Episode 12

Sudah satu hari Raisa bekerja di rumah Satriya. Ternyata Satriya sangat baik kepadanya. Begitu juga dengan neneknya yang tak kalah baiknya.

Terlihat Raisa yang sedang mencuci piring di dapur. Dia mendengar Nenek Maryam yang memanggilnya. Raisa menghampiri Nenek Maryam yang sedang duduk di ruang makan bersama dengan Satriya.

''Ada apa, Nek?'' tanya Raisa.

''Nak, ayo sarapan bersama!'' ajaknya.

''Maad, Nek. Saya tak pantas jika ikut duduk disini,'' jelas Raisa menolak, karena dia hanya seorang pembantu.

''Jangan sungkan, Nak. Ayolah!'' Nenek Maryam terus membujuk Raisa.

''Maaf, Nek. Tapi saya tidak bisa, karena saya tak pantas.''

''Sudahlah, Nek. Jangan memaksa Raisa!'' sahut Satriya yang ikut angkat bicara.

Sebenarnya niat Nenek Maryam itu untuk mendekatkan cucunya dengan Raisa. Bagi Nenek Maryam, Raisa terlihat sangat cocok dengan Satriya.

''Tapi kan Nenek ingin kamu dekat dengan Raisa, Sat.''

Satriya dan juga Raisa terkejut mendengar perkataan Nenek Maryam. Mereka tak menyangka jika Nenek Maryam akan melakukan itu.

''Nenek apaan sih,'' ucap Satriya yang tampak malu-malu.

''Maaf, Nek. Tapi saya itu sedang hamil dan tidak mungkin dekat dengan Pak Satriya seperti apa yang Nenek inginkan,'' Raisa akhirnya jujur kepada Nenek Maryam. Mungkin sudah sepantasnya juga dia bercerita.

Nenek Maryam menatap Raisa dan Satriya secara bergantian.

''Kamu yang menghamili dia?" Nenek Maryam bertanya kepada cucunya.

''Astaga, aku tidak seperti itu, Nek. Dia itu hamil anak mantan suaminya. Jadi dia tahu hamil saat sudah bercerai dengan suaminya,'' ucap Satriya. Tentu dia membela dirinya sendiri, karena dia bukanlah lelaki yang suka merusak seorang wanita.

''Jadi kamu sudah pernah menikah, Nak?'' terlihat raut kekecewaan di wajah Nenek Maryam. Karena sebelumnya mengira jika Raisa itu wanita yang masih lajang.

"Iya, Nek. Hanya saja mantan suami saya itu tidak menerima pernikahan kita. Karena kami menikah juga bukan karena cinta.

Nenek Maryam terenyuh mendengar perkataan Raisa. Tak menyangka jika Raisa mengalami beban seperti ini. Di saat sedang hamil, namun malah hidup tanpa suami.

''Yang sabar ya, Nak. Pasti masih banyak kok laki-laki yang lebih baik di luar sana di banding mantan suami kamu itu. Kamu tenang saja, nanti nenek bantu nyariin pasangan kalau saja kamu ingin.''

''Maaf, tapi untuk saat ini saya tidak memikirkan itu dulu. Saya mau fokus dulu ke anak saya.''

''Kamu tenang saja, ada kami disini yang siap untuk membantu kamu. Yang kuat ya, yang tabah, kamu tidak sendiri.''

''Terima kasih, Nek. Saya senang karena masih ada orang yang begitu baik sama saya,'' karena terharu, Raisa sedikit menumpahkan air matanya.

Nenek Maryam beranjak dari duduknya lalu mendekati Raisa dan memeluknya.

Raisa merasa tenang, ibarat dia di peluk oleh neneknya sendiri. Jujur dia sudah lama tidak pernah mendapat pelukan seperti ini.

Hanya sebentar mereka berpelukan. Kini nenek Maryam kembali melepaskan pelukan itu.

Raisa kembali ke belakang, karena dia tetap tak mau ikut sarapan bersama mereka.

....

....

Raka dan Alina sedang mempersiapkan pernikahan mereka. Karena orang tua Alina ingin jika pernikahan anaknya di laksanakan dengan cepat. Bu Sandra juga setuju dengan pernikahan anaknya jika di percepat. Justru itu lebih baik.

Raka dan Alina sedang berada di dalam mobil yang sama. Tujuan mereka saat ini yaitu pergi untuk menyewa jasa wedding organizer.

Kini mereka sampai juga di tempat yang dituju.

Alina sudah tidak sabar untuk membuat pesta pernikahan dengan konsep yang dia inginkan. Pesta yang megah dengan nuansa modern.

Hanya sebentar mereka berada disana. Kini mereka hendak ke butik untuk memesan gaun pengantin. Mungkin Alina juga akan menyewa beberapa gaun pernikahan.

"Sayang, kita mau mampir kemana lagi?" Raka bertanya kepada Alina.

"Mampir ke restoran saja deh," ucapnya.

"Baiklah, kita akan ke restoran yang beberapa hari yang lalu kita kunjungi."

Raka langsung mengemudikan mobilnya menuju ke restoran yang merupakan tempat kerja Raisa. Bukan karena itu tempat kerja Raisa jadi Raka mengajak Alina kesana, namun karena restoran itu sudah menjadi restoran langganannya sejak dulu. Bahkan sebelum Raisa bekerja disana pun Raka sudah sering datang ke restoran itu.

Sesampainya di depan restoran, Raka menggandeng tangan Alina. Mereka berjalan berdampingan memasuki restoran.

Terlihat seorang pelayan menghampiri mereka.

"Selamat datang, Kak. Mau pesan apa?'" tanya seorang pelayan yang kini menghampiri mereka.

Raka dan Alina tampak menikmati makan siang mereka. Sesekali Raka menatap sekitarnya. Namun tak melihat keberadaan Raisa. Raka melihat seorang pelayan yang lewat di dekatnya, lalu menghentikan langkahnya.

"Maaf Kak, boleh bertanya?" kata Raka.

"Boleh, Pak. Silakan!' ucapnya ramah.

"Saya kok tidak melihat pegawai yang bernama Raisa. Beberapa hari yang lalu saya melihatnya disini."

"Kebetulan Raisa sudah di pecat karena melakukan kesalahan. Dia mual-mual di depan pengunjung dan membuat mereka kabur."

"Oh seperti itu ya, Kak."

"Iya, Pak. Kalau begitu saya permisi."

Setelah kepergian pelayan itu, Alina bertanya kepada Raka.

"Sayang, kenapa kamu menanyakan mantan istri udik itu sih? Kamu kangen sama dia?"

"Tidak, sayang. Mas hanya penasaran saja karena tidak melihatnya disini."

"Kirain, lagian Mas Raka dengar sendiri kan apa kata pelayan tadi, Raisa itu di pecat dengan tidak hormat. Sudah terlihat sekali jika dia tak pantas bersanding dengan Mas Raka."

"Kamu benar, sayang. Cuma kamu yang pantas bersanding dengan Mas."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!