Mr Jutek Milik Rindu
POV Rindu
"Jika ini adalah mimpi, tolong sadarkanlah Aku. Tetapi jika ini kenyataannya, tolong biarkanlah Aku bermimpi."
Hancur, Remuk mungkin itulah yang dapat menggambarkan perasaanku saat ini, Namaku Rindu Larissa Adimas. Aku adalah seorang mahasiswa semester 8 jurusan bisnis di Universitas A. Saat ini umurku 22 tahun, dan Aku memiliki kekasih bernama Farel Yosua. Kami telah menjalin hubungan selama kurang lebih 4 tahun. Dia merupakan kakak seniorku saat Aku masih menjadi mahasiswa baru. Kami telah bertunangan satu tahun yang lalu, dan bulan depan Kami akan melaksanakan pernikahan.
Malam itu, datang seorang Wanita bersama kedua orangtuanya ke rumah. Wanita itu terus memegang perutnya yang buncit, sepertinya Wanita itu sedang hamil.
Mereka bertemu dan menemui Papa dan Mamaku, semula Aku mencoba tidak peduli dengan kehadiran Mereka. Hingga kemudian Mama memanggilku dan memintaku untuk menemui orang tersebut.
Saat itu perasaanku sudah mulai curiga, Aku tidak mengenal wanita itu. Mengapa Ia ingin menemuiku?, batinku.
Akhirnya Aku keluar dari Kamar dan mengikuti langkah Mama, Kami duduk di ruang tamu. Wajah Papa nampak Aneh, Aku tidak tahu apakah Papa tengah marah atau tengah bersedih.
Wanita tersebut menangis tersedu-sedu, dengan masih terus memegang perutnya.
"Maaf ini sebenarnya ada apa ya?" Aku mencoba bertanya karena merasa penasaran.
"Apakah Kamu Rindu? calon Istri dari Farel?" Pertanyaan itu terlontar dari mulut Lelaki tua yang sepertinya adalah Ayah dari Wanita yang tengah hamil itu. Pertanyaan itu membuatku berfikir, mungkinkah kedatangan mereka ada hubungannya dengan Farel.
"Betul, memangnya ada apa ya Pak?" Aku mencoba bertindak sopan.
"Ini Nia, Dia Anak Kami. Saat ini Dia tengah mengandung, dan Anak itu merupakan Anak dari Farel." Ucap Bapak itu yang tentunya seperti petir yang menyambar.
Dengan refleks Aku membekap mulutku karena terkejut, Aku mencoba untuk tidak mempercayainya dan meminta bukti kepada Mereka.
"Bagaimana Saya bisa percaya jika yang Bapak katakan benar." Aku mencoba membentengi diriku dan mencoba tetap mempercayai Farel.
Kemudian Bapak itu memberikan sebuah video berdurasi 30 detik, Video yang benar-benar tidak pantas untuk dipertontonkan. Atau bahkan tindakan yang sangat tidak pantas untuk direkam.
Tetapi Aku benar-benar terkejut, ketika terlihat jelas bahwa laki-laki itu adalah Farel. Bahkan mata ini tidak dapat berbohong, bulir demi bulir air mata mulai jatuh membasahi pipiku. Mamaku memelukku erat, sepertinya Ia juga ikut menangis.
"Sabar Nak, Ikhlas ya Nak." Ucapnya mengusap pundakku.
"Nggak Ma, Nggak mungkin kan Ma Farel menghianati Aku?"Tangisku pecah, Aku bersuara dengan terbata-bata.
Mama mencoba menenangkanku, sedangkan Papa ikut pergi bersama Mereka.
Aku melepaskan pelukan Mama dan berlari keluar rumah, mencoba mengikuti Papa. Tetapi Mereka sudah pergi menggunakan mobil Papa.
Aku bergegas masuk ke garasi dan mengambil motor. dengan kecepatan penuh, Aku berusaha mengejar mobil Papa yang sebenarnya Aku tahu Mereka menuju rumah Farel. Aku tau Mama khawatir padaku dan terus Mama terus memanggilku, tetapi entah mengapa Aku menghiraukannya.
Aku merasakan ada yang aneh dengan motor yang kukendarai. Benar saja, saat melewati jembatan motorku tiba-tiba berhenti.
"Aduhhh ini kenapa sih?" Umpat ku mencoba memeriksa motor tersebut, padahal sebenarnya Aku tidak mengetahui tentang motor. Saat Aku mencoba memperbaiki motorku, sial sekali kunci motorku terjatuh di bawah jembatan dan sulit sekali dijangkau. Aku terus mencoba mengambilnya hingga tiba-tiba ada yang menarikku dari belakang dengan kuat.
POV Ari.
Aku adalah Ari Putra Prawira, Putra dari Raka Prawira dan Kesya Oktaviani. CEO pemilik tiga perusahaan besar, hal itu membuatku benar-benar sibuk bekerja hingga Aku lupa untuk mencari kekasih hati di usiaku yang ke 27 tahun. Selain itu Aku masih menunggu keajaiban, teman masa kecilku Cinta akan datang kembali menemuiku.
Malam itu, Aku baru saja pulang dari bekerja, tiba-tiba Aku melihat seorang gadis berada di tepi jembatan. Sepertinya Ia tengah berusaha untuk mengakhiri hidupnya, benar-benar Wanita bodoh.
Aku menepikan mobilku, Kutarik dengan erat Gadis itu hingga Kami terjatuh bersama di tepi jembatan.
POV Author
Ari yang melihat Rindu yang seperti hendak melompat dari jembatan menarik erat tangan Rindu hingga mereka terjatuh ke tepi jembatan. Bukannya berterimakasih, Rindu justru memarahi Ari.
"Duhhh, gimana sih Mas, main tarik-tarik aja. Jatuh kan jadinya." Omel Rindu membersihkan kotoran dibajunya dengan mengusap-usapnya.
"Udah ditolongin, gak makasih malah marah. Emang Anak jaman sekarang ya, kalau ada masalah selesaikan, jangan lompat dari jembatan. Itu gak akan menyelesaikan masalah." Protes Ari menasihati Rindu.
"Hello? Anak? Saya itu udah dewasa ya. Jangan panggil Saya Anak, itu yang pertama. yang kedua mohon maaf ya Orang tua, Saya gak mau bunuh diri. Jangan sok tau, Saya mau ambil kontak motor Saya tuh jatuh." Protes Rindu Ketus.
"Apa? Kamu panggil Saya Orang tua? Kamu kayaknya harus pake kacamata deh." Protes Ari menyilangkan kedua tangannya didepan dada.
"Aduh capek emang ya kalo ngomong sama orang tua." Ucap Rindu yang mengacuhkan Ari dan berusaha mengambil kontak motornya kembali.
"Eh Bocil, apa Kamu gak punya mulut untuk minta tolong? Kamu bisa kan minta tolong."Umpat Ari yang gemas melihat tingkah Rindu.
"Aduhhh mohon maaf ya Bapak, daritadi kenapa cuma mengumpat dan mengumpat. Apa bapak gak punya hati nurani untuk nolong Saya?" Protes Rindu masih sibuk meraih kontak tersebut.
"Udahlah Pak, Bapak pergi aja sana lanjutin perjalanan Bapak. Jangan ganggu Saya." Rindu mengusir Ari.
"Mana mungkin Saya membiarkan Bocil malam-malam begini di tepi jembatan sendirian." Jawab Ari.
"Minggir Kamu." Ari menarik Rindu menjauh dari tepi jembatan. Kini Ari mencoba meraih kontak milik Rindu. Karena memiliki tubuh yang tinggi dan tangan yang panjang, Ari dengan mudah meraihnya.
"Nih Kamu lihat kan? ini membuktikan kalau Kamu emang bocil, ambil gampang gini aja gak bisa." Ledek Ari meraih tangan Rindu dan memberikan kunci tersebut kepada Rindu.
"Oke, Makasih." Ucap Rindu terpaksa.
"Yaudah silahkan pergi, ngapain masih disini?" Tanya Ari.
"Ya Bapak sendiri ngapain masih disini?" Rindu balik bertanya.
"Ditanya malah balik tanya, seperti yang Saya bilang tadi, Saya gak akan biarin bocil malam-malam diluar sendirian." Jawab Ari memasukkan tangannya ke saku celananya.
"Ya, sebenarnya Motor Saya rusak." Ucap Rindu pelan karena malu.
"Rusak? Yaudah, masuk mobil Saya biar Saya antar Kamu pulang." Tawar Ari.
"Nggak ah, ntar kalo Bapak apa-apain Saya gimana?" Tolak Rindu.
"Apa muka Saya setua itu sampai Kamu terus-terusan manggil Saya dengan sebutan Bapak?" Protes Raka.
"Ya habis Kamu duluan si panggil Saya bocil, ya Saya jadi panggil Kamu Bapak." Jawab Rindu santai.
"Ya emang Kamu bocil, buruan masuk biar Saya antar. Kamu tenang aja Aku gak akan apa-apain Kamu, karena Aku gak nafsu sama bocil kayak Kamu."Ucap Ari masuk ke dalam mobilnya.
Bersambung .......
Akankah Rindu menerima ajakan Ari untuk mengantarkannya pulang? lantas bagaimana jika Ari bertemu dengan orang tua Rindu yang merupakan sahabat dari Mama Ari?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Be___Mei
bab pertama, like 🤗 semangat kk
2022-11-20
2