Elena Enzio anak dari Duke dan Duchess yang terkenal di Timur Negeri, dukedom yang diperintah orang tuanya adalah wilayah yang hebat dan menjadi salah satu sumber penghasilan terbesar Kekaisaran.
Duke adalah salah satu gelar bangsawan yang hanya satu tingkat di bawah Kaisar, di Kekaisaran hanya ada 30 Duke yang menguasai masing-masing dukedom.
Karena hal itulah Elena merasa bahwa dirinya memiliki kekuasaan yang cukup besar dan semua orang harus patuh padanya.
Melanggar omongannya berarti menentang Kekaisaran menurutnya.
Elena mencoba menerapkan itu semua pada anak seumurannya, tetapi karena semua murid yang bersekolah di sana adalah anak bangsawan dan duke maka kedudukannya tak ada artinya.
"Kau harus menjaga nama baik dukedom yang Ayahmu kuasai, Putri," ujar Duchess yang tak lain ibu Elena. "Kekuasaanmu tak akan berlaku di sini, karena semua orang yang ada di sini memiliki wilayahnya masing-masing."
Meskipun sudah mendapatkan pesan dari ibumu, tetapi Elena tetap saja bertingkah angkuh.
Tidak semua anak boleh berteman dengannya, ia hanya memilih Diego dari keluarga Elmo bangsawan nomor tiga untuk menjadi temannya.
Sebab egonya itulah Elena tak mau kalah dengan siapapun, tetapi setelah dikalahkan Carlo dalam pelajaran sihir pembentukan ia menjadi geram.
Elena ingin melakukan pertandingan ulang satu lawan satu dengan Carlo, meskipun Carlo terus saja menolak.
"Aku tidak ingin melawanmu, tidak ada alasan untuk itu dan lagi pula kau perempuan." Begitu kata Carlo yang diingat Elena.
Elena tak terima dengan penolakan itu, memang apa salahnya jika ia perempuan?
Di dunia sihir adalah mutlak baik perempuan ataupun laki-laki semuanya sama, yang membedakan hanya kekuatan sihir mereka.
"Apa aku harus mengejeknya seperti apa yang kau lakukan beberapa waktu lalu?" tanya Elena pada Diego.
"Aku tak yakin itu akan berhasil, apalagi Carlo pasti sudah tahu kau akan melakukannya demi memancing emosinya," jawab Diego.
Apa yang Diego katakan memang benar, melakukan hal yang sama tak mungkin akan berhasil.
Elena kemudian berpikir keras bagaimana caranya supaya Carlo mau melawannya, karena ia yakin bisa mengalahkan Carlo dan mempermalukannya di depan semua orang.
Kemudian pelajaran sihir pembentukan di mulai kembali pada satu minggu kemudian.
Elena masih menantang Carlo dan mencari cara supaya Carlo mau melawannya.
Carlo hanya terdiam mendengar hal itu. Menurutnya tidak di sini ataupun di dunianya dulu setiap anak merasa dendam, karena kesalahannya sendiri.
Carlo tak ingin menggubris hal itu, ia merasa tak akan membuatnya mendapatkan apa yang ia mau.
Namun, semakin mendapatkan penolakan semakin kuat keinginan Elena, hingga Elena mendapatkan cara.
Elena mengucapkan kata-kata kasar pada Carlo, mulai dari pembawa sial, Keluarga Alfonso yang kuat hancur karena adanya Carlo dan Carmen.
Carlo awalnya tenang, tetapi saat Elena menyebut nama Carmen dirinya tak bisa mengendalikan diri.
Emosi Carlo langsung memuncak dan tanpa sadar ia mengeluarkan bola api bercampur dengan angin yang sangat besar.
Dengan sekuat tenaga Carlo melemparkannya pada Elena, untuk saja Elena sanggup menghindar.
Semua murid yang ada di sana termasuk sang guru terkejut dan menjauh, sang guru berusaha mencegah dengan membuat portal pelindung lagi.
Pertarungan antara keduanya yang diminta Elena terjadi sangat singkat dengan kemenangan penuh Carlo.
Carlo juga memperingatkan hanya untuk mengoloknya saja, jangan membawa nama saudara perempuannya, karena dia akan sangat marah dan bisa saja membunuh Elena jika dia mau.
Setelah itu pembelajaran pun diselesaikan, beberapa anak kembali ke kelas mereka, sedangkan Elena ketakutan dan pingsan.
Carlo tak peduli akan hal itu, ia malah langsung kembali ke asrama murid setelah kejadian itu.
Kemudian mulai muncul rumor mengenai kekuatan Carlo yang menyembunyikan kekuatannya di kalangan para murid Pemula, Menengah dan Ahli.
Mereka yakin selama ini Carlo hanya berpura-pura saja untuk terlihat lemah, karena mereka tahu bagaimana reputasi keluarga Alfonso.
Pertarungan itu yang membuat nama Carlo mulai lirik banyak orang, sedangkan para guru dan kepala sekolah mulai membicarakannya.
Carlo kini sudah berada di kamarnya sambil duduk di atas tempat tidurnya, ia sekarang sedang memikirkan pertarungannya tadi dengan Elena.
Sebab pertarungan itulah ia mulai terpikir kembali dengan Carmen, dielusnya kalung yang sempat diberikan Carmen padanya.
Carlo merasa sedih akan hal itu, apalagi saat orang lain mengolok-olok Carmen dan keluarganya.
"Sistem apa ada sihir untuk menghidupkan orang mati?" tanya Carlo pada sistemnya.
[Konfirmasi sihir cara menghidupkan orang mati tidak ditemukan]
Carlo sebenarnya tahu hal itu, ia hanya penasaran saja, tetapi tak lama kemudian sistem kembali berbicara.
[Konfirmasi sihir membangkitkan mayat hidup diidentifikasi]
Membangkitkan mayat hidup? Apa itu berarti zombi? Jelas sekali Carlo tak menginginkan hal itu.
Carlo ingin keluarganya termasuk Carmen hidup kembali dan menjadi diri mereka ketika masih hidup.
Namun, ia sadar tak mungkin hal itu terjadi kecuali ada benar-benar kejadian yang merubah banyak hal seperti pada dirinya dulu.
*
Elena dengan Diego yang sudah sadar akan kesalahannya bersama berniat minta maaf.
Beberapa hari berikutnya, mereka minta maaf pada Carlo dan berniat untuk menjadi temannya.
Bukan hanya itu saja mereka juga ingin diajarkan mengenai sihir darinya. Namun, Carlo menatap mereka dengan dingin.
Carlo tak tahu apa yang mereka inginkan, tetapi pasti ada maksud tertentu mengapa mereka sampai meminta maaf pada dirinya secara tiba-tiba.
Namun, lagi-lagi Carlo tak peduli akan hal itu. Ia lebih memilih untuk pergi ke perpustakaan membaca kembali buku yang beberapa hari pinjamannya.
"Tuan Arthur," sapa Carlo pada Arthur yang tengah membereskan buku-buku di sana.
"Ah Carlo akhirnya kau datang datang. Bagaimana dengan bukunya?" Arthur bertanya.
"Bukunya sangat bagus, tetapi beberapa bagian aku tidak mengerti."
"Bagian mana? Mari kita diskusikan, ada hal penting juga yang ingin aku tanyakan padamu."
Carlo mengikuti Arthur untuk duduk di kursi milihnya.
"Di buku ini aku tak menemukan Organisasi Purnama Merah, di mana penjelasan tentang mereka?" tanya Carlo kemudian.
"Organisasi Purnama Merah ya, hmm aku tidak yakin, tetapi sepertinya tidak ada penjelasan tentang mereka." Begitu jawab Arthur. "Tapi jika aku tidak salah ingat, aku punya buku tentang itu di rumah. Aku bisa membawakannya jika kau mau."
"Tentu saja aku mau, kapan kau akan membawakannya?"
"Secepatnya."
Carlo menyinggung senyumnya, ia memang sudah sejak lama inginkan informasi tentang organisasi itu.
"Oh iya apa yang ingin Tuan tanyakan padaku?" tanah Carlo lagi.
"Tentang tempo hari, seluruh Akademi membicarakan tentangmu yang melawan anak Duke, kau hebat sekali." Arthur memuji Carlo atas apa yang terjadi.
"Apa itu akan menjadi masalah jika aku melawan anak seorang duke?"
"Tentu tidak. Semua orang pasti akan mengira bahwa itu hanya praktik saja."
Carlo mengangguk mengerti. Untung saja jika semua orang berpikir begitu, lagi pula tadi saja Elena sudah berniat meminta maaf padanya.
Pembicaraan Arthur dan Carlo itu berlangsung cukup lama, Arthur mengatakan bahwa ternyata apa yang ia dengar tentang keluarga Alfonso itu benar.
Alfonso pantas disegani dan dihormati semua orang karena kehebatan mereka.
Meskipun kemudian Arthur mengatakan ia tahu bahwa keluarganya Alfonso kini hanya tersisa Carlo saja.
Berita kehancuran itu menyebar dengan cepat. Sedangkan Carlo tak lagi ingin menutupinya, karena cepat atau lambat orang pasti akan mengetahui apa yang terjadi pada keluarganya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments