Alina memohon kepada suami dan mertuanya agar untuk sementara dia tetap tinggal disana. Dia juga meminta mereka untuk tidak mengatakan hal-hal yang bisa membuat ibunya pingsan lagi. Jujur Bu Sandra sangat kecewa kepada menantunya karena ternyata tidak bisa manjaga diri. Terlebih saat mendengar penuturan Raka yang mengatakan jika Alina sudah tidak virgin lagi dari awal pernikahan, tentu membuat Bu Sandra mendukung jika nantinya Raka akan menceraikan Alina. Namun sebagai rasa kemanusiaan, Bu Sandra menerima permintaan Alina yang meminta untuk tinggal disana untuk sementara.
Bu Sandra juga meminta Raka untuk menyelidiki siapa ayah dari anak yang di kandung oleh Alina. Jika saja lelaki itu ketemu, Raka akan langsung mengajaknya menghadap Bu Diana untuk mengatakan yang sebenarnya.
Jika saja bukan karena rasa kasihan kepada Bu Diana, mungkin saat ini Bu Sandra sudah mengusir Alina dari sana. Namun baik Raka atau pun Bu Sandra harus bersabar hingga kesehatan Bu Diana sudah membaik. Tentu Bu Sandra juga akan tinggal sementara di rumah anaknya.
Raka melihat ibunya yang baru datang dengan membawa koper besar.
''Selamat datang, Mah. Raka senang karena mamah mau menginap disini,'' Raka menyambut kedatangan ibunya.
''Mamah tinggal disini juga untuk mengawasi kamu, Nak. Takutnya kamu tidur sama istrimu.''
''Tidak mungkin, Mah. Kami sudah pisah ranjang dari awal pernikahan.''
''Kenapa kamu tidak bilang sama mamah?''
''Saat itu mamah terlihat senang sekali memiliki menantu seperti Alina, jadi Raka tidak mau membuat mamah kecewa jika Raka mengatakan yang sebenarnya.''
''Kamu bersabar dulu ya, Nak. Setidaknya sampai Bu Diana pulang berobat dari Singapura. Semoga saja saat itu tiba, kesehatannya sudah membaik.''
''Iya, Mah. Baru kali ini loh Raka menuruti kemauan orang. Sebenarnya malas Raka berada di posisi ini.''
''Mamah juga sama, Nak.''
Alina mendengar suara orang mengobrol. Dia pergi ke sumber suara. Ternyata suaminya sedang mengobrol dengan Bu Sandra.
''Eh Mamah Sandra,'' ucap Alina sambil tersenyum menatap Bu Sandra.
"Cepat buatkan minum! Cape nih baru datang," ucap Bu Sandra.
"Baik, Mah." Alina berlalu menuju ke dapur.
Sekilas Bu Sandra menatap kepergian Alina, lalu beralih menatap anaknya.
"Sekarang istrimu so rajin ya."
''Biarkan saja,'' Raka hanya berekspresi biasa saja.
Alina yang baru smapai di dapur, tiba-tiba ada yang menarik tangannya dari belakang. Dia menoleh melihat siapa yang berani memegang tangannya. Ternyata itu Aldo, dan Alina buru-buru melepaskan tangannya dari Aldo. Takutnya Bu Sandra atau Raka melihat mereka dan nantinya bisa salah paham.
''Lepaskan!'' Alina menarik tangannya sehingga terlepas dari cekalan Aldo.
''Non, saya mau bicara sama Non Alina,'' kata Aldo.
''Tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi,'' ucapnya.
Bu Sandra mendengar seperti ada yang mengobrol dari arah dapur. Karena penasaran Bu Sandra pergi untuk melihat. Jika dari suara yang dia dengar itu suara laki-laki dan perempuan. Hanya saja suaranya terdengar samar-samar jadi tidak jelas itu suara siapa.
Sesampainya di dapur, Bu Sandra tidak melihat siapa pun. Namun terlihat ada dua gelas berisi orange jus.
''Apa Alina yang membuat minum? Lalu dimana dia,'' gumam Bu Snadra sambil menatap sekitarnya, namun tidak melihat keberadaan Alina.
Bu Sandra pergi dari sana, dan hendak kembali ke depan. Setelah kepergian Bu Sandra, kini Alina dan Aldo keluar dari tempat persembunyian mereka. Alina menyuruh Aldo pergi jauh-jauh darinya.
''Untung saja tidak ketahuan,'' gumam Alina sambil mengusap dadanya.
......
......
Saat ini Aldo sedang berdiri di depan ruang kerja Raka. Tadi sengaja Aldo mengikuti Raka ke kantor. Sebenarnya sudah sejak kemarin-kemarin Aldo ingin berbicara kepada majikannya itu. Hanya saja jika di rumah tempatnya tak aman. Apalagi Alina pasti melarangnya untuk berbicara. Namun semakin dia bungkam itu semakin dia merasa bersalah. Akhirnya dengan segenap keberaniannya dia memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya. Jika nantinya dia di pecat, itu sudah konsekuensi yang harus dia terima.
Tok tok
Aldo mengetuk pintu ruangan itu.
''Masuk!'' ucap Raka dari dalam.
Aldo membuka pintu itu, dia mendekati Raka yang sedang serius menatap layar laptopnya. Raka menatap sekilas ke depan. Dia heran melihat Aldo datang ke ruangannya. Karena yang dia tahu tadi Aldo berada di rumah.
''Aldo, ngapain kamu datang kesini?'' tanya Raka.
''Maaf, Pak. Ada hal penting yang ingin saya bicarakan sama bapak.''
''Duduklah!'' pintanya.
Aldo langsung menarik kursi yang ada di depan Raka, lalu duduk disana.
''Pak, saya mau berbicara jujur. Sebenarnya malam itu saya yang meniduri Non Alina.''
Spontan Raka menghentikan pekerjaannya saat mendengar penuturan dari Aldo.
''Apa yang kamu ucapkan ini benar? Apa buktinya?''
''Saya punya rekaman CCTV yang ada di rumah bapak.''
''Bagaimana mungkin? Bukankah CCTV di rumah sedang rusak?"
''Itu karena saya yang merusaknya, Pak. Saya sengaja menghapus rekaman CCTV dan membuatnya rusak. Karena Non Alina yang ingin saya bungkam, jadi saya melakukan itu semua. Maafkan saya, Pak. Saya menyesal karena selama ini telah berbohong,'' Aldo tampak menunduk takut.
Raka tak menyangka jika ternyata yang telah menghamili istrinya itu sopirnya. Dia sama sekali tidak menaruh curiga kepada sopirnya. karena jika di lihat-lihat sopirnya itu orang baik.
''Coba kamu kirimkan rekaman CCTV yang kamu punya. Sekaligus kamu jelaskan awal mula kamu bisa meniduri istri saya. Kamu tenang saja, saya tidak marah karena saya memang tidak pernah mau menyentuhnya.''
Aldo mulai mengatakan kejadian malam itu yang bermula dari club malam. Hingga dia yang tergoda dengan Alina yang mengira jika dia suaminya.
Kini Aldo sudah keluar dari ruangan itu. Raka langsung saja menghubungi ibunya dan mengatakan semua kebenaran itu. Tentu Bu Sandra juga terkejut dan sama sekali tak menyangka jika lelaki yang menghamili Alina itu tak lain adalah Aldo.
Tok tok
Raka mendengar ada yang mengetuk pintu ruangannya.
''Masuk!''
Terlihat sekretarisnya memasuki ruangan itu.
''Maaf, Pak. Satu jam lagi kita ada pertemuan dengan Pak Satriya,'' ucap Arumi sang sekretaris.
''Oke, kamu siapkan saja semua keperluannya.''
''Baik, Pak.''
Satu jam kemudian, kini Raka dan sekretarisnya sedang berada di perjalanan menuju ke kantor Satriya. Sesampainya disana, dia dengan di ikuti oleh sekretarisnya langsung saja pergi ke ruangan Satriya yang berada di lantai paling atas.
Saat Raka keluar dari lift, dia melihat seorang wanita memasuki ruangan Satriya. Namun dia tak tahu itu siapa karena hanya melihatnya dari belakang.
Raka dan sekretarisnya sudah berada di depan ruangan itu. Dia mengetuk pintu, dan tak lama Satriya sendiri yang membukakan pintunya.
''Eh Pak Raka, selamat datang. Mari masuk!'' pintanya.
''Terima kasih, Pak Satriya.''
Saat baru memasuki ruangan itu, tatapan Raka tertuju kepada seorang wanita yang tak lain adalah Raisa. Dia sedang duduk di sofa.
''Sepertinya kedatangan saya kesini mengganggu Pak Satriya,'' ucap Raka.
Satriya mengerti apa yang Raka ucapkan, karena dia melihat ke arah pandang Raka yang ternyata sedang menatap Raisa.
''Tidak kok, santai saja, Pak.
Satriya mempersilakan Raka dan Sekretarisnya untuk duduk. Mereka mulai mengobrol seputar pekerjaan. Namun sesekali Raka mencuri pandang, dia memperhatikan penampilan Raisa yang terlihat sangat cantik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
🌹Nabila Putri🌹
menyesal datang nya belakangan.kl duluan namanya pendaftaran
2022-11-23
0