Rindu terdiam sejenak, Ia lupa membawa ponselnya sehingga Ia tidak bisa meminta bantuan baik teman maupun keluarganya. Ia juga lupa membawa uang untuk naik taksi atau ojek.
"Aduh, kalo Aku tolak. Nanti Aku pulang gimana ya? atau Aku Terima aja tawarannya." Batin Rindu.
"Ayo buruan, ini udah makin malam lho. Yakin gak mau Saya antar?" Ari memasukkan salah satu tangannya ke dalam saku yang satunya ia mengangkat untuk melihat jam di tangannya. Tubuhnya Ia sandarkan di mobilnya.
"Terus motor Saya gimana dong?" Tanya Rindu resah.
"Nanti biar diurus sama Orang Saya. Kamu tenang aja." Jawab Ari kemudian menelepon Orang kepercayaannya untuk datang ke lokasi.
Setelah menunggu, datang dua orang dengan membawa sepeda motor.
"Malam Boss, Mana motor yang mau di benerin?" Tanya salah satunya.
"Tolong Kamu perbaiki motor itu." Titah Ari.
Rindu yang melihat hal itupun berfikir bahwa Ari adalah orang penting dan banyak uang, hal itu nampak dari cara Ia menghadapi permasalahan dan cara orang menghargainya.
Kedua orang yang baru saja datang mencoba mengotak-atik motor Rindu, Mereka sepertinya tengah berdiskusi. Kemudian Mereka mengangguk-anggukkan kepalanya dan menghampiri Ari.
"Gimana? Apa udah bisa?" Tanya Ari.
"Maaf Boss, Kayaknya ini harus Kami bawa ke bengkel dulu karena Kami butuh alat yang ada di bengkel untuk memperbaikinya." Ucap salah seorang dari Mereka.
"Gimana menurut Kamu?" Tanya Ari menoleh kearah Rindu.
"Yaudahdeh, Saya percaya." Ucap Rindu.
"Ini alamat bengkel Kita dan ada identitas Kita juga." Orang yang mengotak-atik motor Rindu memberikan sebuah kartu.
"Yaudah, cepet masuk. Ini udah malam." Titah Ari masuk kedalam mobilnya. Rindu pun menuruti permintaan Ari.
Ari meminta Rindu menunjukkan jalan menuju rumahnya, saat memasuki komplek perumahan elit yang tidak asing bagi Ari, Ari pun berfikir untuk mengunjungi Tante Fillia, yaitu teman dari Mamanya. Karena semenjak Ari memasuki sekolah menengah pertama Ari disekolahkan diluar Kota, dan Ari tidak pernah mengunjungi Tante Fillia, Ia biasanya bertemu dengan Tante Fillia ketika Mamanya bertemu Tante Fillia.
"Nah, itu rumah Saya." Ucap Rindu yang membuat Ari terkejut karena Rindu menunjuk rumah Tante Fillia.
"Kamu serius ini rumah Kamu?" Tanya Ari memastikan sembari menepikan mobil.
"Iyalah, kenapa Kamu tanya gitu?" Rindu balik bertanya kepada Ari.
"Jadi Kamu siapanya Tante Fillia?" Tanya Ari.
"Tunggu dulu, kok Kamu kenal sama Mama Aku?" Rindu terkejut ketika Ari menyebut nama Mamanya.
"Bocil gak boleh Kepo, yaudah buruan turun. Mama Kamu pasti khawatir sama Kamu." Ucap Ari.
"Bocil aja terus, dasar jutek banget si jadi orang." Umpat Rindu pelan.
Ari ikut turun dari mobilnya untuk menemui Tante Fillia. Rindu yang melihat Ari mengikutinya pun bertanya.
"Om, ngapain ikut turun?" Protes Rindu.
"Om? apa gak ada panggilan lain?" tanya Ari.
Tiba-tiba pintu terbuka, Fillia yang mendengar suara mobil berhenti segera menuju pintu dan membukanya, begitulah naluri seorang Ibu ketika Anak gadisnya belum juga pulang sedangkan hari semakin gelap. Fillia sepertinya habis menangis, Ia berlari memeluk Putrinya erat. Rindu pun membalas pelukannya dan mendapatkan kehangatan, ingatannya kembali ke masalah yang tengah Ia hadapi. Hatinya kembali rapuh.
Fillia menoleh dan terkejut ketika melihat Ari.
"Loh Ari, Kamu yang antar Rindu pulang?" Tanya Bu Fillia pada Ari.
