Farel yang mendengar perkataan Rindu seakan tak percaya dan menantang Rindu.
"Kalo memang Kamu akan menikah, oke. Aku akan berhenti mengejar Kamu tapi setelah Aku melihat dengan mata kepala Aku sendiri, Kamu menikah dengan orang lain." Tantang Farel.
Rindu pun menerima tantangan dari Farel.
"Oke, Aku akan buktikan sama Kamu." Ucap Rindu kemudian meninggalkan Farel yang masih terdiam menahan amarahnya.
Rindu bergegas menghampiri kedua temannya yang sedari tadi mendengar percakapan Rindu dan Farel.
"Rindu, Kamu baik-baik aja kan?" Tanya Melli.
"Menurut Kamu?" Rindu masih merasa kesal dengan Farel.
"Rindu itu masih kesel, Kamu malah tanya gitu." Protes Nada yang mengikuti langkah Rindu.
"Ihh tungguin dong." Melli mengikuti Nada dan juga Rindu.
Di Rumah Rindu
Pak Dimas bersama keluarganya tengah menikmati makan malam, tiba-tiba Rindu menghentikan makannya dan memulai pembicaraan.
"Pa, Ma Rindu udah ambil keputusan mengenai lamaran Kak Ari." Ucap Rindu pelan.
Pak Dimas dan Bu Lia pun ikut menghentikan makannya dan mendengarkan Rindu dengan seksama.
"Rindu udah putusin bahwa Rindu bersedia menerima lamaran dari Kak Ari." Ucap Rindu mantap.
Bu Lia dan Pak Dimas terkejut, Rasa tak percaya dan bahagia berselimut menjadi satu.
"Sayang, Kamu yakin sama keputusan Kamu ini?" Tanya Bu Lia, wajahnya benar-benar menggambarkan kebahagiaan.
"Rindu yakin Ma, Rindu tahu bahwa apa yang Mama dan Papa pilihkan untuk Rindu adalah yang terbaik." Ucap Rindu.
Bu Lia berdiri dari tempat duduknya dan memeluk tubuh Putrinya erat.
"Makasih ya Nak, Kamu sudah mau menerima Ari, Mama yakin sekali bahwa Ari pasti akan menjaga Kamu bahkan dengan nyawanya sendiri. Mama tahu Dia adalah Orang yang bertanggung jawab." Ucap Bu Lia.
Rindu tersenyum melihat kebahagiaan yang terpancar dari wajah kedua orangtuanya.
"Kalau gitu Mama harus seger kasih tahu Kesya tentang kabar baik ini." Ucap Bu Lia meraih ponselnya.
"Ma, makannya dihabiskan dulu." Ucap Pak Dimas mengingatkan.
"Nanti aja Pa, Mama sekarang harus kabari Kesya dulu." Ucap Bu Lia meninggalkan meja makan dan mencoba menghubungi Bu Kesya.
Di Rumah Pak Raka.
Bu Kesya tengah bersantai bersama Pak Raka di ruang keluarga, tiba-tiba telepon masuk dari Bu Lia.
"Siapa Ma?" Tanya Pak Raka.
"Fillia Mas." Jawab Bu Kesya kemudian mengangkat teleponnya.
"Hallo Lia." Sapa Bu Kesya.
"Hallo Key, Aku punya kabar baik buat Kamu. Oh bukan cuma buat Kamu tapi buat keluarga Kita maksudnya." Ucap Bu Lia antusias.
"Kabar baik? wah kayaknya Kamu Semangat banget. Aku sampe ikut semangat pengen denger." Ucap Bu Kesya yang ikut antusias.
"Rindu, udah setuju untuk menerima lamaran Ari......." Ucap Bu Lia.
"Wahhhhh Alhamdulillah, Aku seneng banget dengernya." Ucap Bu Kesya.
"Ada apa sih Ma? seneng banget kayaknya?" Tanya Pak Raka yang melihat Istrinya begitu bahagia.
"Ini bener-bener kabar bagus, Kita harus segera atur tanggal untuk acara pertunangan Mereka." Ucap Bu Kesya.
"Iya bener, kalau gitu Aku mau bilang sama Mas Dimas dulu ya." Bu Lia kemudian menutup teleponnya.
"Mas Raka, akhirnya Rindu nerima lamaran Ari, itu artinya Ari akan segera menikah. Mama seneng banget." Ucap Bu Lia terlihat begitu bahagia begitu pula dengan Pak Raka.
"Bagus dong Ma kalau gitu, besok Kita harus bicarakan masalah ini sama keluarga Pak Dimas." Ucap Pak Raka.
"Yaudah Mas, kalo gitu Aku mau ke kamar Ari dulu. Aku mau kasih tau kabar ini Ke Dia." Dengan semangat yang menggebu-gebu, Bu Kesya pun menghampiri Kamar Ari, Ia mengetuk pintu Kamar Putranya itu.
"Ari, Mama mau bicara sebentar." Bu Kesya berkata sambil mengetuk pelan pintu kamar Ari.
Ari pun membuka pintu kamarnya dan mempersilahkan Bu Kesya masuk, kini Bu Kesya telah duduk di atas ranjang Putranya, Ari pun duduk disebelahnya.
"Mama pasti kesini mau ngomong soal Rindu." Terka Ari yang sudah hafal dengan gelagat Mamanya.
"Kamu itu ya, emang pinter banget kalo nerka." Puji Bu Kesya tersenyum malu.
"Ya gimana Ari gak tau kalo Mama setiap malam datang ke kamar Ari dan selalu bicarain tentang itu." Ucap Ari.
"Tapi kali ini Mama punya kabar baik." Bu Kesya terlihat begitu bersemangat.
"Kabar baik apa Ma?" Tanya Ari yang terlihat biasa saja.
"Kamu tu jangan terlalu kaku dong jadi orang, gak ada seneng-senengnya gitu." Protes Bu Kesya.
"Ya Mama belum kasih tahu Ari, lagian kalo Ari seneng apa Ari harus lompat-lompat untuk nunjukin kalo Ari bahagia?" Tanya Ari datar.
"Udahlah, emang susah ya Kamu itu. Mama jadi badmood, Mama kesini cuma mau kasih tahu kalau Rindu udah menerima lamaran Kamu. Jadi besok Kamu pulang kantor sore aja ya." Pinta Bu Kesya.
"Gak bisa Ma, Besok Ari ada meeting sore." Ucap Ari menolak permintaan Mamanya.
"Aduh Ari, Kamu itu disana kan sebagai pemimpin. Kamu seharusnya bisa dong pulang lebih awal." Protes Bu Kesya.
"Justru karena Ari pemimpin Ari harus sedia 24 jam." Jawab Ari yang membuat Bu Kesya merasa kesal.
"Yaudah, terus aja mikirin pekerjaan Kamu, gak usah pikirin Mama." Bu Kesya mengeluarkan jurus andalannya.
Ari yang tidak mau melihat Mamanya kecewa pun mengikuti permintaan Bu Kesya.
"Iya-iya Ari ngalah, besok Ari usahain pulang lebih awal. Mama gak usah cemberut gitu." Ari akhirnya mengalah.
"Nah, itu baru Anak Mama. Kalo gini kan Mama jadi good mood lagi." Ucap Bu Kesya kembali tersenyum bahagia.
"Yaudah besok Mama kirim alamat tempat Kita ketemu sama keluarga Rindu. Mama balik ke kamar dulu ya, selamat istirahat Ari." Bu Kesya berpamitan dan keluar dari kamar Ari.
Ari merasa heran mengapa Rindu mau menerima lamarannya, Ia duduk di sofa tempat tidurnya sembari melingkarkan kedua tangannya di depan dada.
"Kenapa Dia mau menerima lamaran ini, padahal kalau Aku lihat kayaknya Dia sangat benci sama Aku." Batin Ari berfikir keras.
"Aku gak sangka Dia akan terima lamaran ini, Ini berarti Kita akan benar-benar menikah. Harapanku dengan Cinta udah benar-benar kandas dan harus Aku kubur dalam-dalam." Ucap Ari yang kembali mengambil gelang pemberian Cinta.
"Udah lama Aku menunggu Kamu Cinta, Aku bukannya mengingkari janji meninggalkan Kamu. Hanya mungkin Kita udah gak mungkin bisa bersama, Aku udah menunggu Kamu lama tapi Kamu sama sekali gak ada kabar, Selamat tinggal Cinta." Ari keluar dari kamarnya menuju balkon.
Ari menatap ke langit malam yang nampak Indah. Ia berharap keputusannya adalah yang terbaik untuk hidupnya.
"Aku berharap langkah yang udah Aku ambil adalah langkah terbaik." Ucap Ari masih dengan merenung.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments