Happy Rrading 🌹🌹
Ferdy dan Jundi berjalan membawa namoan berisi makanan untuk atasan mereka dan diri mereka sendiri.
"Silahkan, tuan."
"Maaf aku tidak bisa datang ke acara pernikahanmu, selamat akhirnya kamu mengakiri masa bujangmu."
Bara menggunakan bahasa non-formal kepada Kenan, mereka sering bertemu saat di ajak sang kakek ketika main golf maupun acara minum teh.
"Terima kasih." Jawab Kenan singkat.
"Ah, aku baru saja ingat. Perusahaanku baru saja menyelesaikan pembangunan sebuah vila di negara Eropa. Akan aku kirimkan tiket pesawat dan paket bulan madu untukmu juga istrimu."
Bara berkata sembari mengaduk makannya, Ken hanya diam. Bagaimana mereka akan bulan madu jika Ken tidak mencintainya bahkan tidak akan pernah jatuh cinta dengannya.
Bara dan yang lainnya menatap Kenan yang hanya diam terpaku lebih tepatnya melamun.
"Ck ck, aku kira ucapan orang cinta itu membuat lupa segalanya itu benar." Ucap Bara sembari menggekengkan kepalanya.
"Apa maksudmu?" Tanya Kenan tidak suka.
"Saat membicarakan pernikahanmu kamu hanya diam saja, apa kamu sudah rindu istrimu." Jawab Bara dengan tersenyum sambil mengunyah makanan.
Ken hanya mendelik kesal dan menyuapkan makanan yang berada di depannya, keempat orang terlihat makan dengan santai dan sesekali bergurau karena ketika kembali di dunia kerja mereka harus profesional.
"Baiklah, aku akan pergi dulu. Terima kasih untuk makan siangnya." Ucap Bara kepada Kenan dan Ferdy.
Jundi memberikan hormat sebelum menyusul atasannya yang sudah melangkah pergi lebih dulu.
"Ayo kita juga kembali bekerja." Ajak Kenan kepada Ferdy.
Feedy berjalan beriringan dengan Kenan menuju lift untuk mengantarkan mereka ke lantai ruangan CEO.
"Kemarin aku sudah memecat maid itu. Bagaimana keadaan istrimu... anu maksudku Alice."
Ferdy tiba-tiba membuka topik pembicaraan masalah hari lalu, karena jujur saja Ferdy tidak dapat memejamkan mata saat mengingat tubuh Alice yang gemetar dan tangan sedingin es itu.
Kenan menoleh ke arah Ferdy dengan cepat, otaknya langsung memproses pertanyaan Ferdy dirinya teringat jika belum mengeluarkan Alice dari dalam gudang.
Tak Tak Tak Tak!
Kenan menekan tombol lantai satu dengan cepat, dirinya sangat panik bagaimana jika Alice mati.
"Hey! Ada apa Ken." Ucap Ferdy yang memegang lengan kanan Kenan hingga sedikit membuat tubuhnya miring.
"Aku belum mengeluarkan Alice dari gudang." Jawab Ken frustasi.
"APA!"
"Kamu sungguh gila Kenan!"
Ferdy berteriak kaget dan sekaligus marah secara bersamaan, beruntung lift telah sampai di lantai CEO segera Ferdy keluar dan berlari menuju tangga darurat.
Sedangkan Kenan tidak ingin bertanya kemana Ferdy pergi, segera Ken kembali menekan tombol lantai satu perusahaannya.
Terlihat Ferdy begitu cepat menuruni anak tangga di ruangan yang sepi itu, dirinya begitu marah kepada Kenan kenapa bisa sampai lupa membebaskan Alice.
Sejak sore kemarin berarti Alice di sekap didalam gudang, apakah Alice di beri makan, apakah Kakek Wijaya membebaskannya hari ini. Otak Ferdy berputar pada keadaan Alice sejak semalam.
Ferdy lebih dahulu sampai dilantai satu, meskipun merasa kedua kakinya bergetar dengan hebat pria itu tetap berlari untuk mengambil mobil perusahaan.
Tidak berselang lama Ken akhirnya sampai di lantai satu, dengan perasaan khawatir dan pikiran yang berkecamuk tentang Alice. Ken berlari untuk mengambil mobil miliknya, mengingat jika Ken berangkat menggunakan mobilnya sendiri.
Terlihat dua mobil mewah terlihat ugal-ugalan di jalan raya, bunyi klakson dan makian sudah tidak dapat di hindarkan. Pikiran mereka hanya satu yaitu Alice, mereka berharap ada yang mengeluarkannya dari dalam gudang.
