Episode.19

Raka meminta ibunya dan juga mertuanya untuk datang ke rumahnya. Dia meminta mereka datang tentu tanpa sepengetahuan istrinya.

Alina yang sedang duduk bersantai, dia mendengar ada yang mengetuk pintu depan. Dia pergi ke depan untuk melihat siapa yang datang. Alina melihat ibunya dan juga mertuanya yang sedang berdiri disana.

''Mamah, kalian kok bisa datang bersamaan seperti ini?'' tanya Alina sambil menatap ke duanya.

''Aku yang memanggil orang tua kita untuk datang,'' ucap Raka, yang kini sedang melangkah dari arah belakang istrinya.

''Kenapa Mas Raka tidak bilang dulu kepadaku?'' raut wajah Alina mendadak pucat. Dia takut jika suaminya mengatakan soal kehamilannya. Beberapa hari ini Raka diam, dan Alina mengira jika suaminya itu sudah tak mempersoalkan kehamilannya. Dan untuk perceraian, dia mengira jika suaminya hanya menggertaknya saja. Tapi dengan datangnya orang tua mereka, itu membuatnya takut. Tamatlah sudah riwayatnya. Pasti ibunya akan memarahinya habis-habisan.

''Kenapa kamu bertanya seperti itu kepada suami kamu, Nak? Memangnya kamu tidak mau jika mamah berkunjung kesini?'' Bu Diana bertanya kepada anaknya.

''Bukan seperti itu, Mah.''

''Mari kita langsung duduk saja, biar mengobrolnya lebih nyaman,'' ajak Raka.

Mereka semua mengikuti Raka menuju ke ruang keluarga. Raka juga meminta pembantunya untuk membuatkan minum.

''Jadi kenapa kamu memanggil kita kesini? Apa ada kabar baik dari kalian?'' tanya Bu Sandra sambil menatap anak dan menantunya yang duduk di hadapannya.

Alina tampak ketakutan, sejak tadi perasaannya tak tenang. Bahkan dia meremas dres yang dia kenakan.

Raka melirik istrinya yang duduk di sampingnya.

''Biar Alina yang menjelaskan,'' ucap Raka mempersilakan.

Bu Sandra dan Bu Diana menatap Alina, menunggu apa yang akan di katakan olehnya. Namun ternyata Alina masih diam menutup mulutnya rapat-rapat.

''Nak, apa yang ingin kamu katakan?'' Bu Diana bertanya kepada Alina.

Alina menatap ke arah suaminya dengan tatapan mengiba. Beberapa kali dia mengedipkan matanya dan memegang kuat lengan suaminya, seolah meminta agar tak perlu berbicara apa pun.

''Alin, itu mamah menunggu penjelasanmu,'' kata Raka.

''Tidak ada yang ingin Alin katakan,'' ucap Alina.

Raka mengambil sesuatu dari dalam saku celananya, lalu memberikannya kepada Bu Diana. 

''Apa ini, Nak?'' tanya Bu Diana.

''Baca saja, Mah.''

Bu Diana membuka lipatan kertas yang sedang di pegang. Lalu mulai membaca tulisan yang tertulis disana. Tak lama sebuah senyuman terukir diwajahnya.

''Jadi Alina hamil? Wah mamah sangat senang mendengarnya,'' dari raut wajahnya, Bu Diana terlihat sangat bahagia.

Bu Sandra menyambar kertas hasil pemeriksaan yang sedang di pegang oleh Bu Diana. Bu Sandra juga merasa senang karena sebentar lagi menimang cucu.

''Selamat, Nak. Akhirnya kamu hamil,'' lalu Bu Sandra beralih menatap Bu Diana yang duduk di sebelahnya. Keduanya tampak mengobrol asyik membicarakan cucu yang masih ada di dalam kandungan.

Raka membiarkan mereka terlihat senang seperti itu. Padahal nantinya dia akan mengungkap hal yang bisa membuat mereka terkejut.

''Mamah jangan senang dulu dengan kehamilan itu. Itu bukan anak Raka,'' perkataan itu lolos begitu saja dari mulut Raka. Bukannya dia tidak punya hati karena sudah berani mengungkapkan semuanya. Namun disini dia yang merasa di rugikan jika saja nantinya istrinya mengarang cerita dengan mengatakan sedang hamil anaknya. Jadi lebih baik dia bicara duluan saja kepada orang tuanya.

''Apa maksudmu?'' tanya Bu Sandra.

''Iya, Nak. Jangan membuat lelucon seperti ini,'' sahut Bu Diana.

Raka menatap sekilas ke arah istrinya, lalu dia kembali berbicara mengatakan semua kebenaran.

''Dulu saat hendak malam pertama, tak jadi saat Raka tahu bahwa Alina sudah tidak virgin lagi. Dari saat itu sampai detik ini Raka tak pernah sekalipun menyentuhnya. Namun saat Raka mengajak periksa kesuburan, ternyata Alina positif hamil. Raka tidak tahu jika anak yang Alina kandung itu anak siapa,'' ujar Raka menjelaskan.

Bu Diana dan Bu Sandra sama-sama terkejut mendengar penuturan Raka. Lalu ke duanya menatap ke arah Alina yang tampak ketakutan.

''Alin, apa benar yang di katakan oleh suamimu itu?'' Bu Diana bertanya kepada anaknya, namun anaknya masih saja diam tak menjawab. ''Ayo jawab! Kenapa diam saja?'' Bu Diana terlihat kesal, karena anaknya tak juga berbicara.

Alina memejamkan kedua matanya sejenak sebelum berbicara. Lalu dia menoleh ke samping menatap suaminya.

''Apa yang di katakan oleh Mas Raka itu bohong. Alin hamil anak Mas Raka. Mungkin Mas Raka sengaja berbicara seperti itu agar bisa cerai dengan Alin,'' ucap Alina.

Bu Sandra masih belum tahu harus percaya sama anaknya atau menantunya. Namun satu yang terlihat dari mereka, jika pernikahan mereka sedang tidak baik-baik saja. Itu terlihat dari cara pandang Alvin. Karena Bu Sandra paham sekali ekspresi wajah anaknya. 

''Alina yang bohong, Mah. Raka sangat yakin jika anak yang dia kandung itu hasll perselingkuhan,'' ucap Raka.

Bu Diana tak kuat mendengar fakta yang sangat mengejutkan ini. Bu Diana jatuh pingsan. Tubuhnya di topang oleh Bu Sandra yang duduk di sebelahnya.

''Mamah ... '' Alina berteriak melihat ibunya yang kini sudah tak sadarkan diri. Dia meminta Alvin untuk membawa ibunya ke kamar tamu.

Raka menurut, dia mendekati Bu Diana dan langsung menggendongnya. Alina dan juga Bu Sandra mengikutinya dari belakang.

Raka merasa bersalah, karena ucapannya tadi membuat Bu Diana sampai tak sadarkan diri. Namun dia tak mau menyimpan kebohongan itu karena merugikan dirinya.

Beberapa menit kemudian Bu Diana tersadar dari pingsan. Alina merasa lega melihat ibunya yang kembali membuka matanya.

''Mah, apa yang sakit? Biar Alin panggil dokter ya,'' Alina tampak memijat kening ibunya.

''Mamah tidak apa-apa kok, Nak.'' Bu Diana mencoba beranjak dari atas kasur, namun Alina melarangnya.

''Mamah berbaring saja, jangan kemana-mana. Alin mau panggil mas Raka sama Mamah Sandra di depan.''

Alina yang hendak memanggil suami dan mertuanya, dia mendengar jika suaminya sedang mengobrolkan kehamilannya itu. Dari yang dia dengar, Bu Sandra terlihat percaya dengan perkataan Raka. Alina tak jadi memanggil mereka. Dia kembali menghampiri ibunya di kamar.

Bu Diana melihat anaknya yang kini sudah kembali namun hanya sendirian.

''Nak, mana Jeng Sandra sama Nak Raka?''

''Mereka sedang mengobrol, Mah. Alin tak mau mengganggu obrolan mereka karena takut mengganggu,'' ucap Alina, sambil mendudukan diri di pinggir ranjang.

Bu Diana meraih tangan anaknya dan mengusapnya pelan.

''Nak, kamu tidak berselingkuh kan? Mamah percaya kok kalau kamu itu wanita baik-baik jadi tidak mungkin berselingkuh di belakang suami kamu,'' Bu Diana tampak menatap lekat wajah anaknya.

''Yang mas Raka katakan hanya prank saja kok, Mah. Maafkan Mas Raka ya,'' Alina terpaksa berbohong karena takut jika ibunya kembali pingsan jika dia mengatakan kalau yang di katakan oleh suaminya itu benar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!