Episode.3

Raka baru pulang ke rumah. Terlihat dari sorot matanya menajam, menandakan jika saat ini dia sedang menahan amarah. Setelah ibunya mengirimkan foto istrinya bersama dengan Aldo, seketika dia sangat marah. Raka marah bukan karena cemburu, namun karena dia tak suka jika diselingkuhi. Tidak ada sejarahnya seorang Raka diselingkuhi oleh seorang wanita. Karena itu belum pernah dia alami sebelumnya.

Raka berteriak memanggil istrinya.

"Raisa ... Raisa ... "teriakannya begitu menggema di ruangan itu.

Raisa yang berada di belakang, dia langsung pergi ke sumber suara.

"Ada apa, Tuan?" Raisa berlari kecil menghampiri suaminya yang sedang berdiri di ruang keluarga.

Raka mengambil ponsel, lalu dia memperlihatkan foto yang di kirimkan oleh ibunya.

"Apa-apaan ini? Kamu berani berselingkuh di belakangku?" tanya Raka.

Raisa masih terdiam memperhatikan foto yang di perlihatkan oleh suaminya. Entah siapa yang mengirimkan foto itu, namun yang pasti orang itu menginginkan hubungan Raisa dan Raka retak.

"Tidak, Tuan. Saya tidak berselingkuh."

"Tidak usah mengelak! Jelas-jelas ini foto kamu bersama dengan Aldo," Raka meraih tangan istrinya. Dia meremasnya kuat. Bahkan dengan teganya dia membiarkan kuku jarinya meninggalkan bekas luka di tangan istrinya. Raka mendorong istrinya sehingga terjatuh ke atas lantai.

"Aww ... "pekik Raisa karena merasakan sakit. Bukan hanya fisiknya saja yang sakit, namun hatinya juga sakit. Dia tak menyangka semakin hari suaminya semakin kejam.

Raisa memejamkan kedua matanya, menghirup napasnya dalam-dalam. Detik itu juga dia bangkit dari lantai dengan mengumpulkan sedikit keberaniannya.

"Aku tidak terima di perlakukan seperti ini terus sama kamu, Tuan Raka yang terhormat. Aku istrimu, aku bukanlah hewan yang bisa kamu banting, kamu pukul, kamu tampar semaumu," dengan tubuh yang sedikit gemetar, Raisa memberanikan diri melawan suaminya. Sudah cukup sabar selama ini dia hanya diam. Tapi itu bukan berarti dia tak bisa melawan. Karena seseorang mempunyai batas kesabarannya masing-masing. Di tindas sekali dua kali mungkin masih bisa diam, tapi jika berulang-ulang, hati siapa yang tak akan terluka dan kecewa.

"Kamu berani melawanku ha ... " Raka mengangkat tangannya, hendak menampar istrinya. Namun dengan sigap Raisa menahan tangan suaminya sehingga tak mengenai pipinya.

"Biasanya aku diam, tapi tidak untuk kali ini aku tidak bisa diam begitu saja. Apa yang Tuan Raka lakukan sudah kelewat batas. Walaupun aku tidak mau berpisah dengan Tuan Raka karena mengingat wasiat kakek, tidak dengan sekarang. Aku pasrah dan ikhlas jika Tuan Raka menceraikanku detik ini juga. Saya permisi Tuan," Raisa berlari dari hadapan Raka. Dia pergi ke kamarnya lalu menguncinya. Raisa memerosotkan tubuhnya di depan pintu. Dia menangis tanpa mengeluarkan suara. Bukan hal mudah untuk dia berkata seperti itu kepada suaminya.

Rupanya Raka mengikuti istrinya hingga kini dia berada di depan kamar istrinya.

Brak brak

Raka mengetuk pintu kamar itu dengan cukup keras.

"Jangan bermain-main denganku, Raisa. Aku tidak akan pernah melepaskanmu," ucap Raka, lalu dia segera pergi dari sana.

Raka tidak ingin melepaskan istrinya begitu saja. Dia akan membuat istrinya semakin tersiksa berada di sampingnya.

Raisa kembali berdiri saat tubuhnya merasakan hawa dingin. Dia berpindah duduk di pinggiran ranjang. Sangat berat untuk dia berkata seperti tadi kepada suaminya. Karena dia menginginkan menikah hanya sekali seumur hidup. Tapi nyatanya pernikahan yang sekarang dia jalani bukanlah pernikahan yang sehat.

Raisa mengelap sudut matanya yang basah. Bukan saatnya dia bersedih, namun ini awal untuk dia agar sanggup menjalani hari-hari selanjutnya. Untuk ke depannya dia tidak boleh cengeng seperti ini. Karena semakin dia diam, semakin dia di remehkan bahkan di pandang sebelah mata.

..........

..........

Raisa yang baru selesai menyetrika pakaian Raka, dia pergi ke dapur untuk mengambil minum. Namun sedikit heran saat melihat Bi Surti yang sedang membuat banyak minuman.

"Bi, itu untuk siapa saja? Kok banyak sekali?" tanya Raisa.

"Ini untuk teman-teman Tuan Raka."

"Biar saya saja yang mengantar, Bi."

"Wah boleh sekali, Non. Kebetulan Bibi juga ingin ke toilet. Ya sudah, Bibi tinggal dulu ya."

"Iya, Bi."

Bi Surti berlalu pergi dari sana.

Raisa membawa nampan berisi lima gelas orange jus. Saat hendak mendekati pintu menuju ke ruang keluarga, langkahnya terhenti saat mendengar obrolan teman-teman Raka yang menyebutkan seorang kekasih Raka. Raisa tak jadi mengantar minuman. Dia menaruhnya ke atas meja makan. Raisa sedikit mengintip suaminya yang saat ini bersama dengan teman-temannya. Dia menatap satu-satunya wanita yang ada di antara mereka.

'Oh jadi itu kekasihnya Tuan Raka,' batin Raisa.

Raisa tampak menyunggingkan senyumnya. Dia ingin sedikit memberi pelajaran kepada wanita yang sedang bersama suaminya, yang katanya adalah kekasihnya.

Sebelum mengantar minum, Raisa sedikit merapikan penampilannya.

Doni tampak tak berkedip memperhatikan Raisa. Baginya, Raisa itu merupakan pembantu tercantik yang pernah dia lihat.

Sesampainya di dekat mereka, Raisa menyunggingkan senyum manisnya. Sengaja dia sedikit tebar pesona di depan teman-teman suaminya. Dia mau mengetes, di antara mereka ada yang tertarik dengannya atau tidak. Karena jika dekat dengan salah satu dari mereka, Raisa bisa mencari informasi terkait suaminya.

"Silakan minumnya!" Raisa menaruh semua minuman yang dia bawa ke atas meja depan mereka.

"Terima kasih, cantik." Doni dengan sengaja memegang tangan Raisa dan sedikit mengusapnya.

"Sama-sama, Tuan." ucap Raisa dengan suara manja.

Raisa kembali ke dapur untuk menaruh nampan. Tanpa dia sadari, Doni mengikutinya hingga kini sampai ke dapur.

"Hai cantik," Doni berucap dengan nada suara yang lembut.

"Hai juga, Tuan."

"Jangan panggil Tuan! Panggil saja Doni atau kakak."

"Baiklah, saya panggil Kak Doni saja."

Raisa merasa jika Doni tertarik kepadanya, dan itu bisa menjadi kesempatan untuk dia mengorek informasi tentang suaminya.

Obrolan keduanya terhenti saat mendengar teriakan dari arah ruang keluarga.

"Raisa ... Raisa ... " panggil Raka dengan sedikit mengeraskan suaranya.

Raisa langsung pergi ke sumber suara.

"Tuan Raka memanggil saya?" tanya Raisa.

"Kamu kasih apa di minuman Alina? Kenapa rasanya asin sekali?" tanya Raka.

"Masa sih? Perasaan semuanya di kasih gula," Raisa mengelak dengan tuduhan Raka. Padahal sebenarnya memang dia yang sengaja memasukkan garam ke minuman Alina.

"Bro, sudahlah! Tidak usah di marahi, kasihan dia. Lebih baik Alina minum orange jus milikku saja. Tuh kebetulan belum di minum," ucap Doni, yang memang mau membela Raisa.

"Tapi kan tetap saja, dia ... " ucapan Raka terhenti karena Doni memotong perkataannya.

"Raisa, pergilah ke belakang! Kamu ganti saja minuman milik Alina. Biar aku yang bicara dengan Raka," ucap Doni.

"Baik, Kak." Raisa bersorak-sorai dalam hatinya. Kali ini dia memiliki keberanian, terlebih Doni selaku sahabat Raka, malah berada di pihaknya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!