2 Hari berlalu begitu cepat, hari ini merupakan hari dimana keluarga Pak Raka dan juga Pak Dimas akan pergi bersama untuk berlibur.
Mereka berangkat dengan Mobil pribadi masing-masing, Pak Raka selaku pemilik Villa pun mendahului dan Pak Dimas mengikuti di belakangnya.
Di dalam Mobil Pak Dimas.
Rindu terus menatap keluar jendela, menikmati indahnya pemandangan perkebunan teh yang nampak hijau.
"Aku akan membuang semua kenangan selama kurang lebih 4 tahun bersama Kamu Kak, Aku harus melupakan Kamu. Selamat datang lembaran baru, Selamat tinggal lembaran lama." Rindu berjanji pada dirinya sendiri.
"Kamu kenapa Sayang?" Tanya Bu Lia.
"Gak kenapa-napa Ma, Rindu cuma seneng aja bisa lihat pemandangan yang indah." Jawab Rindu mulai tersenyum.
"Oh iya, selama beberapa hari ini Kamu gak pernah pegang hp Kamu kan? Ini coba Kamu cek, sepertinya teman-teman Kamu nelpon berkali-kali." Ucap Bu Lia memberikan ponsel kepada Rindu.
"Makasih ya Ma." Ucap Rindu menerima ponselnya dan mengecek, ternyata ada berkali-kali panggilan masuk dari Melli dan Nada, Sahabat baiknya.
Rindu pun menghubungi balik Mereka dan memberitahukan bahwa Ia baik-baik saja. Teman Kampus Rindu semua telah mengetahui hal yang terjadi pada Rindu, sehingga Sahabat baik Rindu khawatir dan terus menghubungi Rindu.
"Iya, Kalian tenang aja, Aku gak papa kok. Ya mungkin minggu depan Aku baru bisa berangkat lagi." Rindu berbicara lewat telepon dengan kedua sahabatnya. Bu Lia senang melihat Rindu mulai mencoba melupakan masalahnya.
Tak berapa lama, Mereka sampai di penginapan milik Pak Raka. Rindu keluar bersama Bu Lia. Sedangkan dari mobil Pak Raka, Ari keluar dan menyapa Pak Dimas dan Bu Lia.
"Alhamdulillah, sekarang Kita sudah sampai. Ini tempat penginapannya, mari masuk dan beristirahat terlebih dahulu." Ajak Pak Raka.
Mereka pun memasuki penginapan tersebut. Mereka beristirahat untuk menghilangkan rasa lelah setelah perjalanan panjang.
Malam harinya, Mereka berkumpul di halaman untuk acara makan-makan.
"Pokoknya disini Kamu harus happy-happy ya Sayang, jangan sedih lagi." Bu Lia meminta hal itu kepada Rindu, karena sejatinya sifat Rindu adalah periang.
"Iya Mami, Rindu bahagia kok." Ucap Rindu meyakinkan Bu Lia.
Pak Raka dan Pak Dimas sedang mengobrol, sedangkan Bu Lia dan Bu Kesya sibuk membakar Jagung. Tasya pun menghampiri Rindu.
"Hay Rindu, Bagus banget ya pemandangannya." Sapa Tasya.
"Iya, beruntung banget ya Kamu punya Villa di sini." Jawab Rindu.
Tiba-tiba telepon Ari berbunyi, Ia pun pamit untuk mengangkat telepon dan agak menjauh dari tempat itu.
"Oh iya Tasya, Kok Aku baru lihat Kakak Kamu ya." Ucap Rindu yang tak mengenal Ari.
"Hahaha Kakak Aku itu emang super sibuk, ya maklum lah kalo Kamu gak pernah ketemu. Tuh lihat, waktunya liburan aja Dia masih ngurus kerjaan." Jawab Tasya.
"Oh gitu ya, pantes Aku gak tau." Ucap Rindu.
"Eh iya, disini ada taman bagus banget lho kalo dilihat waktu malam." Ucap Tasya.
"Oh iya? dimana?" Tanya Rindu penasaran.
"Gak jauh dari sini, Kita bisa lihat pemandangan di bawah, lampu-lampu rumah yang menyala. Keren deh pokoknya." Ucap Tasya menjelaskan.
"Aku jadi pengen kesana deh." Ucap Rindu berharap.
"Mama, Ayah...." Panggil Tasya dengan suara yang lantang.
"Ada apa sih Sya?" Tanya Pak Raka.
"Rindu pengen ke tempat yang bisa lihat pemandangan dari atas." Ucap Tasya.
"Ini malam lho, bahaya." Ucap Pak Raka.
"Ya emang bagusnya kalo malam, gimana sih Ayah." Jawab Tasya pelan.
"Yaudah si Yah, biar Ari aja yang antar Rindu. Tasya bantuin Mama ni bakar jagung." Titah Bu Kesya.
"Nanti malah ngrepotin Kak Ari, Tante." Ucap Rindu.
"Udah, gak papa. Ari....." Panggil Bu Kesya. Ari pun mengakhiri panggilannya dan menghampiri Bu Kesya.
"Iya, ada apa Ma? Ada yang bisa Ari bantu?" Tanya Ari.
"Itu, Rindu pengen ke tempat yang bisa lihat pemandangan desa dari atas, Kamu anterin ya." Pinta Bu Kesya, Ari pun mengangguk dan berjalan menghampiri Rindu.
"Ayo." Ucapnya singkat dan berjalan mendahului Rindu.
Mereka berhenti dan benar saja, nampak perumahan warga dan lampu yang menyala, pemandangan yang indah.
"Wahhh indah banget pemandangannya." Ucap Rindu.
"Kalo Kamu lagi ada masalah, coba deh teriak disini. Pasti lega." Ucap Ari.
"Emang Iya? masak bisa sih?" Rindu meragukan pernyataan Ari.
"Coba aja kalo gak percaya." Ucap Ari.
Rindu menarik nafas panjang, dengan lantangnya Ia berteriak.
"Aku benci Farelllllllll." Ucap Rindu, Ia merasa lega dengan teriakannya tadi.
"Iya lho, lebih lega rasanya." Ucap Rindu.
Kemudian Ari duduk, Rindu pun mengikutinya.
"Makasih ya." Ucap Rindu, tapi Ari tidak menanggapinya.
Mereka terdiam sambil menatap lampu dari perumahan warga, tiba-tiba Ari melihat ada seekor ular yang mendekati Rindu.
"Awas, ada Ular." Ucap Ari mencoba menarik Rindu agar menjauh.
"Jangan bercanda deh, gak lucu." Rindu segera berdiri dan benar saja ada Ular yang nampak memantau Ari dan juga Rindu.
Rindu bersembunyi di belakang tubuh Ari. Ari pun berhasil mengusir Ular tersebut. Rindu masih berpegangan dengan tangan Ari.
"Ehemmm" Ari berdehem yang membuat Rindu tersadar dan melepaskan pegangannya.
"Maaf, namanya juga takut ya gak sadar." Ucap Rindu membela dirinya sendiri.
"Yaudah yuk, balik aja. Nanti ada binatang lainnya lagi." Ucap Rindu berjalan mendahului Ari.
"Awasss" Ari berlari menangkap Rindu yang terperosok karena lubang. Rindu nyaris terjatuh, tetapi dengan sigap Ari menangkapnya.
Kini Rindu berada dalam dekapan Ari, mata Mereka saling menatap.
"Kalo jalan hati-hati dong, masak lubang sebesar itu Kamu gak lihat." Protes Ari.
"Iya sorry," Ucap Rindu.
Dari kejauhan nampak dua orang Wanita yang tak lain adalah Bu Lia dan Bu Kesya yang hendak memanggil Ari dan Rindu untuk kembali ke penginapan. Tetapi Mereka memutuskan untuk bersembunyi ketika melihat Ari menangkap Rindu yang hampir terjatuh.
"Anak Kita ternyata cocok banget ya." Ucap Bu Kesya sambil memperhatikan Ari dan Rindu.
"Iya, coba aja kalo Rindu sama Ari, pasti Dia gak akan merasa sedih seperti sekarang." Ucap Bu Lia.
"Kalo Aku minta Ari menikahi Rindu Kamu gimana Fi?" Tanya Bu Kesya.
"Kalo Aku si, pasti setuju banget. Ya walaupun Aku gak tau Rindu bakal Nerima atau menolak." Jawab Bu Lia.
"Fill, Aku jadi punya ide deh, gimana kalo Kita jodohin Anak Kita?" Tawar Bu Kesya.
"Tapi apa gak terlalu cepat, Rindu belum pulih sepenuhnya dari sakit hati." Ucap Bu Lia ragu.
"Justru itu, kalo Dia menikah dengan Ari. Ari bisa membantu mengobati lukanya. Bahkan mungkin Mereka akan saling mencintai." Ucap Bu Kesya.
"Ide bagus, kalo gitu Kamu coba ngomong sama Ari, Setelah Ari mau, langsung ke rumah untuk melamar aja. Nanti biar Rindu sendiri yang menentukan mau atau tidaknya." Titah Bu Lia.
Bu Lia dan Bu Kesya saling menyodorkan tangan sebagai tanda setuju.
Bersambung.....
Akankah Ari menerima permintaan Mamanya untuk melamar Rindu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments