Di Makam
Pagi ini Ari mengunjungi makam Ara, Ia berdoa di atas makam Adiknya untuk melepaskan rindunya. Setelah selesai berdoa dan hendak kembali ke mobilnya, Ari melihat Seorang Wanita yang ditarik dua orang Pria. Ari yang melihat hal itupun merasa jengkel. Ia mencoba menyelamatkan Wanita itu, tetapi ditahan oleh penjaga makam yang bertugas.
"Mas, jangan Mas." Ucap Penjaga makam tersebut mencoba menahan Ari.
"Pak, Saya gak mungkin biarkan Wanita itu ditarik paksa seperti itu. Kalau Mereka orang jahat gimana?" Tolak Ari.
"Wanita itu mengalami depresi, setiap hari Dia datang ke makam Ibunya. Dan yang membawa Dia adalah orang suruhan Ayahnya. Wanita itu selalu berusaha mengakhiri hidupnya. Mereka berdua adalah penjaganya. Jadi biarkan Mereka membawa Wanita itu." Terang penjaga itu.
"Depresi?" Tanya Ari.
"Ya, Dia menyesal Karena dulu Dia menolak permintaan Mamanya untuk menikah dengan lelaki yang sudah dipilihkan. Setelah Mamanya meninggal, Dia menyesal dan mengalami depresi karena hal itu." Ucap Penjaga itu.
Ari merasa seolah mendapat petunjuk dari peristiwa itu. Sejenak Ia merenung.
Di Kampus
Rindu baru saja tiba di kampus, baru saja keluar dari mobil Ia telah dihampiri oleh dua wanita yang merupakan sahabatnya.
"Rinduuuuuu" Panggil Mereka kompak kemudian memeluk Rindu erat.
"Apa sih? Kalian kayak gak ketemu Aku berapa tahun aja. Sampai meluk erat gini." Ucap Rindu.
Merekapun melepaskan pelukannya.
"Kita tu kangen banget sama Kamu tau, Kita tahu apa yang Kamu alami pasti berat banget. Tapi Kamu harus percaya, kalo Kita akan selalu nemenin Kamu." Ucap Nada.
"Iya, dan Kita akan selalu support Kamu." Melli menimpali.
"Soswittt banget sih, Makasih ya Kalian udah baik banget sama Aku." Ucap Rindu terharu dengan kebaikan sahabatnya.
"Yaudah gimana kalo sekarang Kita ke kantin aja, Kamu pasti kangen kan makanan kantin." Ajak Nada.
"Gak juga sih, biasa aja." Jawab Rindu yang kini mulai ceria.
"Eh, cerita dong. Kamu kan habis jalan-jalan." Pinta Melli.
Rindu pun menceritakan tentang kebun teh, Mereka bercerita hingga Kantin. Mereka duduk dan Nada memesan makanan untuk Mereka.
Di masjid perusahaan
Ari tengah merenung di masjid setelah melaksanakan shalat Dhuhur, Ia duduk termenung memikirkan permintaan Bu Kesya. Pak ustadz yang melihat kegelisahan Ari pun menghampirinya.
"Assalamualaikum" Sapa Pak Ustadz duduk di samping Ari.
"Waalaikumsalam." Jawab Ari.
"Ada apa Nak Ari? sepertinya sedang memikirkan sesuatu." Tanya Pak Ustadz.
"Sebenarnya Saya sedang bingung dan gelisah Pak." Jawab Ari menceritakan kegelisahannya.
"Kenapa bingung dan gelisah?" Tanya Pak Ustadz.
"Mama Saya meminta Saya untuk menikah dengan Wanita pilihannya, tetapi Ari tidak mencintai Wanita tersebut. Ari bingung harus menerima atau menolaknya." Ari mengungkapkan perasaannya.
Pak Ustadz menganggukkan kepalanya, mengerti dengan apa yang sedang dialami oleh Ari.
"Ari, Orangtuamu memilihkan Wanita untuk Kamu. Pastilah yang terbaik. Masalah mencintai ataupun tidak, Kamu harus percaya bahwa rasa cinta akan tumbuh ketika pernikahan itu terjadi dan Kalian tinggal bersama."Ucap Pak Ustadz.
"Lalu Saya harus bagaimana Pak Ustadz?" Tanya Ari meminta solusi dari Pak Ustadz.
"Berdoa, Minta jawaban. Saran Saya, Kamu ikuti perintah Mama Kamu karena Kamu pasti pernah dengar bahwa ridho Allah ada di ridho orangtuamu kan? Masalah perasaan pasti nanti mengikuti." Jawab Pak Ustadz.
"Terimakasih Pencerahannya tadz." Ucap Ari berterimakasih kepada Pak Ustadz, Pak ustadz pun pamit pergi dan meninggalkan Ari di Masjid.
Di Rumah Pak Dimas.
Rindu baru saja pulang dari Kampus, Ia menyapa segerombolan Ibu-ibu yang tengah bergunjing. Tiba-tiba salah satu dari Mereka melontarkan perkataan yang menyakiti hati Rindu.
"Eh itu kan Rindu Anaknya Bu Lia, Iya yang gagal nikah, kasihan banget ya." Ucapnya yang masih terdengar oleh Rindu.
Rindu menjadi topik pembicaraan Ibu-ibu tersebut, Rindu pun kembali bersedih. Ia masuk kedalam Rumah dengan mata yang berkaca-kaca. Bu Lia melihat hal tersebut dan bertanya apa yang terjadi.
"Sayang, Kamu kok nangis? ada apa Nak?" Tanya Bu Lia menatap mata Rindu.
Rindu memeluk tubuh Mamanya dan menumpahkan air matanya.
"Mama, maafin Rindu ya. Karena pernikahan Rindu yang batal, orang-orang jadi membicarakan Kita." Ucap Rindu.
Bu Lia melepas pelukan Rindu dan mengusap air mata Rindu.
"Mama gak papa, Mama gak malu. Bagi Mama, kebahagiaan Kamu adalah yang paling utama Nak. Jadi Mama minta Kamu jangan dengarkan omongan Mereka ya." Ucap Bu Lia menenangkan Rindu.
"Makasih Ma, Rindu bersyukur punya Mama." Rindu Memeluk kembali Bu Lia.
"Yaudah, lupain itu semua. Kamu bersihin badan terus makan ya." Ucap Bu Lia kemudian meninggalkan Rindu.
Di Kamar Ari
Jam menunjukkan pukul 3 pagi, Ari terbangun dari tidurnya. Ia mengambil wudhu dan melaksanakan shalat untuk meminta jawaban.
Di atas sajadah Ia berdoa dan meminta petunjuk, harus menerima atau menolak permintaan Mamanya.
Setelah melaksanakan shalat sunah dan berdoa, Ari kembali tidur dan bermimpi.
# Mimpi Ari
Di sebuah taman yang Indah, terdapat Anak di tengah taman tersebut. Ari menghampirinya dan menggendongnya.
"Anak Siapa ini? kenapa Dia ada di tengah taman sendirian?" Tanya Ari melihat ke kiri dan ke kanan. mencari seseorang. Tiba-tiba datang seorang Wanita yang tak asing bagi Ari. Itu adalah Rindu.
"Mama, Papa." Ucap Anak tersebut memanggil Ari dan Rindu dengan sebutan Mama dan Papa.
"Mama? Papa? Apa maksud dari semua ini?" Tanya Ari dalam hati.
Rindu menghampiri Ari dan tersenyum.
"Mas, Sekarang Putra Kita udah bisa ngomong ya, Aku seneng banget." Ucap Rindu tersenyum kepada Ari. Mereka menghabiskan waktu bersama di taman itu.
Tiba-tiba Ari terbangun dari mimpinya. Ia heran mengapa Ia bisa bermimpi tentang Rindu.
"Ternyata cuma mimpi, Kenapa Aku bisa sampe mimpi seperti itu? Atau ini memang jawaban bahwa Aku seharusnya menerima permintaan Mama?" Ari bertanya pada dirinya sendiri.
Jam menunjukkan pukul 5 Pagi, Ari memutuskan untuk berbicara dengan Mamanya. Kini keraguan telah sirna dari hatinya. Ia yakin dengan keputusannya. Kini Ia berfikir mungkin inilah jalan takdirnya.
Ari bersiap-siap untuk pergi ke kantor, Ia juga telah siap untuk berkata kepada Bu Kesya tentang keputusannya.
Setelah menghabiskan sarapannya, Ia meminta untuk berbincang dengan Bu Kesya. Mereka pun berjalan menuju Tepi kolam dan langsung membahas hal tersebut.
"Ma, Ari udah putusin semuanya. Tentang masa depan Ari." Ucap Ari memulai pembicaraan.
"Jadi gimana?" Tanya Bu Kesya antusias.
"Ari tahu, Mama pasti tahu yang terbaik untuk Ari. Permintaan Mama juga demi Ari. Ari sangat berterimakasih sama Mama." Ucap Ari.
"Iya, Sama-sama Nak." Ucap Bu Kesya.
"Ari bersedia menikah dengan Rindu." Ucap Ari yang membuat Bu Kesya sumringah.
"Apa Nak, jadi Kamu setuju?" Tanya Bu Kesya memastikan.
"Iya, Ari setuju." Jawab Ari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments