NovelToon NovelToon

Mr Jutek Milik Rindu

BAB 1 MIMPI BURUK

POV Rindu

"Jika ini adalah mimpi, tolong sadarkanlah Aku. Tetapi jika ini kenyataannya, tolong biarkanlah Aku bermimpi."

Hancur, Remuk mungkin itulah yang dapat menggambarkan perasaanku saat ini, Namaku Rindu Larissa Adimas. Aku adalah seorang mahasiswa semester 8 jurusan bisnis di Universitas A. Saat ini umurku 22 tahun, dan Aku memiliki kekasih bernama Farel Yosua. Kami telah menjalin hubungan selama kurang lebih 4 tahun. Dia merupakan kakak seniorku saat Aku masih menjadi mahasiswa baru. Kami telah bertunangan satu tahun yang lalu, dan bulan depan Kami akan melaksanakan pernikahan.

Malam itu, datang seorang Wanita bersama kedua orangtuanya ke rumah. Wanita itu terus memegang perutnya yang buncit, sepertinya Wanita itu sedang hamil.

Mereka bertemu dan menemui Papa dan Mamaku, semula Aku mencoba tidak peduli dengan kehadiran Mereka. Hingga kemudian Mama memanggilku dan memintaku untuk menemui orang tersebut.

Saat itu perasaanku sudah mulai curiga, Aku tidak mengenal wanita itu. Mengapa Ia ingin menemuiku?, batinku.

Akhirnya Aku keluar dari Kamar dan mengikuti langkah Mama, Kami duduk di ruang tamu. Wajah Papa nampak Aneh, Aku tidak tahu apakah Papa tengah marah atau tengah bersedih.

Wanita tersebut menangis tersedu-sedu, dengan masih terus memegang perutnya.

"Maaf ini sebenarnya ada apa ya?" Aku mencoba bertanya karena merasa penasaran.

"Apakah Kamu Rindu? calon Istri dari Farel?" Pertanyaan itu terlontar dari mulut Lelaki tua yang sepertinya adalah Ayah dari Wanita yang tengah hamil itu. Pertanyaan itu membuatku berfikir, mungkinkah kedatangan mereka ada hubungannya dengan Farel.

"Betul, memangnya ada apa ya Pak?" Aku mencoba bertindak sopan.

"Ini Nia, Dia Anak Kami. Saat ini Dia tengah mengandung, dan Anak itu merupakan Anak dari Farel." Ucap Bapak itu yang tentunya seperti petir yang menyambar.

Dengan refleks Aku membekap mulutku karena terkejut, Aku mencoba untuk tidak mempercayainya dan meminta bukti kepada Mereka.

"Bagaimana Saya bisa percaya jika yang Bapak katakan benar." Aku mencoba membentengi diriku dan mencoba tetap mempercayai Farel.

Kemudian Bapak itu memberikan sebuah video berdurasi 30 detik, Video yang benar-benar tidak pantas untuk dipertontonkan. Atau bahkan tindakan yang sangat tidak pantas untuk direkam.

Tetapi Aku benar-benar terkejut, ketika terlihat jelas bahwa laki-laki itu adalah Farel. Bahkan mata ini tidak dapat berbohong, bulir demi bulir air mata mulai jatuh membasahi pipiku. Mamaku memelukku erat, sepertinya Ia juga ikut menangis.

"Sabar Nak, Ikhlas ya Nak." Ucapnya mengusap pundakku.

"Nggak Ma, Nggak mungkin kan Ma Farel menghianati Aku?"Tangisku pecah, Aku bersuara dengan terbata-bata.

Mama mencoba menenangkanku, sedangkan Papa ikut pergi bersama Mereka.

Aku melepaskan pelukan Mama dan berlari keluar rumah, mencoba mengikuti Papa. Tetapi Mereka sudah pergi menggunakan mobil Papa.

Aku bergegas masuk ke garasi dan mengambil motor. dengan kecepatan penuh, Aku berusaha mengejar mobil Papa yang sebenarnya Aku tahu Mereka menuju rumah Farel. Aku tau Mama khawatir padaku dan terus Mama terus memanggilku, tetapi entah mengapa Aku menghiraukannya.

Aku merasakan ada yang aneh dengan motor yang kukendarai. Benar saja, saat melewati jembatan motorku tiba-tiba berhenti.

"Aduhhh ini kenapa sih?" Umpat ku mencoba memeriksa motor tersebut, padahal sebenarnya Aku tidak mengetahui tentang motor. Saat Aku mencoba memperbaiki motorku, sial sekali kunci motorku terjatuh di bawah jembatan dan sulit sekali dijangkau. Aku terus mencoba mengambilnya hingga tiba-tiba ada yang menarikku dari belakang dengan kuat.

POV Ari.

Aku adalah Ari Putra Prawira, Putra dari Raka Prawira dan Kesya Oktaviani. CEO pemilik tiga perusahaan besar, hal itu membuatku benar-benar sibuk bekerja hingga Aku lupa untuk mencari kekasih hati di usiaku yang ke 27 tahun. Selain itu Aku masih menunggu keajaiban, teman masa kecilku Cinta akan datang kembali menemuiku.

Malam itu, Aku baru saja pulang dari bekerja, tiba-tiba Aku melihat seorang gadis berada di tepi jembatan. Sepertinya Ia tengah berusaha untuk mengakhiri hidupnya, benar-benar Wanita bodoh.

Aku menepikan mobilku, Kutarik dengan erat Gadis itu hingga Kami terjatuh bersama di tepi jembatan.

POV Author

Ari yang melihat Rindu yang seperti hendak melompat dari jembatan menarik erat tangan Rindu hingga mereka terjatuh ke tepi jembatan. Bukannya berterimakasih, Rindu justru memarahi Ari.

"Duhhh, gimana sih Mas, main tarik-tarik aja. Jatuh kan jadinya." Omel Rindu membersihkan kotoran dibajunya dengan mengusap-usapnya.

"Udah ditolongin, gak makasih malah marah. Emang Anak jaman sekarang ya, kalau ada masalah selesaikan, jangan lompat dari jembatan. Itu gak akan menyelesaikan masalah." Protes Ari menasihati Rindu.

"Hello? Anak? Saya itu udah dewasa ya. Jangan panggil Saya Anak, itu yang pertama. yang kedua mohon maaf ya Orang tua, Saya gak mau bunuh diri. Jangan sok tau, Saya mau ambil kontak motor Saya tuh jatuh." Protes Rindu Ketus.

"Apa? Kamu panggil Saya Orang tua? Kamu kayaknya harus pake kacamata deh." Protes Ari menyilangkan kedua tangannya didepan dada.

"Aduh capek emang ya kalo ngomong sama orang tua." Ucap Rindu yang mengacuhkan Ari dan berusaha mengambil kontak motornya kembali.

"Eh Bocil, apa Kamu gak punya mulut untuk minta tolong? Kamu bisa kan minta tolong."Umpat Ari yang gemas melihat tingkah Rindu.

"Aduhhh mohon maaf ya Bapak, daritadi kenapa cuma mengumpat dan mengumpat. Apa bapak gak punya hati nurani untuk nolong Saya?" Protes Rindu masih sibuk meraih kontak tersebut.

"Udahlah Pak, Bapak pergi aja sana lanjutin perjalanan Bapak. Jangan ganggu Saya." Rindu mengusir Ari.

"Mana mungkin Saya membiarkan Bocil malam-malam begini di tepi jembatan sendirian." Jawab Ari.

"Minggir Kamu." Ari menarik Rindu menjauh dari tepi jembatan. Kini Ari mencoba meraih kontak milik Rindu. Karena memiliki tubuh yang tinggi dan tangan yang panjang, Ari dengan mudah meraihnya.

"Nih Kamu lihat kan? ini membuktikan kalau Kamu emang bocil, ambil gampang gini aja gak bisa." Ledek Ari meraih tangan Rindu dan memberikan kunci tersebut kepada Rindu.

"Oke, Makasih." Ucap Rindu terpaksa.

"Yaudah silahkan pergi, ngapain masih disini?" Tanya Ari.

"Ya Bapak sendiri ngapain masih disini?" Rindu balik bertanya.

"Ditanya malah balik tanya, seperti yang Saya bilang tadi, Saya gak akan biarin bocil malam-malam diluar sendirian." Jawab Ari memasukkan tangannya ke saku celananya.

"Ya, sebenarnya Motor Saya rusak." Ucap Rindu pelan karena malu.

"Rusak? Yaudah, masuk mobil Saya biar Saya antar Kamu pulang." Tawar Ari.

"Nggak ah, ntar kalo Bapak apa-apain Saya gimana?" Tolak Rindu.

"Apa muka Saya setua itu sampai Kamu terus-terusan manggil Saya dengan sebutan Bapak?" Protes Raka.

"Ya habis Kamu duluan si panggil Saya bocil, ya Saya jadi panggil Kamu Bapak." Jawab Rindu santai.

"Ya emang Kamu bocil, buruan masuk biar Saya antar. Kamu tenang aja Aku gak akan apa-apain Kamu, karena Aku gak nafsu sama bocil kayak Kamu."Ucap Ari masuk ke dalam mobilnya.

Bersambung .......

Akankah Rindu menerima ajakan Ari untuk mengantarkannya pulang? lantas bagaimana jika Ari bertemu dengan orang tua Rindu yang merupakan sahabat dari Mama Ari?

BAB 2 HARUS BAGAIMANA

Rindu terdiam sejenak, Ia lupa membawa ponselnya sehingga Ia tidak bisa meminta bantuan baik teman maupun keluarganya. Ia juga lupa membawa uang untuk naik taksi atau ojek.

"Aduh, kalo Aku tolak. Nanti Aku pulang gimana ya? atau Aku Terima aja tawarannya." Batin Rindu.

"Ayo buruan, ini udah makin malam lho. Yakin gak mau Saya antar?" Ari memasukkan salah satu tangannya ke dalam saku yang satunya ia mengangkat untuk melihat jam di tangannya. Tubuhnya Ia sandarkan di mobilnya.

"Terus motor Saya gimana dong?" Tanya Rindu resah.

"Nanti biar diurus sama Orang Saya. Kamu tenang aja." Jawab Ari kemudian menelepon Orang kepercayaannya untuk datang ke lokasi.

Setelah menunggu, datang dua orang dengan membawa sepeda motor.

"Malam Boss, Mana motor yang mau di benerin?" Tanya salah satunya.

"Tolong Kamu perbaiki motor itu." Titah Ari.

Rindu yang melihat hal itupun berfikir bahwa Ari adalah orang penting dan banyak uang, hal itu nampak dari cara Ia menghadapi permasalahan dan cara orang menghargainya.

Kedua orang yang baru saja datang mencoba mengotak-atik motor Rindu, Mereka sepertinya tengah berdiskusi. Kemudian Mereka mengangguk-anggukkan kepalanya dan menghampiri Ari.

"Gimana? Apa udah bisa?" Tanya Ari.

"Maaf Boss, Kayaknya ini harus Kami bawa ke bengkel dulu karena Kami butuh alat yang ada di bengkel untuk memperbaikinya." Ucap salah seorang dari Mereka.

"Gimana menurut Kamu?" Tanya Ari menoleh kearah Rindu.

"Yaudahdeh, Saya percaya." Ucap Rindu.

"Ini alamat bengkel Kita dan ada identitas Kita juga." Orang yang mengotak-atik motor Rindu memberikan sebuah kartu.

"Yaudah, cepet masuk. Ini udah malam." Titah Ari masuk kedalam mobilnya. Rindu pun menuruti permintaan Ari.

Ari meminta Rindu menunjukkan jalan menuju rumahnya, saat memasuki komplek perumahan elit yang tidak asing bagi Ari, Ari pun berfikir untuk mengunjungi Tante Fillia, yaitu teman dari Mamanya. Karena semenjak Ari memasuki sekolah menengah pertama Ari disekolahkan diluar Kota, dan Ari tidak pernah mengunjungi Tante Fillia, Ia biasanya bertemu dengan Tante Fillia ketika Mamanya bertemu Tante Fillia.

"Nah, itu rumah Saya." Ucap Rindu yang membuat Ari terkejut karena Rindu menunjuk rumah Tante Fillia.

"Kamu serius ini rumah Kamu?" Tanya Ari memastikan sembari menepikan mobil.

"Iyalah, kenapa Kamu tanya gitu?" Rindu balik bertanya kepada Ari.

"Jadi Kamu siapanya Tante Fillia?" Tanya Ari.

"Tunggu dulu, kok Kamu kenal sama Mama Aku?" Rindu terkejut ketika Ari menyebut nama Mamanya.

"Bocil gak boleh Kepo, yaudah buruan turun. Mama Kamu pasti khawatir sama Kamu." Ucap Ari.

"Bocil aja terus, dasar jutek banget si jadi orang." Umpat Rindu pelan.

Ari ikut turun dari mobilnya untuk menemui Tante Fillia. Rindu yang melihat Ari mengikutinya pun bertanya.

"Om, ngapain ikut turun?" Protes Rindu.

"Om? apa gak ada panggilan lain?" tanya Ari.

Tiba-tiba pintu terbuka, Fillia yang mendengar suara mobil berhenti segera menuju pintu dan membukanya, begitulah naluri seorang Ibu ketika Anak gadisnya belum juga pulang sedangkan hari semakin gelap. Fillia sepertinya habis menangis, Ia berlari memeluk Putrinya erat. Rindu pun membalas pelukannya dan mendapatkan kehangatan, ingatannya kembali ke masalah yang tengah Ia hadapi. Hatinya kembali rapuh.

Fillia menoleh dan terkejut ketika melihat Ari.

"Loh Ari, Kamu yang antar Rindu pulang?" Tanya Bu Fillia pada Ari.

"Iya Tante, sebuah kebetulan bisa bertemu sama Putri Tante yang motornya tadi mogok di jalan." Jawab Ari.

Rindu melepaskan pelukannya dari Bu Fillia.

"Mama kenal sama Dia?" Tanya Rindu.

"Jelas dong sayang, Dia itu Kakaknya Tasya. Kalian emang gak pernah ketemu si ya." Jawab Bu Fillia.

"Eh Ayo Ari, Kita masuk yuk. Jangan di luar!" Ajak Bu Lia masuk rumah sambil merangkul Putrinya.

"Duduk Ari, biar Tante buatin minum dulu buat Kamu. Mbok ......." Panggil Bu Lia kepada salah seorang asisten rumah tangganya.

"Gak usah repot-repot Tante." Ucap Ari yang merasa sungkan.

"Ma, Papa belum pulang ya?" Tanya Rindu.

"Sebentar lagi mungkin. Kenapa Sayang?" Bu Lia menyibak rambut Putrinya.

"Ma, Rindu capek. Rindu boleh istirahat?" Tanya Rindu.

"Boleh dong Sayang, Kamu harus kuat ya, harus sabar. Mama dan Papa akan selalu ada untuk Kamu." Ucap Bu Lia menenangkan Putrinya.

"Makasih Ma, dan Saya juga makasih sama Kamu karena sudah mengantar Saya pulang. Saya permisi." Ucap Rindu kemudian meninggalkan Ari dan juga Bu Lia.

Ari dan Bu Lia menatap kepergian Rindu, Bu Lia pun menceritakan kejadian yang dialami oleh Rindu. Ari pun merasa Simpati dengan Rindu.

"Kasihan Dia, selain hatinya yang terluka. Dia juga pasti akan menghadapi kejamnya cacian hinaan dari orang-orang yang hanya bisa mengkritik karena Ia tidak jadi menikah." Ucap Bu Lia yang tidak mampu membendung air matanya.

"Tante Lia yang sabar ya, Ari yakin setelah ini pasti hikmahnya." Ari mencoba menenangkan Bu Lia.

"Terimakasih Ari, Tante juga berharap seperti itu." Ucap Bu Lia.

Ari melirik jam tangannya, kini jam menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Ia pun memutuskan untuk pulang.

"Tante, Ini udah malam. Ari mau pamit pulang." Ucap Ari berdiri dari tempat duduknya.

"Oh Iya, Tante titip salam untuk Mama, Papa dan juga Adik Kamu ya." Ucap Bu Lia.

Ari mencium tangan Bu Lia dan menanyakan keberadaan Pak Dimas. Istri dari Bu Lia.

"Iya, Nanti Ari sampaikan. Om Dimas masih belum dirumah ya Tante?" Tanya Ari.

"Iya, belum pulang." Jawab Bu Lia.

"Kalau gitu, Ari juga nitip salam untuk Om Dimas dan juga Putri Tante." Ucap Ari.

"Rindu, namanya Rindu." Jawab Bu Lia tersenyum.

"Iya, titip salam buat Rindu. Semoga Dia diberi kesabaran dan ketabahan." Ucap Ari.

"Aamiin, makasih ya Ari. Andai aja Kamu yang jadi menantu Tante pasti Tante seneng banget. Karena Tante tau Kamu itu seperti apa sejak Kamu kecil. Tante pasti bahagia kalau Anak Tante satu-satunya bisa mendapatkan laki-laki yang bertanggung jawab seperti Kamu." Ucap Bu Lia.

"Tante bisa aja." Ucap Ari tersenyum manis.

Bu Lia pun mengantar Ari hingga keluar dari rumah, saat Ia hendak masuk ke dalam mobilnya, Ia mendongak ke atas dan dilihatnya Rindu tengah melamun dengan ekspresi wajah yang sangat berbeda dengan yang Ari lihat sebelumnya.

Ari tersenyum kepada Bu Lia kemudian masuk kedalam mobil, Ia berfikir bagaimana cara agar Ia bisa membantu masalah yang sedang dihadapi oleh Bu Lia. Karena pada masa lalu, Bu Lia selalu menolong keluarganya bahkan menyelamatkan nyawa Ibunya yaitu Bu Kesya.

"Andai Aku bisa membantu masalah yang sedang dihadapi Tante Fillia, Aku pasti lakukan. Tapi Aku bisa bantu apa?" Batin Ari sepanjang perjalanan pulang.

Bersambung........

Bagaimana Cara Ari membantu masalah tersebut?

BAB 3 TAK INGIN BERTEMU

Di kediaman Ari, Setiap paginya anggota keluarga akan menikmati sarapan pagi bersama. Hari itu pun sama, Keluarga Prawira telah duduk di kursinya masing-masing dan bersiap untuk menyantap sarapan.

Pak Raka memimpin doa, kemudian Mereka makan bersama. Keluarga Prawira terdiri dari 4 orang, yaitu Pak Raka, Bu Kesya, Ari dan juga Natasha.

Bu Kesya yang semalam tidak mengetahui Putranya pulang pun bertanya pada Ari.

"Semalam Kamu pulang jam berapa Ri? Mama sampai udah ketiduran." Tanya Bu Kesya.

"Semalam Ari pulang jam sebelas, Ari dari rumah Tante Lia." Jawab Ari.

"Kamu kerumah Tante Lia? Tante Lia gimana kabarnya? kok Kamu kesana gak ngajak Mama? terus juga ngapain kesana?" Tanya Bu Kesya panjang lebar.

"Ma, kalo tanya itu satu-satu dong. Ari sampai bingung mau jawab yang mana dulu."Pak Raka mengingatkan Bu Kesya yang sangat antusias.

"Iya nih Mama suka gitu ih." Tasya mendukung pendapat Ayahnya.

"Iya deh, Mama antusias banget soalnya Kamu tahu Rindu kan Sya? itu bulan depan mau menikah. Kan Mama jadi seneng dan terharu. Kapan ya Anak Mama nikah, umur udah 27 tahun belum menikah, kerjaan mulu yang dipikir." Ucap Bu Kesya memberikan kode pada Ari agar segera mencari pasangan.

"Wah, jadi Rindu mau nikah? padahal Dia seumuran sama Aku ya Ma." Ucap Tasya antusias.

"Kemarin Ari kerumah Tante Lia, dan keadaan Mereka sedang tidak baik-baik saja." Ucap Ari datar.

"Tunggu dulu, tidak baik-baik saja gimana maksud Kamu sih?" Tanya Bu Kesya yang mulai merasa khawatir.

"Semalam Tante cerita, kalo calon Suami dari Rindu, Rindu kan nama anaknya? Ketahuan menghamili wanita lain." Ucap Ari yang membuat keluarganya terkejut.

"Ya Allah, kasihan banget Rindu. Pasti Dia sedih banget, Yah nanti Kita berkunjung ke rumah Mereka ya. Mama mau kasih support buat Lia." Pinta Bu Kesya yang dijawab oleh anggukan Pak Raka.

"Yaudah, Ari berangkat kantor sekarang ya." Ari berdiri dari kursinya, mencium tangan kedua orangtuanya dan meninggalkan meja makan dengan menenteng tas kerja miliknya.

Di Kediaman Rindu

Rindu tengah duduk di tepi ranjangnya, dengan bersandar di bantalan Kasur. Tatapan matanya kosong, tiba-tiba Ia tersentak ketika mendengar suara Papanya yang seperti tengah memarahi seseorang dan meminta orang tersebut untuk pergi.

"Pergi Kamu dari sini, Saya udah gak mau berurusan sama Kamu lagi." Begitulah yang terdengar dari kamar Rindu.

Rindu beranjak kemudian membuka pintu kamarnya, Ia melihat apa yang terjadi dari atas balkon kamarnya.

Rindu melihat Pak Dimas tengah memarahi dan mengusir seorang Pria yang sudah tidak asing bagi Rindu, Dia adalah Farel. Laki-laki yang berjanji akan membahagiakannya, yang menemaninya selama 4 tahun ini.

"Tolong Om, Saya harus bicara sama Rindu. Saya mohon." Ucap Farel memohon kepada Pak Dimas.

"Pergi sekarang atau Saya panggil satpam untuk usir Kamu." Ancam Pak Dimas.

Tiba-tiba dari belakang Pak Dimas, Rindu muncul dan meminta izin berbicara dengan Farel.

"Pa, boleh Rindu bicara berdua sebentar aja sama Farel." Ucap Rindu lirih.

Pak Dimas yang sebenarnya tidak rela pun dengan terpaksa mengizinkan Farel berbicara dengan Putri semata wayangnya.

"Baik, Papa izinkan Kalian bicara. Jangan lama-lama." Pak Dimas menatap mata Farel seperti hendak menerkamnya, kemudian meninggalkan Mereka berdua di halaman.

Farel menghampiri Rindu kemudian mengambil kedua tangan Rindu.

"Tolong dengerin penjelasan Aku dulu, jangan karena masalah ini Kita jadi batal menikah." Ucap Farel menatap wajah Rindu, tetapi Rindu memilih menundukkan wajahnya.

"Penjelasan apalagi yang Kakak maksud? Aku udah dengan jelas lihat video itu. Kakak mau menyangkal gimana lagi? itu bukan Kakak? atau video itu cuma editan?" Tanya Rindu mulai berani menatap Farel, tetapi kali ini tatapannya adalah tatapan kekecewaan.

"Kakak akui itu memang Kakak, Kakak emang melakukan itu sama Dia. Aku adalah laki-laki dewasa Rindu, Aku memiliki hasrat untuk melakukan itu. Tapi Aku tahu bahwa Kamu gak akan pernah memberikan hal itu ke Aku, dan Aku menghargai itu." Ucap Farel seolah apa yang Ia lakukan bukanlah kesalahan.

"Aku yakin 100% kalo Anak itu bukanlah Anak Aku. Karena saat itu Aku menggunakan, Kamu tahulah apa yang Aku maksud. Lagipula Dia melakukan itu bukan cuma sama Aku, tapi sama banyak laki-laki lain." Ucap Farel yang tidak mau disalahkan.

"Plakkkkk" Sebuah tamparan mendarat di pipi Farel. Rindu yang sedari tadi berusaha menahan air matanya pun mulai meneteskan air mata yang telah berusaha Ia bendung.

Farel terkejut mendapatkan perlakuan tersebut.

"Kak, kesalahan yang pertama Kakak udah hianati Aku. Kedua Kakak gak mengakui kesalahan Kakak. Ketiga Kakak bukannya merasa bersalah malah menuduh Wanita itu." Protes Rindu, suaranya bergetar. Untuk pertama kalinya Ia marah hingga menampar seseorang.

"Tapi memang benar itu bukan Anak Aku, Aku berani tes DNA setelah Anak itu lahir. Tapi tolong jangan batalkan pernikahan Kita, tunggu sampai masalah ini selesai. Setelah itu Kita akan menikah seperti impian Kita." Ucap Farel yang membuat Rindu menggelengkan kepalanya.

"Aku gak pernah peduli, Anak itu Anak Kakak atau bukan. Kakak gak perlu minta Aku untuk menunggu, Karena Aku udah gak bisa sama Kakak lagi. Aku udah bener-bener kecewa sama Kakak. Aku minta sama Kamu, jangan pernah ganggu Aku lagi dan jangan pernah temui Aku lagi. Ngertiiii!" Rindu menegaskan kata-katanya dan berlalu meninggalkan Farel, Farel mencoba menahannya tetapi Pak Dimas melihat itu dan mengusir Farel dari rumahnya dengan paksa.

Bu Lia yang mengerti perasaan Putrinya langsung memeluk Rindu. Ia membelai rambut Putrinya berusaha menenangkan.

Tiba-tiba saja Bu Lia merasakan bahwa Putrinya seperti tak sadarkan diri.

"Rindu, bangun Sayang." Bu Lia menepuk pelan pipi Putrinya berusaha membangunkannya. Tetapi tidak ada respon dari Rindu, Bu Lia panik dan berteriak memanggil Suaminya.

"Pa, Papa....." Teriak Bu Lia, Pak Dimas masuk dengan tergesa-gesa.

"Kenapa Ma? Loh Rindu kenapa?" Pak Dimas segera menghampiri Rindu dan menggendongnya masuk ke kamarnya.

Pak Dimas mengecek denyut Putrinya, Ia memeriksa keadaan Putrinya sendiri karena Ia merupakan seorang Dokter.

"Gimana Pa? Rindu kenapa?" Tanya Bu Lia.

"Sepertinya Dia drop karena masalah ini." Jawab Pak Dimas merangkul Istrinya memberikan ketenangan.

"Kasihan Rindu Pa, kenapa Dia harus mengalami ini." Ucap Bu Lia.

Tiba-tiba Mbok Darmi mengetuk pintu kamar, kemudian masuk.

"Nyonya, Ada Bu Kesya di luar." Lapor Mbok Darmi.

"Ada Kesya Ma, Kamu temui aja dulu. Biar Rindu Papa yang jaga." Ucap Pak Dimas.

"Yaudah, Mama kebawah sebentar ya." Ucap Bu Lia kemudian meninggalkan Kamar.

Bersambung...

Apa yang terjadi pada Rindu hingga Ia tidak sadarkan diri?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!