Di kediaman Ari, Setiap paginya anggota keluarga akan menikmati sarapan pagi bersama. Hari itu pun sama, Keluarga Prawira telah duduk di kursinya masing-masing dan bersiap untuk menyantap sarapan.
Pak Raka memimpin doa, kemudian Mereka makan bersama. Keluarga Prawira terdiri dari 4 orang, yaitu Pak Raka, Bu Kesya, Ari dan juga Natasha.
Bu Kesya yang semalam tidak mengetahui Putranya pulang pun bertanya pada Ari.
"Semalam Kamu pulang jam berapa Ri? Mama sampai udah ketiduran." Tanya Bu Kesya.
"Semalam Ari pulang jam sebelas, Ari dari rumah Tante Lia." Jawab Ari.
"Kamu kerumah Tante Lia? Tante Lia gimana kabarnya? kok Kamu kesana gak ngajak Mama? terus juga ngapain kesana?" Tanya Bu Kesya panjang lebar.
"Ma, kalo tanya itu satu-satu dong. Ari sampai bingung mau jawab yang mana dulu."Pak Raka mengingatkan Bu Kesya yang sangat antusias.
"Iya nih Mama suka gitu ih." Tasya mendukung pendapat Ayahnya.
"Iya deh, Mama antusias banget soalnya Kamu tahu Rindu kan Sya? itu bulan depan mau menikah. Kan Mama jadi seneng dan terharu. Kapan ya Anak Mama nikah, umur udah 27 tahun belum menikah, kerjaan mulu yang dipikir." Ucap Bu Kesya memberikan kode pada Ari agar segera mencari pasangan.
"Wah, jadi Rindu mau nikah? padahal Dia seumuran sama Aku ya Ma." Ucap Tasya antusias.
"Kemarin Ari kerumah Tante Lia, dan keadaan Mereka sedang tidak baik-baik saja." Ucap Ari datar.
"Tunggu dulu, tidak baik-baik saja gimana maksud Kamu sih?" Tanya Bu Kesya yang mulai merasa khawatir.
"Semalam Tante cerita, kalo calon Suami dari Rindu, Rindu kan nama anaknya? Ketahuan menghamili wanita lain." Ucap Ari yang membuat keluarganya terkejut.
"Ya Allah, kasihan banget Rindu. Pasti Dia sedih banget, Yah nanti Kita berkunjung ke rumah Mereka ya. Mama mau kasih support buat Lia." Pinta Bu Kesya yang dijawab oleh anggukan Pak Raka.
"Yaudah, Ari berangkat kantor sekarang ya." Ari berdiri dari kursinya, mencium tangan kedua orangtuanya dan meninggalkan meja makan dengan menenteng tas kerja miliknya.
Di Kediaman Rindu
Rindu tengah duduk di tepi ranjangnya, dengan bersandar di bantalan Kasur. Tatapan matanya kosong, tiba-tiba Ia tersentak ketika mendengar suara Papanya yang seperti tengah memarahi seseorang dan meminta orang tersebut untuk pergi.
"Pergi Kamu dari sini, Saya udah gak mau berurusan sama Kamu lagi." Begitulah yang terdengar dari kamar Rindu.
Rindu beranjak kemudian membuka pintu kamarnya, Ia melihat apa yang terjadi dari atas balkon kamarnya.
Rindu melihat Pak Dimas tengah memarahi dan mengusir seorang Pria yang sudah tidak asing bagi Rindu, Dia adalah Farel. Laki-laki yang berjanji akan membahagiakannya, yang menemaninya selama 4 tahun ini.
"Tolong Om, Saya harus bicara sama Rindu. Saya mohon." Ucap Farel memohon kepada Pak Dimas.
"Pergi sekarang atau Saya panggil satpam untuk usir Kamu." Ancam Pak Dimas.
Tiba-tiba dari belakang Pak Dimas, Rindu muncul dan meminta izin berbicara dengan Farel.
"Pa, boleh Rindu bicara berdua sebentar aja sama Farel." Ucap Rindu lirih.
Pak Dimas yang sebenarnya tidak rela pun dengan terpaksa mengizinkan Farel berbicara dengan Putri semata wayangnya.
"Baik, Papa izinkan Kalian bicara. Jangan lama-lama." Pak Dimas menatap mata Farel seperti hendak menerkamnya, kemudian meninggalkan Mereka berdua di halaman.
Farel menghampiri Rindu kemudian mengambil kedua tangan Rindu.
"Tolong dengerin penjelasan Aku dulu, jangan karena masalah ini Kita jadi batal menikah." Ucap Farel menatap wajah Rindu, tetapi Rindu memilih menundukkan wajahnya.
"Penjelasan apalagi yang Kakak maksud? Aku udah dengan jelas lihat video itu. Kakak mau menyangkal gimana lagi? itu bukan Kakak? atau video itu cuma editan?" Tanya Rindu mulai berani menatap Farel, tetapi kali ini tatapannya adalah tatapan kekecewaan.
"Kakak akui itu memang Kakak, Kakak emang melakukan itu sama Dia. Aku adalah laki-laki dewasa Rindu, Aku memiliki hasrat untuk melakukan itu. Tapi Aku tahu bahwa Kamu gak akan pernah memberikan hal itu ke Aku, dan Aku menghargai itu." Ucap Farel seolah apa yang Ia lakukan bukanlah kesalahan.
"Aku yakin 100% kalo Anak itu bukanlah Anak Aku. Karena saat itu Aku menggunakan, Kamu tahulah apa yang Aku maksud. Lagipula Dia melakukan itu bukan cuma sama Aku, tapi sama banyak laki-laki lain." Ucap Farel yang tidak mau disalahkan.
"Plakkkkk" Sebuah tamparan mendarat di pipi Farel. Rindu yang sedari tadi berusaha menahan air matanya pun mulai meneteskan air mata yang telah berusaha Ia bendung.
Farel terkejut mendapatkan perlakuan tersebut.
"Kak, kesalahan yang pertama Kakak udah hianati Aku. Kedua Kakak gak mengakui kesalahan Kakak. Ketiga Kakak bukannya merasa bersalah malah menuduh Wanita itu." Protes Rindu, suaranya bergetar. Untuk pertama kalinya Ia marah hingga menampar seseorang.
"Tapi memang benar itu bukan Anak Aku, Aku berani tes DNA setelah Anak itu lahir. Tapi tolong jangan batalkan pernikahan Kita, tunggu sampai masalah ini selesai. Setelah itu Kita akan menikah seperti impian Kita." Ucap Farel yang membuat Rindu menggelengkan kepalanya.
"Aku gak pernah peduli, Anak itu Anak Kakak atau bukan. Kakak gak perlu minta Aku untuk menunggu, Karena Aku udah gak bisa sama Kakak lagi. Aku udah bener-bener kecewa sama Kakak. Aku minta sama Kamu, jangan pernah ganggu Aku lagi dan jangan pernah temui Aku lagi. Ngertiiii!" Rindu menegaskan kata-katanya dan berlalu meninggalkan Farel, Farel mencoba menahannya tetapi Pak Dimas melihat itu dan mengusir Farel dari rumahnya dengan paksa.
Bu Lia yang mengerti perasaan Putrinya langsung memeluk Rindu. Ia membelai rambut Putrinya berusaha menenangkan.
Tiba-tiba saja Bu Lia merasakan bahwa Putrinya seperti tak sadarkan diri.
"Rindu, bangun Sayang." Bu Lia menepuk pelan pipi Putrinya berusaha membangunkannya. Tetapi tidak ada respon dari Rindu, Bu Lia panik dan berteriak memanggil Suaminya.
"Pa, Papa....." Teriak Bu Lia, Pak Dimas masuk dengan tergesa-gesa.
"Kenapa Ma? Loh Rindu kenapa?" Pak Dimas segera menghampiri Rindu dan menggendongnya masuk ke kamarnya.
Pak Dimas mengecek denyut Putrinya, Ia memeriksa keadaan Putrinya sendiri karena Ia merupakan seorang Dokter.
"Gimana Pa? Rindu kenapa?" Tanya Bu Lia.
"Sepertinya Dia drop karena masalah ini." Jawab Pak Dimas merangkul Istrinya memberikan ketenangan.
"Kasihan Rindu Pa, kenapa Dia harus mengalami ini." Ucap Bu Lia.
Tiba-tiba Mbok Darmi mengetuk pintu kamar, kemudian masuk.
"Nyonya, Ada Bu Kesya di luar." Lapor Mbok Darmi.
"Ada Kesya Ma, Kamu temui aja dulu. Biar Rindu Papa yang jaga." Ucap Pak Dimas.
"Yaudah, Mama kebawah sebentar ya." Ucap Bu Lia kemudian meninggalkan Kamar.
Bersambung...
Apa yang terjadi pada Rindu hingga Ia tidak sadarkan diri?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments