Hari misi latihan pun dimulai. Semua murid dari ketiga kelas sudah berada di depan pintu gerbang masuk hutan, bersama dengan guru-guru mereka.
Sebelum memulai para guru memberi pengarahan tentang ujian mereka nantinya, yakni setiap kelompok diminta membunuh banyak monster yang ada di sana, sebagai bukti mereka harus membawa kembali potongan telinga monster yang mereka bunuh.
Terkesan menakutkan, tetapi begitulah sistem bertarung, tak ada alasan mereka menolak misi latihan ini, jika menolak berarti mereka gagal dan akan mengulang lagi nantinya.
“Tak ada larangan apapun untuk kalian membunuh monster itu, terserah bagaimana cara kalian menghabisinya, yang kalian bawa pulang hanya bagian telinganya saja,” ujar Loren memberitahu mereka.
Para murid diberikan waktu 12 jam nantinya di dalam hutan itu untuk melakukan misi. Jika mereka mengalami kesulitan dengan para monster di sana, semisal sekarat atau hendak mati, para guru akan datang menyelamatkan.
Raut wajah sebagian anak-anak terlihat bingung dan juga ragu, tetapi mereka mau tak mau harus ikut.
“Untuk sekarang kalian diberikan waktu 20 menit untuk mempersiapkan diri, setelah itu kumpul kembali di sini.”
Setelah Loren mengatakan hal itu para murid pun bersiap, ada yang mengurus perlengkapan sihirnya seperti alat, perantara dan juga pedang, ada juga yang bersantai sambil makan.
Hal yang sama dilakukan Carlo, Diego dan juga Elenan. Elena menyimpan poton di dalam tas kecilnya, Diego membersihkan tongkatnya, sedangkan Carlo tidak melakukan apapun, ia hanya diam saja.
“Hei kalian dengarkan!” seru sebuah suara. Semua murid memperhatikannya, suara itu milik seorang murid laki-laki dengan tubuh sedikit gempal di belakangnya ada banyak rombongan anak-anak lain yang tak pernah ia tahu. “Kalian tak perlu bersusah payah dalam misi latihan ini, karena pemenangnya adalah kami!”
“Siapa mereka?” tanya Carlo berbisik pada Elena.
“Mereka anak-anak dari kelas ahli.” Elena menjawab itu sembari ikut berbisik.
Anak-anak dari kelas ahli? Carlo memperhatikan mereka dengan jeli termasuk murid yang berbicara tadi. Mata sistemnya yang bisa melihat level seorang penyihir mengatakan bahwa mereka kini diantara level 30-40, murid laki-laki hanya berada di level 40, bakat sihirnya api, pantas saja sombong.
“Lebih baik kalian duduk santai saja di tengah hutan dan tenang, tanpa perlawan pasti kalian menang!”
“Sombong sekali anak itu,” cibir Diego.
“Bukankah dia anak bangsawan dari wilayahmu?” tanya Elena.
“Iya, dia anak bangsawan kelas tiga dari keluarga Bornus, namanya Gresta.” Diego mengenal anak itu, karena tinggal satu wilayah. Sejak sekolah dasar sebelum masuk Akademi, Diego dan Gresta sering saja berselisih, tetapi ia selalu saja kalah. “Sihirnya hebat pantas dia masuk kelas ahli.”
Elena tak terima dengan ucapan Diego, ia menyanggah dengan berucap, “meskipun dia dari kelas ahli, aku yakin kita akan menang dalam misi ini, apalagi di kelompok kita ada Carlo.”
Diego yang mendengar hal itu hanya bisa tersenyum dan mengacungkan kedua ibu jarinya, setuju dengan apa yang dikatakan Elenan.
Sedangkan Carlo hanya bisa diam, seolah saat ini ia sangat dibutuhkan atau lebih tepatnya dimanfaatkan, tetapi selama itu juga baik untuk dirinya tak akan menjadi masalah. Lagi pula kemungkinan melawan para monster itu akan menaikkan level sihirnya.
Dua puluh menit berlalu, semua murid kembali berkumpul. Torah membuka gerbang di hutan yang dilapisi dengan sihir hitam.
Setelah gerbang terbuka dengan sempurna, semua murid langsung berhamburan dengan kelompok mereka untuk mencari dan membunuh para monster yang ada di dalam hutan itu.
Dalam waktu 12 jam mereka harus mengumpulkan sebanyak mungkin telinga para monster.
Di dalam hutan itu ratusan bahkan ribuan monster dengan level yang cukup tinggi bahkan kemungkinan ada yang setara dengan para guru.
Sebisa mungkin para murid menghindari monster dengan ukuran yang besar, seperti halnya Troll.
***
Carlo memberikan instruksi pada Elena dan Diego untuk berburu mosnter dengan efektif sesuai dengan perintah dan arahannya.
Kemudian dalam waktu singkat mereka berhasil mengumpulkan lebih dari 100 telinga monster.
Carlo merasa senang karena ia terus mendapatkan EXP dari membunuh para monster itu dan ia pun naik beberapa level dalam misi latihan itu.
Ketiganya terus melaku sampai mereka melihat ada Troll berukuran delapan kaki berada di depan. Carlo menghentikan Elena dan Diego.
“Apa kita harus menyerangnya?” tanya Diego. “Kita pasti akan mendapatkan point yang tinggi nanti.”
“Tunggu dulu.” Carlo mencegah mereka untuk melangkah lebih jauh, ia harus mencari tahu level dan tingkat kekuatan monster itu.
[Konfirmasi Troll berlevel 50 data analisis sudah dipindai]
Cukup tinggi level monster itu. Carlo berusaha mengatakan pada Elena dan Diego untuk mencari monster yang lain, tetapi langkah mereka kemudian terhenti saat mendengarkan suara teriakan dari dekat Troll itu.
Suara murid perempuan. Tanpa berpikir panjang ketiganya pun langsung menuju ke sana dan mereka melihat seorang murid perempuan ketakutan karena berhadapan seorang diri.
Carlo dan Diego langsung menghadapi Troll itu, sedangkan Elena membawa murid perempuan tadi menjauh dari sana.
Pertarungan yang terjadi pun cukup sengit, meskipun Carlo mengetahui titik lemah dari monster itu, tetapi untuk mencapainya sangat sulit karena monster itu terus saja menyerang apapun yang mendekat.
Troll itu menggunakan gada kayu sebagai senjatanya, bahkan bisa membuat Diego jatuh dan terpental jauh.
Kini Carlo yang harus berhadapan dengan Troll itu. Berulang kali Carlo mencoba menyerang menggunakan sihirnya, tetapi sangat sulit.
Kemudian si Troll mengambil sebilah pisau yang berukuran cukup besar dan melemparkannya ke arah Carlo, Carlo bisa menghindar, tetapi ia mendapatkan luka di perut sebelah kanannya.
[Konfirmasi sihir regenerasi diaktifkan]
Luka di perutnya sembuh dengan sangat cepat, bahkan Carlo kembali menyerang Troll itu dengan lebih cepat karena ia menambah kecepatannya. Hingga akhirnya Troll itu kalah.
Diego memotong telinga Troll itu, memasukkannya ke dalam kantong alat sihir.
“Bagaimana keadaanya?” tanya Carlo pada Elena.
“Kakinya terkilir, tetapi sekarang sudah aku sembuhkan.” Begitu jawab Elena. Lalu Elena memberikan poton pada Diego dan Carlo. “Minumlah, ini bisa membantu memulihkan tenaga dan sihir kalian.”
Setelah Carlo meminum itu, ia kini bertanya pada murid perempuan tadi.
Murid perempuan tadi mengaku bernama Franca Gavina. Franca ditinggal oleh kelompoknya saat Troll raksasa itu muncul.
Franca yang ternyata dari kelas ahli, mengaku sebenarnya ia malu karena diselamatkan oleh Carlo dan teman-temannya.
Meskipun begitu Franca berulang kali mengucapkan terima kasih atas bantuan Carlo, jika tanpa mereka mungkin dirinya sudah tiada.
Carlo dan kedua temannya menerima ucapan itu dan menawarkan Franca untuk masuk ke kelompoknya.
Setelah 12 jam berlalu semua kelompok sudah kembali ke depan pintu gerbang dan menghitung hasil mereka, tetapi hanya kelompok Carlo saja yang datang terlambat.
Ketika akan diumumkan pemenang kelompok Carlo datang dengan membawa Franca yang digendong Diego.
Lalu saat perhitungan mereka terkejut melihat banyaknya telinga monster yang didapatkan kelompok Carlo. Hingga kelompoknya menang dan mendapatkan point yang banyak. Sedangkan kelompok Franca dihukum dan dinyatakan gagal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
🌸nofa🌸
hebat carlo
2022-12-15
2
Pendekar New
tk ada peminat yg baca y
2022-11-16
0