Keluarga Alfonso hancur, yang tersisa kini hanya mereka berdua, Carmen dan Carlo.
Keduanya begitu sedih dan kecewa berat. Setelah kematian kedua orang tua dan keluarga lainnya, para bangsawan serta duke datang untuk berduka atas apa yang telah terjadi pada mereka.
Prosesi pemakaman dilakukan banyak yang hadir di sana. Baik dari golongan biasa maupun bangsawan dan duke. Namun, dari telinga Carlo mendengar bisik-bisik yang tak enak tentang kematian keluarga Alfonso.
"Anak pembawa sial."
"Anak tanpa sihir."
"Anak angkat."
Dan banyak hal lagi yang Carlo dengar saat itu. Sekilas ia memandang Carmen yang masih tersedu ketika api mulai menyulut kayu yang membakar jenazah orang tua mereka.
Carlo tak begitu paham apa maksud perkataan mereka tentang anak yang sejak tadi mereka mereka rumorkan. Apakah mereka tengah membicarakan tentangnya? Atau itu Carmen?
Jika anak yang mereka katakan tanpa sihir itu Carmen, berarti apa yang ia pikiran benar. Bahwa Carmen tak bisa mewarisi sihir dari kedua orang tuanya, maka dari itu Carmen tak harus belajar sihir.
Di dunia di mana sihir menjadi hal mutlak, kemungkinan tanpa sihir akan menjadi olok-olokan. Namun, bagaimana dengan anak angkat dan pembawa sial? Siapa yang mereka maksud?
Kalau lagi-lagi itu Carmen maka semuanya sudah jelas, mengapa ia dan Carmen tak mirip meskipun dikatakan bahwa mereka kembar.
Kasih sayang selama ini ia dapatkan pun berbeda dengan Carmen, cara orang tuanya yang memperlakukan Carlo berbanding terbalik dengan Carmen.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Carlo mendekati Carmen yang terdiam dengan merunduk, meskipun begitu Carlo melihat bahwa air matanya membentuk kaca bening.
"Ya, aku tidak apa-apa." Carmen menjawab itu dengan nada getir, terlihat bibirnya bergetar.
Carmen mungkin bisa menutupi kesedihannya dari banyak orang, tetapi tidak berlaku untuk Carlo. Carlo sudah berulang kali melihat suasana pemakaman seperti itu dalam kehidupannya di dunia dulu.
Carlo tahu apa yang terjadi pada Carmen, jelas sekali itu nampak. Carmen menahan sakit di hatinya.
Setelah selesai dari pemakaman itu Carlo dan Carmen pulang ke tempat mereka, sebuah rumah yang lain karena rumah utama mereka sudah hancur.
Di rumah itu barulah Carmen menangis dan menumpahkan semua kesedihannya dalam pelukan Carlo.
Carmen tersedu sambil mengingat apa yang terjadi. Sedangkan Carlo hanya bisa mengelus punggung dan kepala Carmen untuk menenangkan saudaranya itu.
"Sabar." Kata itu keluar dari mulut Carlo. Meskipun ia tahu itu tak akan berpengaruh.
Bagi mereka yang sedih kata "sabar" tak akan pernah menjadi penyemangat, tetapi malah menambah beban di pikiran.
Carmen kemudian melepaskan pelukannya dan menatap Carlo, sambil berucap, "kau tahu, apa yang mereka katakan tentang aku itu benar."
Carlo mengernyitkan dahinya, mencoba meyakinkan ucapan Carmen.
"Aku anak angkat tanpa sihir. Itu alasan ayah dan ibu tak mengajari aku sihir." Carmen menyambung ucapannya.
"Sejak kau koma, ayah sudah berulang kali mencoba mengajariku sihir, mencarikan guru terbaik di negeri.”
“Tetapi tetap saja tak ada hasil. Lalu kemudian seorang guru sihir terakhir yang disebut sang sage mengatakan aku tak memiliki sihir.”
“Karena aku bukan bagian dari keluarga Alfonso. Menurut Ibu, orang tua kandungku telah tiada setelah terjadinya Perang akibat pemberontakan."
Carlo akhirnya mendapat jawaban atas banyak pertanyaannya selama ini. Entah ia harus bahagia karena pertanyaan terjawab, atau harus sedih sebab tahu bahwa Carmen bukan saudara kandungnya?
Masalah pelik terjadi begitu saja dalam sekejap mata.
Rasanya ia baru saja bermain, bercanda dan menikmati hari indah bersama dengan keluarganya, tetapi semua berubah dengan cepatnya. Sampai Carlo tak ada persiapan untuk itu.
"Aku lapar setelah banyak kesedihan yang terjadi. Kau bisa mencarikan makan untukku, termasuk kamu juga?" ujar Carmen lagi.
"Ya, aku akan mencarikanmu makanan. Sepertinya di hutan banyak buah-buahan." Carlo beranjak dari duduknya. Mengindahkan apa yang perintahkan Carmen.
Carlo berjalan keluar rumah mencarikan makanan dan buah-buahan seperti apa yang ia janjikan pada Carmen tadi.
Setelah keluarganya habis, hanya tinggal ia berdua saja dengan Carmen. Tak ada lagi yang bisa diandalkan, bahkan ia masih menyangsikan apakah gelar bangsawan miliknya masih ada?
Tak lama Carlo mendapatkan makanan dan buah itu. Sedang senyum bahagia ia kembali ke rumah.
"Carmen, aku mendapatkan banyak ma … kanan." Barang yang Carlo pernah tadi jatuh lalu berserakan di lantai.
Badannya mematung dengan air mata yang menetes di pipinya, ia belum bergerak sedikitpun. Napasnya memburu dan wajahnya berubah memerah, kemudian ia berteriak, "Carmen!!"
Carlo menerjang tubuh Carmen yang saat ini tergantung di langit-langit rumah. Dipeluknya kaki Carmen dengan sangat keras sembari air matanya terus mengalir.
Carlo tak habis pikir dengan apa yang terjadi. Kenapa ia bisa sebodoh itu meninggalkan Carmen seorang diri dalam keadaan bersedih, ia merasa tak berguna, karena tak bisa menjaga Carmen.
Tak ada lagi anggota keluarganya yang tersisa, kini hanya dirinya saja yang harus menanggung beban itu seorang diri.
Rasa sakit dan kesedihan Carlo menjadi kemarahan yang membuatnya tak sadar telah mengaktifkan sesuatu hingga suara yang menusuk telinganya terdengar.
[Sistem pemburu sihir diaktifkan]
Carlo terkejut dengan suara itu. Ia mencari sumbernya, tetapi tak ia temukan.
"Suara siapa itu?" tanyanya penasaran.
[Pengenalan sistem ditampilkan]
Setelah itu muncul papan sistem yang mirip seperti dalam game RPG, yang sering ia mainkan, di papan itu dijelaskan banyak hal.
Carlo bisa menggunakan sihir dengan cepat dan menguasai banyak skill di saat yang bersamaan.
Dia juga dikenalkan dengan Papan level, EXP, Poin Sistem, Shop, Inventory, Quest (Misi), Skill, Sihir Elemen dan masih banyak penjelasan fitur yang ada dalam sistem.
Kemudian Carlo mengingat permintaannya pada entitas yang ia sebut dewa itu, ternyata permintaannya dikabulkan dan ia bisa menggunakan sihir dengan sistem saat ini.
*
Setelah jasad Carmen Carlo kuburkan seorang diri, Carlo ke rumah keluarganya Alfonso yang hanya meninggalkan puing-puingnya saja.
Mungkin ia akan mendapatkan sesuatu di sana, kemana ia harus pergi setelah ini.
Carlo tak tahu tujuannya setelah semua yang terjadi.
Carlo kini melihat rumahnya yang hancur masih saja seperti aja yang terjadi, sejak ia dan Carmen tinggalkan. Kini terlihat kamarnya pun juga sudah hancur tak tersisa.
Carlo menggali lagi beberapa bukti tersisa mengenai kehancuran keluarganya dan menemukan sebuah ruang bawah tanah rahasia yang tidak hancur karena serangan itu.
Di dalam sana Carlo menemukan banyak bukti yang menunjukkan bahwa Organisasi Purnama Merah adalah musuh utamanya, mereka yang telah menghancurkan keluarganya.
Lalu dia berencana untuk pertama kali datang ke Akademi Sihir, di sana dia ingin menyelidiki mengenai Kepala Sekolah Leonarda Cianciulli dan beberapa Guru Sihir yang ada disana.
Menurut bukti yang ia dapatkan mereka ada hubungannya dengan kematian keluarganya dan Organisasi Purnama Merah.
Dengan kekuatan yang saat ini Carlo miliki pasti ia bisa mengalahkan mereka, lalu meminta pertanggungjawaban atas apa yang mereka lakukan pada keluarganya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Yuda Pratama
percuma dapat sistem
2022-12-04
1