"Iya Tante, sebuah kebetulan bisa bertemu sama Putri Tante yang motornya tadi mogok di jalan." Jawab Ari.
Rindu melepaskan pelukannya dari Bu Fillia.
"Mama kenal sama Dia?" Tanya Rindu.
"Jelas dong sayang, Dia itu Kakaknya Tasya. Kalian emang gak pernah ketemu si ya." Jawab Bu Fillia.
"Eh Ayo Ari, Kita masuk yuk. Jangan di luar!" Ajak Bu Lia masuk rumah sambil merangkul Putrinya.
"Duduk Ari, biar Tante buatin minum dulu buat Kamu. Mbok ......." Panggil Bu Lia kepada salah seorang asisten rumah tangganya.
"Gak usah repot-repot Tante." Ucap Ari yang merasa sungkan.
"Ma, Papa belum pulang ya?" Tanya Rindu.
"Sebentar lagi mungkin. Kenapa Sayang?" Bu Lia menyibak rambut Putrinya.
"Ma, Rindu capek. Rindu boleh istirahat?" Tanya Rindu.
"Boleh dong Sayang, Kamu harus kuat ya, harus sabar. Mama dan Papa akan selalu ada untuk Kamu." Ucap Bu Lia menenangkan Putrinya.
"Makasih Ma, dan Saya juga makasih sama Kamu karena sudah mengantar Saya pulang. Saya permisi." Ucap Rindu kemudian meninggalkan Ari dan juga Bu Lia.
Ari dan Bu Lia menatap kepergian Rindu, Bu Lia pun menceritakan kejadian yang dialami oleh Rindu. Ari pun merasa Simpati dengan Rindu.
"Kasihan Dia, selain hatinya yang terluka. Dia juga pasti akan menghadapi kejamnya cacian hinaan dari orang-orang yang hanya bisa mengkritik karena Ia tidak jadi menikah." Ucap Bu Lia yang tidak mampu membendung air matanya.
"Tante Lia yang sabar ya, Ari yakin setelah ini pasti hikmahnya." Ari mencoba menenangkan Bu Lia.
"Terimakasih Ari, Tante juga berharap seperti itu." Ucap Bu Lia.
Ari melirik jam tangannya, kini jam menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Ia pun memutuskan untuk pulang.
"Tante, Ini udah malam. Ari mau pamit pulang." Ucap Ari berdiri dari tempat duduknya.
"Oh Iya, Tante titip salam untuk Mama, Papa dan juga Adik Kamu ya." Ucap Bu Lia.
Ari mencium tangan Bu Lia dan menanyakan keberadaan Pak Dimas. Istri dari Bu Lia.
"Iya, Nanti Ari sampaikan. Om Dimas masih belum dirumah ya Tante?" Tanya Ari.
"Iya, belum pulang." Jawab Bu Lia.
"Kalau gitu, Ari juga nitip salam untuk Om Dimas dan juga Putri Tante." Ucap Ari.
"Rindu, namanya Rindu." Jawab Bu Lia tersenyum.
"Iya, titip salam buat Rindu. Semoga Dia diberi kesabaran dan ketabahan." Ucap Ari.
"Aamiin, makasih ya Ari. Andai aja Kamu yang jadi menantu Tante pasti Tante seneng banget. Karena Tante tau Kamu itu seperti apa sejak Kamu kecil. Tante pasti bahagia kalau Anak Tante satu-satunya bisa mendapatkan laki-laki yang bertanggung jawab seperti Kamu." Ucap Bu Lia.
"Tante bisa aja." Ucap Ari tersenyum manis.
Bu Lia pun mengantar Ari hingga keluar dari rumah, saat Ia hendak masuk ke dalam mobilnya, Ia mendongak ke atas dan dilihatnya Rindu tengah melamun dengan ekspresi wajah yang sangat berbeda dengan yang Ari lihat sebelumnya.
Ari tersenyum kepada Bu Lia kemudian masuk kedalam mobil, Ia berfikir bagaimana cara agar Ia bisa membantu masalah yang sedang dihadapi oleh Bu Lia. Karena pada masa lalu, Bu Lia selalu menolong keluarganya bahkan menyelamatkan nyawa Ibunya yaitu Bu Kesya.
"Andai Aku bisa membantu masalah yang sedang dihadapi Tante Fillia, Aku pasti lakukan. Tapi Aku bisa bantu apa?" Batin Ari sepanjang perjalanan pulang.
Bersambung........
Bagaimana Cara Ari membantu masalah tersebut?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments