Carlo sempat berpikir bahwa ia sedang bermain VR yang pernah dipinjamnya dari seorang teman, tetapi nyatanya ia salah.
Carlo tak sedang berada di rumah sambil memegang stik VR. Apa yang terjadi dalam hidupnya saat ini benar nyatanya, ia memang terlahir kembali di sebuah dunia aneh yang begitu fantasi menurutnya.
Sudah beberapa waktu berselang setelah ia terbangun menjadi Carlo Alfonso, hidupnya begitu tenang, tak ada pekerjaan yang mengganggunya, bos yang cerewet padanya dan kekasihnya yang kadang membuat kesal.
Ia hanya terus bermain setiap hari, berkeliling dan berjalan-jalan di setiap tempat.
Keluarganya juga begitu harmonis dan lengkap, ada ayah dan juga ibu, tak seperti keluarganya di dunia sebelumnya yang hanya tinggal sang ibu saja.
Karena ayahnya sudah meninggal sejak dirinya masih keci, begitu kata ibunya.
Selain itu ada kakak perempuannya bernama Carmen. Menurut orang tua barunya Carlo dan Carmen kembar.
Tetapi rasanya Carlo tak melihat kemiripan di antara dirinya dan Carmen. Mungkin mereka kembar dalam kurun waktu yang lebih lama.
"Apa yang kau lakukan di bawah sini?" tanya Carmen saat melihat Carlon duduk di bawah sebuah pohon, tak jauh dari rumah mereka.
"Menikmati udara hangat musim semi," jawab Carlo.
"Kau tahu, semenjak bangun dari koma kau terlihat aneh." Carmen menatap Carlon.
Kini pandangan keduanya bertemu. Akhirnya ada orang yang berpikir bahwa ia aneh.
Semua orang juga pasti akan merasakan ada sesuatu yang berbeda dalam tubuhnya setelah Carlo bangun dari koma yang katanya sudah beberapa tahun lamanya.
Carlo tak pasti tahu apa penyakit yang dideritanya, yang pasti ia anak yang sering sakit-sakitan dan mengakibatkan ia koma.
Dokter mengatakan kemungkinan ia sembuh adalah minus dua persen, yang berarti tak akan ada harapan hidup kembali.
Namun, orang tuanya yang ternyata ahli sihir memiliki alat sihir yang membuat Carlo tetap hidup meskipun tanpa jiwa nantinya.
Berarti memang sebenarnya mereka tahu bahwa kemungkinan terbesar Carlo sendiri sudah mati.
"Aneh bagian mananya?" tanya Carlo kemudian berlagak bodoh. Padahal ia tahu maksud Carmen.
"Carlo yang kami kenal adalah anak kecil keceng yang dengan bulu kucing saja bisa alergi, tetapi kau bermain dengan Lugi (kucing peliharaan Carmen).”
“Seolah alergi itu hilang begitu saja. Kau membantu mencari persediaan kayu bakar di hutan dan mengalahkan goblin dengan tangan kosong," papar Carmen mengingat apa yang terjadi pada Carlo setelah ia bangun dari komanya.
“Kau bukan Carlo, kan?”
Carmen kini menatap Carlo dengan intens, tatapannya tajam yang membuat Carlo hanya bisa menelan salivanya.
Carlo kemudian berpikir, apa jika mengatakan yang sesungguhnya bahwa dirinya memang bukan adik Carmen itu melanggar reinkarnasinya?
"Kau berlebihan, aku merasa aku baik-baik saja. Mungkin alat sihir yang menjagaku selama koma menyembuhkan penyakitku." Carlo menjawab asal dengan semua kecurigaan itu.
Memang tak bisa dipungkiri bahwa setelah bangun koma ia menjadi lebih kuat, ia mengalahkan makhluk berwarna hijau yang bernama goblin di hutan tak jauh dari tempatnya.
Dulu ia pernah belajar beladiri dan ia ingat beberapa trik menjatuhkan lawan, meskipun tubuhnya tak sekuat pria berusia 30 tahun.
Jika masalah kucing, ia tinggal di apartemennya dengan seekor kucing berwarna putih jenis himalaya yang ia nama Pedro.
Kalau ia ingat rasanya ia begitu rindu Pedro, bagaimana keadaan kucing mungil nan menggemaskan itu? Ia berharap Chaterine atau sang ibu datang ke apartemennya dan membawa Pedro bersama mereka.
Carmen tahun bahwa alat sihir itu tak membantu apapun, alat sihir itu hanya memperpanjang rentang waktu kehidupan Carlo saja, bahkan kehidupan Carlo sudah dipastikan tak ada sejak orang tuanya memberikan alat sihir itu.
Namun, kedua orang tuanya begitu menyayangi Carlo. Begitu melakukan banyak hal itu penyembuhan Carlo.
Sebagai seorang bangsawan hal itu wajar, karena Carlo akan meneruskan keturunan keluarga mereka nantinya.
Meskipun awalnya Carlo terbilang cukup lemah, tetapi setelah sebuah ramalan mengatakan bahwa Carlo akan menjadi hebat nantinya, orang tuanya melakukan berbagai cara untuk menjaga dan menyembuhkan Carlo.
"Tapi tak apa asal kau sembuh dan sehat, hal itu tak jadi masalah. Memang benar alat sihir kadang memiliki efek pada penggunanya." Begitu kata Carmen kemudian.
Carlo bisa menarik nafasnya dengan lega, Carmen akhirnya bisa percaya dengan apa yang ia katakan. Meskipun awalnya ia sendiri ragu dengan hal itu.
"Ada festival musim semi yang menarik hari ini, mari kita pergi ke ibu kota," sambung Carmen kemudian.
Carlo hanya mengangguk, lalu mereka bangkit dari sana. Mereka memutuskan untuk pergi ke festival yang memang diadakan setiap tahun di ibu kota.
Festival yang dikatakan untuk menyambut musim semi dan rasa syukur pada Dewa.
Sesampainya di festival itu banyak sekali orang disana, layaknya festival di dunia Carlo sebelumnya. Ada penjualan makanan, pernak-pernik, dan banyak festival lainnya.
Carmen dua buah kalung, dengan batunya berwarna biru berbentuk oval yang disebut replika temos. Temos sendiri adalah batu berharga yang biasanya digunakan sebagai batu sihir dengan kekuatan luar biasa.
Setelah cukup lama di festival itu mereka pun kembali ke rumah mereka, karena hari menjelang malam.
Orang tua mereka pasti khawatir, meskipun Carmen tahu mereka lebih takut jika terjadi hal-hal yang tak diinginkan pada Carlo.
"Bagaimana festivalnya?" tanya sang ibu pada Carlo dan Carmen saat mereka tengah makan malam.
"Seru. Ada banyak sekali hal menyenangkan di sana, dan Carmen membeli kalung replika batu temos." Carlo menunjukkan kalung itu pada ibu dan ayahnya.
"Indah sekali," puji sang ibu.
Kemudian sang ayah membuka suaranya, "Carlo, usiamu saat ini sudah 15 tahun. Kau seharusnya sudah belajar ilmu sihir."
Carlo menyelesaikan makannya, meletakkan sendoknya. Meskipun wajahnya terkejut, tetapi sebenarnya ia menyukai hal itu. Hal yang sudah ia tunggu selama ini.
"Apakah Carmen juga ikut?" tanya Carlo kemudian.
Sesaat tak ada yang menjawab, semua orang yang ada di meja makan itu terdiam. Wajah mereka menjadi serius, lalu pandangan mereka mengarah ke Carmen.
"Tidak. Carmen akan melakukan sesuatu yang lain sebagai seorang bangsawan." Begitu jawab sang ibu padanya.
Carlo tak lagi bertanya, hingga makan malam itu berakhir. Ia dan Carmen masuk ke kamar mereka untuk mengistirahatkan diri.
"Kenapa kau tak belajar sihir denganku?" tanya Carlo ketika ia duduk di atas tempat tidurnya.
"Kau dengar kata ibu bukan? Aku harus belajar hal yang lain, tetapi itu bukan sihir," kata Carmen.
"Bukan sihir? Bukannya Ibu juga belajar sihir, ia bangsawan dan ia juga perempuan."
Belum sempat Carmen menjawab pertanyaan Carlo tadi, sebuah suara ledakan terdengar cukup keras dari luar kamar. Keduanya terkejut, Carmen langsung memeluk Carlo erat.
"Ada apa?" tanya Carlo berbisik.
Carmen menggeleng. Kemudian ia mengajak Carlo untuk mengintip dari celah pintu kamarnya.
Baik Carlo dan Carmen bisa melihat bahwa di luar kamar mereka ada segerombolan orang yang menggunakan pakaian serba putih di sisi lain keluarganya termasuk ayah dan ibu mereka.
Mereka bersitegang dengan banyak hal, lalu kemudian saling beradu mengeluarkan sihir yang menakutkan.
Seisi rumah itu terasa akan roboh.
Carmen menarik tangan Carlo menjauh dari sana, membawanya masuk ke sebuah ruangan rahasia yang hanya cukup untuk tubuh mereka, yang ada di belakang lemari mereka.
Untuk beberapa saat lamanya mereka di sana, tanpa tahu keadaan luar hingga keduanya tertidur, karena ketakutan.
"Carlo, bangun." Carmen membangunkan Carlo.
Setelah Carlo bangun, keduanya pun keluar dari sana, tetapi mereka terkejut saat mereka keluar rumah mereka sudah sebagian hancur lebur. Bahkan mereka menemukan orang tua dan keluarga yang lain telah mati.
Lalu kemudian mereka tahu bahwa orang-orang yang berhadapan dengan keluarganya tadi adalah Organisasi Purnama Merah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Sei
b
2023-01-24
1
Nazrul
lanjut
2022-11-05
1