Para penjaga yang melihat mobil keluarga Wijaya mepaju kencang langsung membuka gerang secepat mungkin, hembusan angin efek dari kencagnya mobil membuat dedaunan kering terbang berserakan.
Cittttt!
Brak! Brak!
Kenan dan Ferdy secara bersamaan telah sampai di mansion Wijaya, para maid memberikan hirmat namun Ken dan Ferdy acuh mereka berlari seperti orang kesetanan ke arah bangunan belakang mansion.
Cklek! Cklek!
"Alice! Alice!"
Ferdy menggedor pintu guna mencari tahu apalah Alice berada di dalam, pintu terkunci terlihat Ferdy tidak dapat membukanya.
"Minggir."
Kenan yang sudah panik tidak bisa memikirkan dimana kunci gudang yang kemarin dia bawa.
"Alice! Kau dengar aku!" Teriak Kenan.
"Mana kuncinya." Tanya Ferdy pada Kenan.
Kenan dengan nafas memburu meraba seluruh jas dan kantong celananya, tidak ada.
Fardy mundur beberapa langkah dan menubrukkan lengan kananya ke arah pintu gudang. Ferdy akan mendobrak pintu gudang sebisa mungkin.
Brak!
Brak!
Brak!
Samar-samar Alice mendengar suara dari luar gudang, saat ini Alice sudah terkapar lemas di lantai dingin dan kotor itu.
"Tolong."
Tidak ada suara yang muncul dari bibir Alice hanya pergerakan bibir saja, bahkan ingin menangis Alice sudah tidak sanggup karena benar-benar lemas dan sakit.
Kenan mencari sesuatu di sekitar, melihat kuris lipat besi yang sudah tidak terpakai. Segera Ken mengambilnya.
"Menyingkirlah Fer." Ucap Kenan.
Ferdy yang sudah merasakan tubuhnya sakit akhirnya menyingkir, terlihat pakaiannya sudah basah dan juga wajahnya penuh peluh.
Brak!
Brak!
Brak!
Prang!!
Kenan memukulkan kaki kursi besi itu ke knop pintu terdengar begitu sangat keras benda tumpul saling bertabraka, dengan mengerahkan seluruh kekuatannya Kenan berusaha merusak knop pintu hingga knop itu rusak perlahan pintunya terbuka.
Ken langsung membuang kursi ke sembarang arah, membuka pintu gudang selebar mungkin. Terlihat Alice sudah tergeletak di atas lantai.
"Alice! Alice!"
Kenan berlari dan bersimpuh, menepuk pipi Alice berharap jika Alice masih sadarkan diri.
Ken langsung membopong tubuh Alice membawanya masuk ke dalam mansion, "Panggil dokter!" Seru Kenan.
Segera maid yang mendapatkan perintah Kenan langsung menghubungi dokter keluarga Wijaya agar segera datang, sedangkan Ferdy pergi kebelakang untuk mengambil baskom berisi air bersih juga handuk kecil untuk menyeka tubuh Alice.
Kenan langsung merebahkan tubuh Alice di atas kasur king size miliknya, terlihat wajah Alice yang sangat pucar, bibir kering, dan juga tubuhnya yang dingin.
"Alice! Sadarlah, Alice."
Kenan terus berusaha memanggil Alice, menggosok telapak tangan Alice secara bergantian agar meningkatkan suhu tubuh Alice.
Ferdy masuk dengan dua orang maid di belakangnya, "Ken menyingkirlah agar Alice di bersihkan dulu oleh para maid."
Ken menoleh ke arah Ferdy, "Mana dokternya!." Ucapnya dengan tidak sabar.
"Masih di perjalanan, cepat menyingkirlah biarkan mereka membersihkan tubuh Alice dan juga mengganti pakaiannya." Seru Ferdy yang tidak sabat dengan Kenan.
Ken berdiri memberikan ruang untuk kedua maid tersebut.
Ferdy melangkah keluar karena maid perlahan membuka kemeja Alice, Ferdy masih waras karena Alice adalah isri dari Kenan.
Ken membuang nafasnya panjang, dirinya juga ikut keluar menyusul Ferdy karena tidak sengaja melihat pundak putih dan mulus Alice.
...🐾🐾...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Yulia Bunyamin
semoga alice cepat sadar dan pulang ke rumahnya biar kenan sadar setelah ga ada alice
2023-01-05
3
ꪶꫝ𝐀⃝🥀🍁senjaᴳ᯳ᷢᏦ͢ᮉ᳟ଓε⒋ⷨ͢⚤❣️
mending jodohin alice sama bara aja.ken bukan manusia tapi iblis
2022-12-20
0
Mystera11
moga berjodoh dgn Bara...
2022-12-12
0