Pagi ini Raisa berpenampilan yang terlihat berbeda dari biasanya. Jika biasanya dia mengenakan pakaian pelayan, namun pagi ini dia memakai dres pendek. Walaupun bukan dres mahal, tapi setidaknya dia sudah berusaha untuk berpenampian cantik. Siapa tahu dengan penampilannya itu bisa menarik hati suaminya.
Raisa mendengar ada yang mengetuk pintu kamarnya. Dia langsung saja membuka pintu kamarnya untuk melihat siapa yang datang. Raisa melihat Bi Surti berdiri di depan pintu.
''Wah Non Risa pagi ini terlihat berbeda. Sangat cantik, Non.'' Bi Surti memuji kecantikan Raisa.
''Bibi bisa saja nih, tapi Raisa biasa saja kok.''
''Tidak, Non. Pagi ini Non Raisa terlihat sangat cantik.''
''Terima kasih loh, aku jadi besar kepala,'' ucap Raisa.''
''Ah bibi sampai lupa. Ini Non tadi Tuan Raka memanggil Non Raisa.''
''Lalu dimana keberadaannya?'' tanya Raisa.
''Tuan Raka ada di ruang keluarga.''
Raisa menutup pintu kamarnya. Dia langsung pergi menghampiri suaminya. Begitu juga dengan Bi Surti yang kembali melakukan pekerjaannya.
Raisa sudah sampai di ruang keluarga. Dia melihat suaminya yang sedang duduk menunduk menatap layar ponsel.
''Tuan memanggil saya?" tanya Raisa, yang saat ini berdiri tak jauh dari suaminya.
Raka mendongkakan pandangannya. Dia mengernyitkan keningnya saat melihat penampilan istrinya.
''Kamu mau kondangan kemana?" Raka tampak menertawakan istrinya. Baginya penampilan istrinya sangat kuno. Dres yang di pakai oleh istrinya sudah jadul.
''Kenapa Tuan Raka tertawa?"
''Kamu tanya kenapa saya tertawa? Memangnya kamu tidak sadar kalau penampilan kamu itu aneh. Dres yang kamu kenakan itu sudah kuno. Keluaran tahun berapa itu?''
Sekalinya mencoba berpenampilan menarik, namun tetap saja di mata suaminya dia tetap tidak menarik.
''Maaf, Tuan. Saya akan segera ganti pakaian.''
''Nanti saja, sekarang kamu pergi ke kamarku. Kamu bersihkan kamarku.''
''Baik, Tuan.'' Raisa berlalu pergi dari sana. Dia akan mengambil alat kebersihan terlebih dahulu. Setelah itu barulah dia pergi ke kamar suaminya.
Saat ini Raisa sudah berada di kamar suaminya. Dia mulai mengganti seprei dan selimut. Setelah itu dia menyapu kamar itu. Raisa melihat sesuatu yang dia sapu dari kolong tempat tidur. Dia berjongkok lalu melihatnya. Ternyata itu sebuah alat pengaman. Raisa bukan wanita bodoh yang tidak tahu itu benda apa. Pikiran negatif mulai menyertainya. Raisa menduga jika pengaman itu milik suaminya. Dia juga mengira jika suaminya melakukan hal yang tak pantas itu bersama dengan Alina.
Raisa yang sudah selesai menyapu, dia keluar dari kamar itu. Dia menghampiri suaminya untuk bertanya menyangkut pengaman yang tadi dia temukan.
''Tuan, '' Raisa memfokuskan tatapannya kepada suaminya.
Raka melihat ke arah istrinya.
''Ada apa?'' tanya Raka.
''Apa maksudnya ini? Kamu melakukannya sama siapa?''
Wajah Raka tampak biasa-biasa saja melihat pengaman yang sedang di pegang oleh istrinya.
''Melakukannya sama Alina. Memangnya sama siapa lagi?''
Hati Raisa sakit mendengar kejujuran yang di utarakan oleh suaminya. Rasanya tak rela saat tahu jika suaminya melakukan itu dengan wanita lain.
Raka melihat kekecewaan di raut wajah istrinya.
''Kenapa dengan wajahmu?"
Raisa tampak memejamkan kedua matanya saat hendak berbicara. Kini dia sudah membuka kedua matanya kembali. Dia tampak serius menatap suaminya.
''Izinkan aku untuk menjadi istri seutuhnya. Tuan Raka boleh melakukannya denganku, namun dengan satu syarat. Tuan Raka tidak boleh lagi melakukannya dengan wanita itu,'' Raisa mengesampingkan rasa malunya. Dengan terang-terangan dia menyerahkan tubuhnya kepada suaminya yang jelas-jelas tidak mencintainya.
''Kamu pikir aku mau melakukannya sama kamu? Sepintar apa kamu? Paling bisanya hanya diam saja,'' Kenan meremehkan kemampuan Raisa jika berada di atas ranjang.
''Tuan Raka pasti akan puas dengan pelayanan saya. Saya jauh lebih lihai dari Non Alina,'' ucap Raisa.
Menurut Raka, perkataan Raisa kali ini sangat menantang. Lagian jika dia mengiyakan permintaan itu dia tidak akan rugi. Justru ranjangnya akan selalu penuh kehangatan. Lagian jika di lihat-lihat Raisa lumayan juga. Tinggi, putih, rambut panjang, senyum manis, hanya saja tubuhnya kurus. Tidak seperti Alina yang tampak berisi di bagian tertentu.
''Oke, saya terima awaran itu.''
Raka dan Raisa saling berjabat tangan menandakan persetujuan atas kesepakatan mereka.
.......
.......
Raisa bangkit dari atas tempat tidur. Sekujur tubuhnya terasa remuk. Untuk pertama kalinya dia melakukan hubungan suami istri dengan suaminya. Namun disini Raisa yang banyak memimpin. Dia ingin menunjukan kepada suaminya jika dia lebih hebat dari pada Alina. Dia harus menahan sakit di bagian bawahnya. Bahkan rasa sakit itu dia kesampingkan dulu demi bisa memberikan kepuasan kepada suaminya.
Raisa memunguti pakaiannya yang tercecer di atas lantai, lalu dia mengenakannya kembali. Setelah selesai berganti pakaian, dia keluar dari kamar suaminya. Dia akan kembali ke kamarnya yang ada di belakang.
Lebih tepatnya kamar yang dia tempati itu kamar pembantu.
Bi Surti melihat Raisa yang sedang berjalan namun sedikit menyeret satu kakinya.
''Non Raisa kenapa jalannya seperti itu?"'
''Tidak apa-apa kok, Bi.'' Raisa tidak mau mengatakan yang sebenarnya. Lagian itu urusan pribadinya.
Bi Surti menatap Raisa hingga tak terlihat lagi di pandangan matanya. Bi Surti tersenyum karena sepertinya dia tahu apa yang terjadi dengan Raisa. Terlebih, tadi melihat Raisa yang baru keluar dari kamar Raka.
''Semoga saja kalian bisa saling cinta,'' gumam Bi Surti.
Bi Surti sangat ingin jika hubungan Raka dan Raisa itu layaknya suami istri pada umumnya.
Raka terbangun dari tidurnya. Saat membuka selimut, dia melihat ada noda darah di atas seprei. Lalu dia mengingat kejadian semalam antara dirinya dengan Raisa.
Raka beranjak dari atas tempat tidur. Pagi ini tenaganya terasa penuh, karena semalam habis terisi dan itu sangat nikmat. Raka pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Beberapa menit kemudian, Raka sudah tampak rapi dengan pakaian kerjanya. Dia akan langsung pergi ke kantor.
Terlihat Raka yang sedang menuruni tangga. Dia melihat Bi Surti yang sedang mengelap di ruang tengah.
''Bi, saya berangkat ke kantor dulu. Pagi ini saya akan sarapan di luar saja,'' ucap Raka yang kini sudah berada di dekat Bi Surti.
"Baik, Tuan."
Raka melanjutkan langkahnya. Dia keluar dari rumah. Raka akan mengemudikan mobilnya sendiri menuju ke kantor.
Di tengah perjalanan, Raka mendengar ponselnya berdering. Ternyata itu Alina yang menelepon. Alina memintanya untuk datang ke rumahnya sekarang juga. Alina mengatakan jika saat ini dia sedang sakit. Karena khawatir, Raka merubah arah tujuannya. Dia yang akan pergi ke kantor memutuskan untuk pergi ke rumah Alina.
Jika saja Raisa tahu jika suaminya pergi ke rumah Alina, pasti dia akan sangat sedih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Ama
jangan dibaca dulu, lagi revisi bab yg banyak typo
2022-11-07
0