Acara berlangsung hingga malam hari, jam menunjukkan pukul 10.00 malam. Keluarga Pak Dimas dan Pak Raka pun berkumpul. Rindu berpamitan kepada kedua orangtuanya karena Ia akan ikut Ari malam ini.
"Dimas, Lia malam ini biar Rindu ikut ke rumah Kami dulu ya." Ucap Pak Raka.
"Om Dimas, mohon izinnya untuk membawa Rindu ikut bersama ke rumah Saya." Ucap Ari meminta izin.
"Kok masih panggil Om si, Panggil Papa." Titah Pak Dimas.
"Iya Ari, sekarang panggil Mama, dan Papa ya." Pinta Bu Lia.
"Maaf Ari belum terbiasa." Jawab Ari.
"Tolong jaga baik-baik Putri Kami ya Ari, Kita tahu Kamu adalah Laki-laki yang baik dan bertanggung jawab." Pesan Pak Dimas menepuk pundak Ari.
"Pasti Pa. Dimas akan jaga Rindu." Jawab Ari.
"Ma, Pa Rindu pamit dulu ya." Rindu memeluk kedua orangtuanya.
"Kamu jaga diri baik-baik ya, jangan susahin Ari terus. Dia sekarang Suami Kamu, Kamu harus nurut sama Dia." Pesan Bu Lia.
"Iya Ma." Jawab Rindu.
Setelah saling berpamitan akhirnya keluarga Pak Raka pun pulang dengan membawa Rindu.
Setibanya di rumah, Pak Raka dan sekeluarga menyambut kedatangan Rindu.
"Selamat datang di rumah Ari ya Rindu. Jangan sungkan-sungkan disini." Ucap Bu Kesya.
"Iya Kak Rindu, tenang aja Tasya bisa kok jadi teman Kak Rindu." Ucap Tasya semangat.
"Makasih Tante, makasih Tasya." Ucap Rindu.
"Panggil Bunda aja, karena Kamu kalau panggil Lia Mama. Panggil Tante Bunda ya." Titah Bu Kesya.
"Iya Bund." Jawab Rindu.
"Yaudah, Ari Kamu antar dong Istri Kamu untuk istirahat. Kasihan Dia pasti udah capek." Titah Pak Raka.
"Ayo ikut Aku." Ucap Ari mendahului Rindu.
"Ariiii, kok gitu sih. Digendong dong Istrinya." Protes Nenek Lidya.
"Nek, Dia kan bisa jalan sendiri." Jawab Ari.
"Iya Nek, Rindu jalan sendiri aja." Jawab Rindu merasa malu.
"Ariiiii" Nenek Lidya seolah tak menerima penolakan.
Dengan sigap Ari menggendong tubuh Istrinya itu, Rindu pun terkejut.
"Wooooo Kak, gak papa Aku jalan sendiri aja." Ucap Rindu yang merasa takut.
"Nah gitu dong. Ini baru Cucu Nenek." Ucap Nenek Lidya.
Ari menggendong Rindu ala bridal style menaiki tangga menuju kamarnya.
"Aduh Kak, ini serius mau gendong Aku naik tangga? jangan ambil resiko deh. Aku bisa kok jalan sendiri." Rindu merasa khawatir akan keselamatannya.
"Kamu bisa diem nggak sih? tinggal digendong aja banyak protes." Ari membuat Rindu terdiam.
Kini Mereka telah tiba di pintu kamar Ari, Ari mendorong pintu tersebut dan meletakkan Rindu di atas ranjangnya yang telah dihias oleh banyak bunga. Benar-benar membuat Ari merasa tidak nyaman.
"Udah aman kan sekarang?" Tanya Ari.
Rindu hanya terdiam, Ari yang merasa gerah pun membuka jas miliknya dan ingin segera mengganti kemejanya dengan kaos.
Saat Ari membuka kancing kemejanya, Rindu pun berteriak.
"Kak Ariiiiii, Kakak mau ngapain?" Protes Rindu menutup matanya dengan tangannya.
"Apasih? mau ganti baju dong. Kamu fikir gak gerah apa?" Ari balik bertanya.
"Ih Kakak ma masih mending cuma pakai kemeja dan jas itu, masih gerah juga pake gaun ini Kak." Rindu mengeluh.
"Itu kan masalah Kamu." Jawab Ari.
"Ih Kakak ma gitu, nyebelin banget." Protes Rindu.
Melihat Rindu yang marah kepadanya, Ari pun memiliki niat jahil kepada Istri kecilnya itu.
"Rindu, apa itu di gaun Kamu? kecoa." Ucap Ari.
"Aaaa Kak Ari, serius? mana Kak? Kak Ari tolongin dong." Rindu melompat-lompat mencari keberadaan kecoa yang dimaksud Ari, Ia lupa bahwa Ia tengah mengenakan sepatu high heels. Akhirnya Ia pun terkilir, dengan sigap Ari bergegas menangkap Rindu.
"Awwww" Rintih Rindu di pelukan Ari.
"Kenapa?" Tanya Ari yang kemudian menggendong Rindu dan kembali meletakkannya di ranjang.
"Kakak, kecoanya buang dulu." Rindu menarik kemeja Ari dengan kuat sambil merengek.
"Ini kemeja Aku jangan ditarik dong, berantakan lho. Lagipula Aku cuma bohong kok. Gak ada kecoa, masak tempat bersih ada kecoa sih." Jawab Ari.
Rindu membelalakkan matanya, menatap Ari yang kini telah menjadi Suaminya itu.
"Ihhhh Kak Raka, gak lucu tau nggak?" Protes Rindu memukul pundak Suaminya.
"Lihat, gara-gara Kakak kaki Aku jadi kekilir, sakit tau." Protes Rindu.
Ari kemudian jongkok di hadapan Rindu.
"Ehh, Kakak mau ngapain?" Tanya Rindu.
"Udah Kamu diem aja." Ucap Ari membuka sepatu milik Rindu.
"Walaupun Kak Ari jutek, tapi Dia peduli dan hangat." Batin Rindu.
"Awww Kak pelan-pelan, Sakittt." Rengek Rindu.
"Iya ini juga udah pelan-pelan. Kamu tahan sedikit dong sakitnya." Protes Ari dengan hati-hati melepaskan sepatu Rindu.
"Ini gimana sih nyopotnya? susah banget? gak bisa dilepas ni." Protes Ari.
"Masak si Kak, sini biar Aku bantuin." Ucap Rindu hendak membantu Ari tetapi Ari menolak bantuannya.
"Udah gak usah, Kamu diem aja. Jangan banyak gerak nanti malah tambah susah ngelepasinnya." Tolak Ari.
Dibalik itu, sepasang Suami-istri yaitu Bu Lidya dan Pak Wira tengah menguping di luar Kamar.
"Wah Pi, Kayaknya Rindu kesakitan deh." Bisik Nenek Lidya.
"Kayaknya Mereka sama-sama masih polos, makannya gak bisa nyopotnya." Jawab Kakek Wira.
"Alhamdulillah.... akhirnya bisa dicopot juga, sakit banget semua ini itu ulah Kak Ari tau nggak." Suara Rindu dari dalam yang membuat Nenek Lidya dan Kakek Wira tertawa pelan dan dengan reflek Nenek Lidya menyenggol vas yang ada di meja sampingnya.
"Prangggg." Vas tersebut pecah berkeping-keping.
Nenek Lidya dan Kakek Wira pun gugup, belum sempat melarikan diri, Ari membuka pintu kamarnya. dengan Kemeja yang berantakan karena ulah Rindu yang sedari tadi menarik kemeja Ari.
Hal itu tentunya membuat Nenek Lidya dan Kakek Wira berfikir bahwa Ari dan Rindu baru saja menjalankan kewajiban sebagai Suami dan Istri.
"Kakek, Nenek? ngapain Nenek sama Kakek disini? terus kenapa itu Vasnya bisa jatuh." Tanya Ari.
"Ini lho, tadi ada kucing. Terus jatuhin ini Vas, dan kebetulan Nenek sama Kakek baru aja lewat." Jawab Nenek Lidya mencari alibi.
"Yaudah, kalo gitu biar Ari panggil No Surti untuk beresin pecahan ini. Nenek sama Kakek istirahat aja." Ucap Ari.
"Eh gausah, Kamu kan pengantin baru. Kamu nikmati aja malam ini, biar Nenek yang manggil Bi Surti."Nenek Lidya menahan Ari agar tidak pergi.
"Yaudah kalo gitu, kebetulan Ari belum selesai untuk...." Belum selesai Ari bicara Nenek Lidya sudah memotongnya.
"Iya-iya Nenek tau, ayo Pi Kita panggil Bi Surti." Nenek Lidya menggandeng suaminya untuk menjauh.
"Nenek tahu darimana kalau Aku belum selesai untuk ngolesin obat luka buat Rindu?" Ucap Ari bertanya kepada dirinya sendiri.
Ari pun kembali masuk kedalam kamar.
"Siapa Kak?" Tanya Rindu.
"Gak tau. Udah sini Kaki Kamu, biar Aku olesin Obat." Ari mengambil obat dan mencoba mengobati Kaki Rindu.
bersambung......
bagaimana kelanjutan kisah dari Ari dan Rindu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments