Raisa tak bisa menahan lagi air matanya saat melihat Raka mengucapkan ijab qabul. Dadanya begitu sesak, sangat sulit untuk menerima kenyataan ini. Dia merasa jika takdir selalu mempermainkannya.
Satriya mengejar Raisa karena merasa khawatir takut jika terjadi sesuatu dengan Raisa atau kandungannya. Menyaksikan orang yang di cinta menikah dengan wanita lain pasti sangatlah sulit.
''Rai, kamu yang sabar ya,'' Satriya mencoba menenangkan Raisa yang masih menangis.
''Aku sudah mencoba ikhlas, namun kenapa perasaan ini masih tak rela?''
''Pasti tak mudah untukmu melewati semua ini. Namun ini adalah jalan yang sudah di takdirkan oleh sang pencipta. Kamu harus kuat, Rai. Pikirkan anak yang kamu kandung, pasti dia ikut sedih jika tahu ibunya sedang sedih. Kamu jangan seperti ini ya,'' Satriya mengusap pelan pucuk kepala Raisa.
Raisa hanya menganggukan kepalanya tanpa mengatakan sepatah kata pun.
''Kalau begitu sekarang kita pergi saja yuk!''
''Kenapa pergi? Bukankah Pak Satriya belum bertemu dengan pengantin?''
''Yang terpenting itu perasaan kamu, Rai. Jika kita masih berada disini, pasti kamu akan semakin sedih.''
Apa yang di katakan oleh Satriya memang benar. Raisa yang tadinya ingin tetap berada di pesta, namun perasaannya tak kuat. Dia tetap saja menumpahkan air mata.
Saat ini Satriya dan Raisa berada di mobil. Satriya akan mengajak Raisa untuk menenangkan diri.
Sepanjang perjalanan Raisa hanya diam. Dia tak mengatakan sepatah kata pun. Begitu juga dengan Satriya, dia membiarkan Raisa diam karena mungkin itu bisa menenangkan pikirannya.
Hanya perjalanan dua puluh menit saja dari hotel, kini mereka sampai di taman kota. Satriya sengaja mengajak Raisa kesana karena di taman banyak bermacam-macam bunga dan baunya pasti bisa menenangkan hati siapa pun yang menghirupnya.
Satriya melirik Raisa yang masih menatap ke samping.
''Rai, ayo turun! Kita sudah sampai.''
''Eh iya, Pak.'' Raisa membuka pintu mobil, lalu keluar.
Satriya sudah melangkah duluan memasuki taman, namun dia menghentikan langkahnya saat melihat Raisa yang tertinggal di belakangnya. Satriya menjajarkan tubuhnya dengan Raisa, sehingga mereka berjalan dengan berdampingan.
''Jangan sedih terus, kita disini untuk mencari udara segar loh.''
''Tidak kok, aku tidak sedih.'' Raisa memperlihatkan sedikit senyuman.
Satriya mengajak Raisa untuk duduk di salah satu bangku taman yang kosong.
''Kamu haus tidak? Saya beli minum dulu ya.''
''Terima kasih, Pak. Tapi tidak usah repot-repot.''
''Saya tidak merasa di repotkan. Santai saja kalau sama saya.
Satriya menyuruh Raisa untuk menunggu sebentar. Sedangkan dirinya pergi untuk membeli minum.
.....
.....
Kini Raka dan Alina sudah sah menjadi sepasang suami isrtri. Alina sangat seang. Begitu juga dengan Raka yang memang sudah menantikan hari bahagia ini. Kedua orang tua mereka juga sangat mendukung pernikahan mereka.
Saat ini Raka dan Alina sedang berada di salah satu kamar hotel yang menjadi tempat malam pertama mereka. Kamar itu sangat indah karena di dekorasi dengan bunga-bunga.
Dengan tidak sabaran Raka langsung menyerang istrinya. Kini dia sudah mengungkung tubuh Alina. Baru juga akan memulai, mereka mendengar ketukan pintu dari luar.
''Siapa sih yang datang? Mengganggu saja,'' gumam Raka, lalu dia turun dari atas kasur untuk membukakan pintu. Ternyata yang datang itu ibunya dan juga ibunya Alina.
''Ada apa, Mah?'' tanya Raka.
''Kami mau pulang dulu ya. Kebetulan kami juga sudah lelah. Jangan lupa kalian membuatkan kami cucu,'' ucap Bu Sandra.
''Mamah tenang saja, pasti kami akan lakukan itu.''
Setelah berpamitan, mereka segera pulang. Begitu juga Raka yang kembali ke kamar dan langsung mengunci pintu kamarnya. Dia akan melakukan hal yang tadi tertunda.
''Mas, siapa yang datang?'' Alina bertanya kepada suaminya.
''Tadi orang tua kita yang datang. Mereka berpamitan pulang.''
''Oh mamah,'' ucapnya.
''Iya, sayang. Bagaimana jika kita melanjutkan yang tadi sempat tertunda,'' Raka mengedipkan sebelah matanya kepada istrinya.
''Dengan senang hati,'' Alina memberikan lampu hijau.
Raka mulai melakukan aksinya. Kini keduanya sudah sama-sama polos. Setelah memberikan sentuhan-sentuhan kepada istrinya, kini Raka tinggal melakukan hal yang di tunggu-tunggu yaitu menyatukan milik mereka. Dengan sekali dorongan saja Raka bisa langsung menembus milik istrinya dan itu sangat mudah. Istrinya sama sekali tidak merasakan sakit. Raka kecewa karena istrinya sudah tidak virgin lagi.
Sebelumnya mereka memang sudah sering melakukan hal lain, namun belum pernah jika untuk berhubungan suami istri. Jadi Raka tak tahu jika ternyata istrinya sudah tak virgin lagi.
''Kenapa diam?'' Alina bertanya kepada suaminya yang masih diam tak bergerak.
''Kenapa tidak bilang kalau kamu sudah tidak virgin lagi?''
''Maaf, ku kira kamu tidak mempermasalahkan itu. Kamu tahu kan kalau sebelumnya aku sempat menetap di luar negeri, dan ya tahu sendiri bagaimana gaya pacaran anak muda,'' Alina berucap seolah tak merasa bersalah.
Raka tak jadi melakukannya dengan istrinya. Dia turun dari atas kasur lalu pergi ke kamar mandi. Sungguh dia sangat kecewa.
Wanita yang dia damba-dambakan, yang dia agung-agungkan ternyata tak lain seperti wanita malam, yang sudah menjajahkan tubuhnya kepada pria lain.
Raka mengacak rambutnya dengan kasar. Dia menyalakan sower lalu mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Dia mendengar istrinya mengetuk pintu dari luar, namun dia mencoba untuk mengabaikannya.
Alina yang berada di kamar, dia mengenakan pakaiannya lagi dan langsung naik ke atas ranjang untuk tidur.
Tak lama, Raka keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk saja untuk menutupi tubuh polosnya. Dia mengambil pakaian ganti di dalam koper lalu mulai memakainya. Dia tidak melihat pergerakan dari istrinya. Sepertinya istrinya memang sudah tidur. Setelah selesai berganti pakaian, Raka naik ke atas tempat tidur. Dia berbaring namun membelakangi istrinya. Rasa kecewa yang membuatnya tak mau melakukan apa pun di malam pertamanya.
Pagi harinya Raka terbangun lebih dulu. Dia langsung bersiap karena pagi ini akan langsung pulang.
Alina mengerjapkan kedua matanya. Dia meraba kasur sebelahnya yang ternyata kosong. Saat dia melirik ke samping ternyata suaminya tak ada disana.
'Kemana Mas Raka? Apa semalam dia tidak tidur disini,' batin Alina. Namun beberapa menit kemudian dia melihat pintu kamar mandi terbuka. Terlihat suaminya keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk saja untuk menutupi tubuhnya. Alina merasa lega karena ternyata suaminya tak meninggalkan dia sendirian disana.
''Mas, kamu sudah mandi?''
''Ya, cepat kamu juga bersiap! Kita akan pulang pagi ini juga,'' Raka berucap dengan memperlihatkan sikap dinginnya.
''Baik, Mas.'' Alina turun dari atas tempat tidur. Dia bergegas pergi ke kamar mandi.
Tak lama, keduanya sudah terlihat rapi. Raka mengajak Alina untuk langsung pulang. Bahkan dia mengabaikan Alina yang mengeluh karena lapar. Raka hanya berkata jika nanti mereka sarapan di rumah saja. Akhirnya Alina menurut dengan suaminya.
Karena salahnya juga kini suaminya terlihat kecewa. Jika saja dia bicara dari awal, mungkin suaminya tidak akan sekecewa ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments