Pagi ini rencananya Keluarga Pak Raka dan Keluarga Pak Dimas akan jalan-jalan berkeliling kebun teh, tetapi Rindu dan Ari sengaja Mereka tinggal.
Rindu keluar dari kamarnya, Ia membuka pesan yang terkirim dari Mamanya.
"Yah, Kok Mama gitu si. Kok Aku malah ditinggal." Umpat Rindu.
Tiba-tiba pintu kamar Ari terbuka, Ari keluar dari kamar tersebut dengan santai karena Ia memang tidak berminat berkeliling.
"Kak, Yang lain kemana ya? kok sepi?" Tanya Rindu.
"Udah perji jalan kayaknya." Jawab Ari singkat sambil membaca koran yang ada di meja.
"Yah, kok Aku ditinggal." Ucap Rindu duduk didepan Ari. Rindu berfikir mungkin Ari mau menemaninya untuk jalan-jalan.
"Kak..." Panggil Rindu yang melihat Ari yang tengah serius.
"Hmmmm" Jawab Ari cuek.
"Kakak mau gak kalo nemenin Rindu jalan-jalan sebentar aja, keliling perkebunan teh. Kan sayang kalo udah sampai sini tapi gak jalan di perkebunan." Ucap Rindu mencoba membujuk Ari.
Ari berdiri kemudian masuk kembali ke dalam kamarnya.
"Ihh kok malah masuk kamar sih, dasar Mr Jutek. Masak gak direspon sama sekali sih." Umpat Rindu.
Pintu kamar Ari kembali terbuka, Ari membawa kamera yang dikalungkan di lehernya.
"Kenapa masih diem disitu, jadi pergi nggak?" Tanya Ari.
"Jadi dong." Rindu berjalan menghampiri Ari, Mereka pun berjalan menyusuri perkebunan teh. Sepanjang perjalanan, Ari hanya sibuk mengambil gambar pemandangan alam yang sulit ditemukan di perkotaan.
Rindu benar-benar menikmati pemandangan yang nampak hijau. Udara juga sejuk dengan cuara mendung sehingga tidak terlalu panas.
"Kayaknya langitnya mulai gelap deh, Ayo Kita balik aja." Ari menyadari bahwa langit mulai tertutup dengan awan hitam.
"Yah, Kita kan baru aja sampe sini, masa mau langsung balik si." Rindu merasa kecewa.
"Daripada kehujanan." Jawab Ari.
"Kamu balik duluan aja deh, nanti Aku nyusul." Ucap Rindu masih belum ingin kembali ke penginapan.
"Yaudah, kalo ada apa-apa jangan salahin Aku." Ucap Ari kemudian meninggalkan Rindu.
Rindu berjalan menyusuri perkebunan teh, Ia mengambil beberapa gambar untuk diperlihatkan kepada teman-temannya.
Tiba-tiba hujan dengan lebatnya jatuh ke tanah, bukannya menghindar. Rindu justru senang dan menikmati hujan itu. Dia membuka tangannya dan menghadap ke langit. Air matanya mengalir bersama air hujan yang turun membasahi wajahnya.
Rindu menarik nafas panjang, mencoba melepaskan semua beban yang selama ini menyakitkan untuknya.
Tiba-tiba saja, Rindu terheran ketika ada payung yang melindunginya dari derasnya hujan. Ia berbalik dan ternyata Arilah yang membawa payung tersebut.
"Kamu beneran bocil ya? udah tau ini hujan bukannya berteduh malah hujan-hujanan." Umpat Ari yang jelas membuat Rindu kesal.
"Hujan-hujanan itu gak harus anak kecil kok, menurut Aku ini seru." Jawab Rindu menyangkal perkataan Ari.
"Udah, ayo balik. Jangan hujan-hujanan." Ucap Ari memberikan satu lagi patung yang belum dibuka untuk Rindu.
Dengan terpaksa Rindu menerimanya dan berjalan mendahului Ari kembali ke penginapan.
Di depan pintu Bu Lia dan Bu Kesya tengah menunggu Ari dan juga Rindu. Bu Lia yang melihat Rindu langsung menghampiri Putrinya yang basah kuyup.
"Yaampun Rindu, Kamu kok hujan-hujanan si." Bu Lia menyentuh pakaian Rindu yang basah.
"Yaudah Lia, buruan suruh Rindu ganti baju. Nanti malah masuk angin. Kamu juga Ari, ganti baju ya. Kamu juga basah bajunya." Ucap Bu Kesya.
Akhirnya Mereka pun masuk kedalam Villa dan segera mengganti pakaian, malam itu hujan sangat lebat. Keluarga Pak Raka dan Pak Dimas beristirahat untuk persiapan pulang.
Esok harinya, Keluarga Pak Raka dan Pak Dimas akan kembali ke kota, Mereka pun berpamitan dan berpisah. Ari langsung kembali ke pekerjaannya sedangkan Rindu masih diam di rumah untuk menenangkan pikirannya. Rencananya besok Ia akan kembali berangkat ke Kampus. Rindu juga mulai menghubungi teman-temannya dan kembali ceria.
Di Rumah Pak Raka
Malam hari seperti biasanya, Ari berada di ruang kerja di rumahnya. Ia tengah memeriksa beberapa laporan. Tiba-tiba pintu diketuk Bu Kesya dari luar, Ari pun meminta Bu Kesya untuk masuk.
"Ari, Mama boleh masuk?" Tanya Bu Kesya dari luar.
"Iya Ma, masuk aja." Jawab Ari menutup buku laporannya.
Bu Kesya masuk kemudian duduk di depan Ari, Ari pun bertanya kepada Mamanya.
"Ada apa Ma?"Tanya Ari kepada Bu Kesya.
"Mama kesini sebenarnya pengen minta sesuatu sama Kamu." Ucap Bu Kesya.
"Mama mau minta apa sih? ngomong aja gak papa." Ucap Ari menatap dengan seksama Bu Kesya.
"Kamu tahu kan masalah yang terjadi sama Tante Fillia? dan Kamu tahu kan gimana hubungan Mama sama Tante Fillia." Ucap Bu Kesya.
"Iya." Jawab Ari masih belum mengerti apa maksud Bu Kesya.
"Nak, Boleh nggak kalo Mama minta Kamu menikah sama Rindu?" Bu Kesya menggenggam tangan Ari.
"Hah? Ari? nikah sama Rindu? Mama jangan bercanda dong Ma. Ari sama Rindu aja gak saling kenal." Ucap Ari seolah tak percaya dengan permintaan Bu Kesya.
"Mama tahu, tapi coba Kamu pikir. Dengan menikah sama Rindu, Kamu bisa membalaskan budi atas kebaikan Tante Fillia dengan menjaga Rindu." Ucap Bu Kesya membujuk Ari.
Sejenak Ari terdiam, Memang Ari selama ini ingin membalas jasa kebaikan Bu Lia, tetapi Ia tidak tahu harus dengan apa.
"Dulu Mama sama Ayah menikah juga gak saling mengenal, Lagipula sekarang Kamu udah berusia 27 tahun. Udah saatnya Kamu berumah tangga. Ada yang ngurusin Nak, mau sampai kapan Kamu sendiri terus?" Ucap Bu Kesya yang membuat Ari merenung.
"Tolong kasih Ari waktu untuk berfikir Ma, karena menikah itu bukan sehari tapi seumur hidup. Pernikahan harus dipikirkan dengan matang." Ucap Ari yang akhirnya mulai terpengaruh dengan bujukan Bu Kesya.
"Iya, Mama tahu. Pikirkan baik-baik ya. Setelah Kamu udah menemukan jawabannya kasih tahu Mama. Mama sangat berharap Kamu mau menerima permintaan Mama ini. Tapi Mama gak mau memaksa Kamu karena Ini berkaitan dengan masa depan Kamu." Ucap Bu Kesya yang telah berdiri dari tempat duduknya.
Bu Kesya keluar dari ruangan Ari, Ari merenungkan permintaan Mamanya. Ia berjalan menuju jendela ruangannya dan menatap keluar rumahnya yang luas.
"Sampai kapan Aku harus menunggu Kamu kembali Cinta? Atau memang ini jalan Tuhan untuk Kita. Apa memang Kamu gak akan pernah kembali lagi? Selama ini Aku selalu menjaga hati untuk tidak mencintai siapapun dan berharap Kamu akan kembali. Apa memang ini saatnya untuk melepas Kamu?" Batin Ari yang teringat sahabat masa kecilnya yang bernama Cinta yang pergi dan berjanji akan kembali dan menemui Ari ketika dewasa. Ari selalu menunggu berharap Ia datang, tetapi hingga saat ini hal itu hanyalah harapan semata.
Bersambung......
Apakah Ari menerima permintaan Mamanya untuk menikah dengan Rindu atau menolak permintaan itu karena masih menunggu Cinta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments