dari balik cahaya yang mendekati Carlo.
Carlo terdiam sesaat mencoba mengamati, tetapi tak tahu apa itu.
“Siapa kau? Dan di mana aku?” tanya Carlo kemudian, karena rasa penasarannya sudah memuncak.
“Kau Carlo dan kau di sini, di dunia yang kusebut transisi.”
“Apa ini tempat peradilan, lalu apa kau Tuhan?”
“Tempat apa itu? Aku tak mengenal konsep begitu, aku hanya sebuah entitas yang ada karena ada.”
Carlo mencoba mencerna ucapan makluk yang mengakui sebagai entitas itu padanya.
Sesaat Carlo berpikir bahwa ini kejutan atau jebakan untuknya, tetapi tidak mungkin karena terakhir kali yang ia ingat ia terkena reruntuhan gedung akibat gempa. Memang seharusnya saat ini ia mati.
“Lalu aku di mana? Jangan buat aku pusing.” Carlo mengatakan hal itu dengan sedikit emosi.
“Kau sudah mati saja masih bisa emosi, ya ... Begini, akan aku ceritakan detailnya,” kata entitas itu. “Kau ini sudah mati dan kau tak akan hidup kembali ke duniamu sebagai Carlo. Paham?”
Carlo mengangguk mengerti apa yang dikatakan entitas itu. Namun, bukan itu yang ia ingin tahu.
“Maksudnya aku ini di mana? Kenapa aku bisa di sini? Apa yang aku lakukan di sini?” Kemudian ada banyak sekali pertanyaan yang Carlo utarakan yang ingin ia tahu.
“Manusia terlalu banyak ingin tahu. Tarik napas dulu dan tenangkan diri.” Carlo mencoba menarik napas, tapi tak bisa karena ia sudah mati.
“Aku ini sebuah entitas yang tak banyak orang bisa bertemu denganku, kecuali orang itu terpilih dan kau salah satunya.”
“Salah satunya? Apa ada yang lain?”
“Ada, dan mereka tak banyak bertanya sepertimu. Karena kau sudah terpilih kau akan hidup kembali di dunia lain, aku suka menyebutnya reinkarnasi dan aku memberikanmu permintaan.”
“Permintaan? Seperti Jin dari lampu ajaib begitu?”
“Apapun itu, tetapi aku apa yang sudah aku kabulkan apa jauh dari pola pikirmu tentang permintaan itu.”
Carlo memikirkan apa yang dikatakan entitas itu, semuanya nampak mustahil, tetapi apa yang di depannya saat ini begitu nyata. Gempa tadi, dunia ini dan juga entitas itu.
“Kalau benar aku bisa hidup lagi meskipun di dunia lain, aku ingin di dunia baruku aku memiliki sebuah sistem yang mahakuasa, di mana aku memiliki kekuatan yang sangat besar.”
Carlo mengucapkan permintaannya itu dengan sadar, jika memang entitas itu bisa mengabulkannya berarti ia memang pemilik dunia yang Carlo tempati saat ini.
“Terdengar maruk, tetapi baiklah. Sekarang kau tutup matamu, hitung mundur dari angka lima, setelah itu bukalah.”
Sembari Carlo menutup matanya, entitas itu mengabulkan permintaan Carlo dan dirinya dianugerahi sistem pemburu penyihir. Lalu Carlo bereinkarnasi di sebuah dunia pedang dan sihir.
Dan satu.
Carlo selesai menghitung mundur, ia membuka matanya, kini tempat itu berbeda lagi. Sebuah kamar dengan langit-langit, Carlo bisa mengatur nafasnya sekarang. Benar ternyata ia hidup kembali.
Lalu Carlo memperhatikan dirinya, disibaknya selimut yang ada di atas tubuhnya. Badannya berubah menjadi anak kecil, begitu juga dengan tangan dan seluruh tubuhnya, termasuk isi di dalamnya.
Carlo bangkit dari tidurnya dan duduk, tak jauh dari sana ada kaca cermin yang langsung menampakkan wajahnya yang berubah.
Carlo memegang kedua pipinya sembari terkejut, ia benar bereinkarnasi ternyata dan kini menjadi anak kecil yang mungkin berusia sekitar 15 tahun.
Ia tersenyum, memang tak masuk akal, tetapi itu terjadi padanya. Rasa bahagianya tak berlangsung lama saat ia mendengar sebuah suara berisik, dengan spontan ia langsung melihat sumber suara.
Seorang gadis menjatuhkan ember yang berisi air dan kain di ambang pintu, air itu menggenang begitu saja di lantai. Kemudian gadis itu berteriak dengan kencang.
“Ayah! Ibu!” teriaknya, sedangkan Carlo bingung melihatnya, gadis itu melanjutkan teriakannya. “Carlo bangun!”
Tak lama setelah teriakan itu seorang laki-laki dan perempuan masuk ke kamar, menerjang tubuh Carlo dan memeluknya dengan sangat erat. Keduanya menangis terharu melihat Carlo.
Setelah adegan tangisan itu berhenti untuk waktu yang cukup lama, gadis tadi yang menyebutkan dirinya sendiri sebagai Carmen mengatakan bahwa Carlo sudah koma beberapa tahun terakhir akibat sakit yang dideritanya.
Banyak dokter yang mengatakan Carlo pasti akan mati, tetapi nyatanya ia masih hidup.
Carlo kemudian tahu bahwa ia bereinkarnasi menjadi anak dari keluarga Alfonso, meskipun ia terlahir kembali, tetapi ia tak pernah lupa pikirannya tentang dunia sebelumnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Sei
a
2023-01-24
0
kirain bakal masuk game😭 ternyata reinkarnasi tohh
2022-12-31
1
kamu masuk gamee
2022-12-31
0