Episode.4

Raka menghampiri istrinya yang tampak sibuk mencuci piring di dapur.

"Sini kamu!" Raka memegang tangan istrinya lalu menariknya pergi dari dapur. Raka mengajak istrinya pergi ke lantai atas.

Ternyata Raka mengajak istrinya pergi ke kamarnya.

Brak

Pintu kamar tertutup rapat. Raka mendorong istrinya sehingga terjatuh ke atas lantai.

"Aww ... kamu apa-apaan sih?" Raisa beranjak dari atas lantai. Ini bukan pertama kalinya suaminya mendorongnya seperti itu. Namun sudah ke sekian kalinya.

"Sekarang kamu berani kurang ajar, Rai. Lihat saja aku akan membuatmu tersiksa," Raka menyunggingkan seringainya.

Raisa merasa takut melihat senyum devil yang di perlihatkan oleh suaminya. Sepertinya suaminya mempunyai niat terselubung dengan mengajaknya pergi ke kamar. Raisa hendak melangkah pergi, namun Raka menahan tangannya sehingga Raisa menghentikan langkahnya.

"Ada apa lagi?'' Raisa sedikit meninggikan nada bicaranya.

Dengan cepat Raka mendekatkan wajahnya dengan wajah istrinya. Dia memaksa untuk mencium bibir istrinya. Bahkan dia terus memaksa agar istrinya mau membuka mulutnya.

Raisa menutup mulutnya rapat-rapat. Dia tidak membiarkan suaminya melakukan keinginannya itu. Namun Raka tidak kehilangan akal. Dia menggigit bibir bawah istrinya. Saat istrinya membuka mulut karena sakit, itu kesempatan untuknya melakukan aksinya.

Raisa menepuk-nepuk dada suaminya, karena suaminya tidak juga melepaskan ciumannya. Namun tak lama, dia larut dalam ciuman itu. Raka sangat pintar membuatnya terbuai.

Raka melepaskan pangutannya, lalu menjauhkan wajahnya dari istrinya.

''Untuk kali ini cukup sampai disini, namun tidak untuk nanti jika kamu berani melawanku, Rai.'' Raka mengancam istrinya.

Raisa mengaku kalah, kali ini dia harus mempertaruhkan tubuhnya demi berani melawan sikap kasar suaminya. Ke depannya dia harus lebih cerdik dari suaminya. Bukannya dia tak rela jika suaminya melakukan ciuman tadi. Namun dia tidak ingin melakukannya atas dasar cinta sepihak. Dia mencintai suaminya, namun suaminya tidak.

Raisa berlalu pergi dari hadapan Raka tanpa berkata apa pun. Dia membuka pintu kamar, lalu buru-buru keluar dari kamar suaminya.

.......

........

Pagi sekali Raisa mendengar ada yang mengetuk pintu rumah. Dia yang sedang mengelap perabot, terpaksa menghentikannya. Raisa pergi ke depan untuk melihat siapa yang datang.

Raisa melihat Alina berdiri di depan pintu.

''Raka ada?'' tanya Alina, sambil memperlihatkan senyum manisnya.

''Ada, sepertinya masih tidur,'' ucap Raisa.

''Bolehkah aku masuk?''

''Silakan!''

Alina melangkah masuk ke dalam rumah. Dia langsung pergi menuju ke kamar Raka. Saat mencoba membuka pintu, ternyata pintu itu tidak terkunci. Alina masuk begitu saja ke dalam kamar. Dia menutup pintu kamarnya lagi, lalu mendekati Raka yang sedang tidur.

''Sayang, bangun!'' Alina menggoyang-goyangkan tubuh Raka, namun Raka tidak juga membuka matanya.

Alina berinisiatif melakukan hal lain untuk membangunkan Raka. Alina mendekatkan wajahnya ke leher Raka. Dia mulai memberikan sentuhan-sentuhan untuk memancing Raka terbangun. Benar saja, dalam hitungan menit Raka langsung bangun karena merasakan geli. Raka menarik tangan Alina sehingga Alina terjatuh ke atas kasur.

''Kamu mau ngapain hm,'' Raka mengungkung tubuh Alina sehingga kini Alina berada di bawahnya.

Alina meraba dada bidang Raka untuk berusaha memancingnya.

Raka langsung saja melakukan aksinya.

Alina memejamkan kedua matanya saat merasakan sapuan hangat di lehernya. Raka meninggalkan jejak merah di leher putih mulus itu.

Hanya lima menit Raka melakukan itu, kini dia beranjak dari atas tubuh kekasihnya.

''Ternyata calon suamiku liar juga ya,'' ucap Alina sambil mengancingkan kancing pakaiannya yang terbuka.

''Itu belum seberapa, sayang. Tapi lain kali saja deh kita melakukannya,'' Raka beranjak dari atas tempat tidur, lalu dia pergi ke kamar mandi.

Alina juga turun dari atas tempat tidur. Dia mengambil cermin, lalu melihat penampilannya yang sudah acak-acakan. Bahkan di lehernya banyak tanda merah. Alina tersenyum menatap stempel cinta yang di berikan oleh kekasihnya.

Alina belum tahu jika Raka sudah menikah dengan Raisa. Karena di rumah itu juga tidak ada foto pernikahan. Sebenarnya Raka memiliki foto pernikahan, namun dia simpan di dalam gudang belakang. Sedangkan Raisa, dia memajang foto pernikahannya di dalam kamarnya.

Raisa yang sedang berada di dapur, melihat Raka dan Alina yang kini baru sampai di ruang makan.

''Sayang, biar aku ambilkan,'' Alina mengambil piring kosong di depan Raka. Lalu dia memasukkan nasi dan lauk.

''Kamu perhatian sekali deh,'' Raka terlihat senang di perlakukan seperti itu oleh Alina

''Harus dong, aku kan calon istri kamu.''

Pyar

Tiba-tiba mereka mendengar ada benda terjatuh dari arah dapur. Suasana keromantisan mereka seketika terganggu.

''Raisa, kalau kerja itu yang benar. Awas saja kalau sampai teledor lagi,'' ucap Raka.

''Maaf, Tuan.'' ucap Raisa yang sedang berjongkok memunguti pecahan piring.

''Sayang, sepertinya pembantu kamu itu sangat teledor. Kenapa tidak kamu pecat saja?''

''Tidak bisa pecat begitu saja, sayang.''

"Memangnya kenapa?"

"Dia masih banyak hutang," ucap Raka.

Tentu Raisa terenyak mendengar perkataan suaminya. Bisa-bisanya suaminya mengatakan jika dia memiliki hutang. Padahal meminta uang seperak pun dia tidak pernah.

Raka dan Alina kini mulai mengakhiri obrolan mereka. Keduanya fokus melahap makanan yang ada di atas piring masing-masing. Tiba-tiba Alina terbatuk.

Uhuk uhuk

"Tolong dong, minta air putih hangat," ucap Alina.

Raisa mengambil air hangat, lalu dia memberikannya kepada Alina. Namun saat hendak berlalu pergi, tak sengaja dia melihat banyak tanda merah di leher Alina. Setahu Raisa, saat Alina datang tadi belum ada tanda merah itu di leher Alina. Raisa tampak menduga-duga, sepertinya yang melakukannya itu adalah suaminya. Sakit, itu yang Raisa rasakan. Dia masih tidak menyangka jika suaminya akan melakukan itu.

Raisa pergi dari sana. Dia tak sanggup menyaksikan kebenaran di depan matanya sendiri. Raisa berlari menuju ke kamar. Dia mengunci pintu kamarnya, lalu naik ke atas tempat tidur. Raisa menangis, namun tak terdengar isak tangisnya. Dia mengeluarkan sesaknya, menahan rasa kecewa yang tak bisa di jelaskan seberapa besar rasa sakitnya itu.

Tok tok

Raisa mendengar ada yang mengetuk pintu kamarnya. Dia masih diam, tak mau membukakan pintu.

"Non Raisa, lagi ngapain? Tadi kenapa berlarian?" Tanya Bi Surti dari depan kamar, sambil mengetuk pintu kamar itu.

Raisa masih diam, dia tidak menjawabnya.

Karena tidak juga mendengar sahutan dari dalam, Bi Surti langsung pergi dari sana.

Raisa tampak berpikir, apa yang harus dia lakukan nantinya agar bisa memisahkan Alina dengan suaminya. Namun itu adalah hal yang sulit. Tidak semudah itu dia bisa melakukan keinginannya itu.

Tiba-tiba Raisa terpikirkan untuk melakukan hal bodoh dalam hidupnya.

'Haruskah aku naik ke ranjangnya dan menunjukkan bahwa aku luar biasa, bahkan lebih hebat aku dari pada wanita itu,' batin Raisa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!