Pertunangan Raka dan Alina di gelar dengan sangat megah. Bahkan dekor yang di pakai juga menyerupai dekor pernikahan. Karena memang nanti semua keluarga ikut berfoto.
Terlihat ballroom tempat acara yang masih sepi. Beberapa karyawan katering masih disana menyiapkan hidangan yang akan di hidangkan nanti. Termasuk Raisa salah satunya. Kebetulan baru dua hari dia bekerja di restoran sekaligus restoran yang juga menyediakan jasa katering. Raisa sudah selesai mengecek kelengkapan hidangan yang di sediakan. Ternyata sudah siap semua.
Raisa belum menyadari jika acara itu acara pertunangan Raka dan Alina. Karena tadi saat masuk, dia hanya menunduk tanpa melihat papan nama pemilik acara. Dia menunduk itu karna terlalu berat memegang barang bawaannya. Kebetulan tadi dia membawa piring.
''Apakah semuanya sudah selesai?'' tanya seseorang dari arah belakang.
Raisa menoleh ke belakang, dia melihat seorang ibu-ibu yang seusia dengan Bu Sandra sedang berbicara kepadanya.
''Sudah, Bu. Silakan Ibu cek sendiri kalau tidak percaya,'' ucap Raisa.
''Iya saya percaya. Kamu ini cantik, masih muda, tapi kok mau bekerja jadi karyawan katering?''
''Namanya juga butuh uang, jadi pekerjaan apa pun pasti akan saya lakukan selagi itu pekerjaan halal,'' ucap Raisa.
Bu Diana yang tak lain ibunya Alina, merasa kagum dengan sosok Raisa yang sepertinya mandiri. Tidak seperti Alina yang sama sekali tidak mau bekerja, padahal sudah di sekolahkan tinggi-tinggi.
''Anak baik,'' Bu Diana mengusap pelan pucuk kepala Raisa. Entah kenapa dengan melihat Raisa itu mengingatkannya dengan seseorang.
''Kalau begitu saya permisi dulu, Bu. Masih ada pekerjaan yang harus saya urus.''
''Silakan, Nak.''
Raisa menghampiri rekan kerjanya. Karena tadi bos mereka mengatakan jika dari mereka ada beberapa yang ikut kembali ke restoran.
''Pak, apa kita akan kembali sekarang?'' tanya Raisa yang kini sudah menghadap bosnya.
''Iya kami akan ke restoran, tapi kamu sama dia tetap stay disini ya,'' ucapnya sambil menunjuk Raisa dan rekan kerja yang berdiri di sebelahnya.
''Baik, Pak.'' jawabnya.
Lima belas menit kemudian, beberapa tamu mulai berdatangan. Raisa dan rekan kerjanya mencari tempat di pinggiran untuk memantau para tamu yang mulai datang. Karena jika ada tamu yang membutuhkan minum atau makan, Raisa juga berhak melayaninya. Karena itu sudah hal yang di tugaskan untuknya.
Kedua mata Raisa terbelalak saat melihat Raka, Alina, dan orang tuanya memasuki ballroom hotel. Raisa baru tahu jika wanita yang bersama Alina itu kemungkinan ibunya. Karena pakaian yang di kenakan sama dengan pakaian yang di kenakan oleh Bu Sandra. Mereka langsung saja pergi ke depan. Sekarang Raisa baru tahu jika merekalah yang mempunyai acara itu.
''Jadi yang bertunangan itu Tuan Raka sama kekasihnya? Secepat itukah Tuan Raka menjalin hubungan serius,'' hati Raisa terasa perih. Bodoh sekali dia sampai tidak tahu jika yang mempunyai acara itu Raka dan Alina. Karena dia sempat tidak memperhatikan sekitar. Dia juga tidak melihat papan nama atau pun sesuatu yang lain yang bertuliskan nama mereka. Di dekorasi juga tidak ada nama mereka. Hanya ada inisial R & A.
Rasanya tak sanggup harus menyaksikan pertunangan orang yang dia cintai. Surat cerai juga belum keluar dari pengadilan, tapi mantan suaminya sudah memulai hubungan yang baru dengan wanita lain.
''Aku ke belakang sebentar ya,'' ucap Raisa kepada rekan kerjanya. Tanpa menunggu jawaban, dia langsung saja pergi dari sana.
Raisa memasuki salah satu toilet wanita. Dia menumpahkan air matanya yang sejak tadi dia tahan. Begitu berat untuknya menjalani hari-harinya. Namun dia harus kuat, dia tidak boleh larut dalam kesedihan, karena itu percuma.
'Kamu kuat Raisa, kamu tidak boleh cengeng,'' perlahan Raisa menarik napasnya lalu menghembuskannya perlahan.
Raisa mengambil masker wajah dari dalam tas. Untung saja dia membawa masker karena takutnya di perlukan. Sekaranglah dia memerlukannya. Dia tidak mau jika nanti Raka atau pun Bu Sandra melihatnya dan mengusirnya dari sana.
Raisa mencoba menguatkan dirinya, lalu dia keluar dari toilet.
Raisa kembali ke ballroom hotel, karena kasihan jika rekan kerjanya di tinggal sendirian. Namun Raisa harus kuat menahan sesak di dadanya. Kini dia menyaksikan sendiri lelaki yang dia cinta bertunangan dengan wanita lain.
‘Semoga kamu dan wanita pilihanmu selalu bahagia,’ batin Raisa.
Walaupun dia terasa berat merelakan, bukan berarti jika tidak mengikhlaskannya. Dia harus ikhlas dan sabar. Mungkin saja kebahagiaan dia sebentar lagi juga menghampiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments