"Aku akan menceraikan Tsamara bila waktunya tiba. Namun, untuk sementara waktu biarkan semua berjalan seperti ini dulu. Kamu mau 'kan, menunggu hingga aku punya kesempatan terbebas dari jeratan pernikahan yang tak pernah kuinginkan? Setelah resmi bercerai kita menikah, mewujudkan impian yang dulu sempat terhenti. Bagaimana, kamu setuju dengan usulku?" tanya Bimantara seraya membelai kedua pipi milik Emma.
"Lalu, bagaimana dengan orang tuamu, Bim? Dulu saja mereka tak merestuiku menjadi kekasihmu apalagi sekarang setelah kamu menikah dengan Tsamara, apakah Papa dan Mama-mu bersedia memberikan restu kepada kita? Aku sangsi dengan semua itu," ucap Emma lirih. Tanpa sadar, butiran kristal meluncur begitu saja di sudut mata wanita itu.
Beningnya air mata yang terkena pantulan sinar lampu kamar membuat Bimantara dapat melihat jelas buliran tersebut. Sepasang mata memerah dan berkaca-kaca.
Tangan Bimantara terulur ke depan, mengusap sisa air mata Emma menggunakan punggung jari telunjuk. "Jangan cemaskan soal itu! Meskipun nanti Papa dan Mama tak merestui, aku tetap menikahimu."
Sang lelaki membawa tubuh Emma dalam pelukan hingga dua insan itu bisa merasakan detak jantung masing-masing. "Dulu memang aku adalah lelaki pengecut yang tidak bisa memperjuangkan cinta kita. Namun, pengalaman itu membuatku tersadar bahwa dirimu sangat berarti dalam hidupku. Oleh karena itu, aku siap berkorban asalkan kita bisa bersama selamanya," sambung pria itu. Bimantara bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Dia berjanji dalam hati akan memperjuangkan cintanya untuk kali ini.
Emma tersenyum bahagia. Hati wanita itu berbunga-bunga karena kali ini lelaki pujaan hatinya bersedia memperjuangkan cinta mereka. Seandainya dulu Bimantara berjuang mungkin saat ini mereka telah hidup bahagia, bersatu dalam ikatan pernikahan yang sakral. Diberikan anak-anak yang lucu dan menggemaskan. Aah ... Emma menjadi tidak sabar menunggu hingga waktu itu tiba.
Setelah puas berpelukan, pandangan mata Bimantara menatap lekat iris coklat milik Emma. Keduanya bertatapan saling melempar senyum satu sama lain, menahan gejolak di dalam dada. Entah siapa yang memulai ciuman pun terjadi. Sepasang kekasih yang sempat terpisah saling bertukar saliva satu sama lain.
Bimantara melumaat bibir merah muda milik Emma penuh dengan hawa napsu hingga wanita itu mendesaah tertahan akibat liarnya permainan lidah sang kekasih. Tangan pria itu bergerilya ke mana-mana, menyentuh setiap inci tubuh Emma dengan begitu nakal. Pria itu meremaas bokong Emma dengan keras membuat desahaan kembali meluncur di bibirnya yang mungil.
"Bima ... a-aku ...." Suara Emma tertahan kala lidah Bimantara kembali membelit lidahnya dengan sangat ganas.
"Sst! Jangan bicara, Sayang! Nikmatilah setiap sentuhan yang kuberi. Aku mau malam ini kita menghabiskan malam bersama tanpa memikirkan hal lain," bisik Bimantara lembut di telinga Emma. Lidah bermain indah di belakang telinga, memberikan gelenyar berbeda bagi sang wanita.
"Tapi, Bim ... bagaimana kalau Tsamara mencarimu? Kasihan dia kalau menunggumu terlalu lama," jawab Emma di sela aktivitas panas mereka. Suara tercekat menahan hasrat membara dalam diri.
"Biarkan saja kalau Tsamara menunggu. Lagipula, aku sudah memintanya istirahat duluan. Jadi, kalau misalkan dia menungguku di kamar itu bukan salahku karena aku telah memperingatkannya untuk tidak menunggu."
"Tapi, Bim. Oh!" Emma memekik ketika tubuhnya terangkat dan melayang di udara. Secara refleks, dia melingkarkan tangan di leher Bimantara. "Bima, what are you doing?" tanya wanita itu menggunakan bahasa Inggris.
"Menghabiskan waktu bersama dengamu, Sayang," jawab Bimantara seraya menutup pintu kamar Emma dan tak lupa menguncinya.
Bimantara menggendong Emma ala bridal style menuju pembaringan. Pria itu sudah tidak tahan menahan gejolak hasrat yang dipendam selama ini. Dulu dia merasa bodoh karena menyia-nyiakan kesempatan yang terbuka lebar saat masih bersama Emma.
Namun, kini, Bimantara tidak mau melewatkan sekempatan itu. Sang CEO menyakinkan diri untuk menjamah Emma meski belum ada ikatan pernikahan di antara mereka. Siapa tahu dengan cara ini dia bisa terlepas dari belenggu cinta Tsamara.
Bimantara membaringkan Emma di atas kasur, lalu mengungkung wanita itu dengan kedua lengannya kemudian menunduk hingga wajah mereka hanya berjarak satu jengkal. "Aku sangat merindukanmu, Emma Veronika. Bolehkah aku memilikimu seutuhnya?"
Emma mengerjapkan mata dengan perasaan campur aduk. Ada perasaan tidak nyaman saat berduaan dengan seorang lelaki di atas kasur seperti ini. Namun, dia pun tak bisa menolak keinginan Bimantara sebab dirinya pun menginginkan sesuatu yang lebih bukan hanya sekadar ciuman belaka. Sesuatu yang mungkin saja terjadi saat mereka masih bersama dulu.
Dengan sangat perlahan, Emma mengulurkan tangan ke depan untuk menangkup wajah Bimantara dan mendaratkan sebuah kecupan penuh cinta di bibir sang kekasih sebagai petanda bahwa dia bersedia memberikan mahkota yang selama ini dijaganya dengan baik.
Mendapat lampu hijau dari Emma, membuat Bimantara semakin bersemangat. Lantas, dia membalas pagutam kekasihnya dengan sangat ganas.
"Tunggu!" Emma mendorong tubuh Bimantara saat pria itu hendak mencium lehernya. "Bagaimana kalau aku hamil?"
"Tenang saja. Aku akan mengeluarkannya di luar." Tanpa memberikan kesempatan kepada Emma, pria itu membungkuk dan menjilat leher sang wanita menghidu aroma parfum kesukaannya yang selama ini dirindukan.
Kini, pandangan Bimantara turun ke bagian dada Emma. Bongkahan besar itu sangat menggiurkan. Meskipun terbungkus dress di bawah lutut tetap saja tak mampu mengalihkan perhatian pria itu dari pabrik ASI milik anak-anaknya kelak.
Bimantara mengangkat dress milik Emma hingga kedua tangan wanita itu ke atas. Tersenyum simpul, mata pria itu menikmati pemandangan dua gundukan kenyal di depan matanya. Menarik napa panjang, bersiap berlayar menuju pulau cinta bersama orang terkasih.
Akan tetapi, Bimantara tidak ingin segera menyerang bagian itu tetapi mencumbu leher Emma yang putih mulus tanpa ada cela sedikit pun. Menghujani wajah, leher serta telinga dengan ciuman meninggalkan jejak kepemilikan di mana-mana.
Sementara bibir sibuk memberikan kiss mark di mana-mana, tangan Bimantara kembali melepaskan helai kain yang menempel di tubuh Emma sedangkan wanita itu membantu melepaskan pakaian dari tubuh sang CEO hingga tubuh keduanya polos tanpa ada satu kain pun yang menutupi.
"Emma, untuk pertama kali akan terasa sakit. Namun, aku berjanji akan bermain pelan. Kamu tahan sebentar ya, Sayang," ucap Bimantara seraya mengecup bibir ranum yang terlihat sedikit terbuka.
Emma hanya menganggukan kepala, menggigit bibir bagian bawah mengurai rasa gugup yang tengah dia rasakan. Ada ketakutan tersendiri kala membayangkan sebentar lagi mereka melebur menjadi satu.
"Bima, lakukan secara lembut sebab ini pertama kalinya bagiku," ucap Emma lirih.
"Tentu saja, Sayang. Bersiaplah, aku akan mulai permainannya." Detik itu juga, Bimantara melakukan ritual yang seharusnya dilakukan bersama Tsamara. Akan tetapi, pria itu malah menjamah wanita lain sedangkan istri tercinta menunggu kehadirannya di kamar berbeda.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Muhammad Rully Romadhon
suami yg menjijikkan😷😷😷
2024-01-23
0
Nour Hayat
awal pernikahan yang TDK sehat
2022-11-15
2
Abizar Meram
Keterlaluan KAU Bima 😡
2022-11-15
1