Happy Reading 🌹🌹
Terlihat seorang wanita yang meringkuk di ujung kasur usang seorang diri, bagaimanapun Alice berusaha tegar dan baik-baik saja tidak bisa membendung rasa sakit hatinya.
"Hiks, Mama." Ucap Alice dalam tangisnya.
Air mata terus mengalir deras dari kedua pelupuk mata Alice, hingga suara pintu di gedor dengan kencang dan arogant.
"Alice! Alice!"
Brak!
Terlihat dua orang maid membuka pintu kamar Alice dengan kasar.
"Heh! Enak sekali kamu hanya bersantai di dalam kamar, ini cepat cuci semuanya!"
Ucap seorang maid dengan melemparkan kain ke arah Alice.
"Aku bukan pembantu sepertimu!" Seru Alice dengan mata sembabnya.
Seorang maid kepercayaan Citra tersenyum remeh, "Jangan banyak berlagak, kamu bahkan tidak di anggap menantu dikeluarga Wijaya. Bahkan, derajatmu lebih rendah dibandingkan aku yang hanya seorang maid di sini." Jawabnya penuh cemooh.
Kedua maid pergi meninggalkan Alice bergitu saja setelah puas menghinanya. Perlahan Alice turun dan memunguti kain yang berserakan dilantai.
Dibawanya keluar menuju tempat loundry, "Mau apa kamu." Ucap Citra yang melihat Alice membuka mesin cuci.
"Mencuci kain, Nyonya." Jawab Alice pelan.
"Pakai kedua tanganmu dan jangan pernah menggunakan fasilitas apapun di mansion ini." Kata Citra dengan tegas.
Alice menggigit bibir dalamnya, dan segera keluar dari ruangan loundy dengan menyenggol bahu Citra.
"Dasar wanita mura*han, berkedok menolong perusahaan hanya untuk menjadi benalu saja." Ucap Citra yang masih dapat didengar oleh Alice.
Dibawah teriknya sinar matahari Alice mencuci kain-kain tersebut di samping mansion yang biasanya untuk mencuci mobil.
"Nona, biarkan para maid yang mengerjakannya saja. Hari ini sangat panas." Ucap seorang sopir.
"Tidak apa-apa paman, sebentar lagi selesai." Jawab Alice tersenyum ramah.
Sang sopir menyingkir dan melaporkan kepada Kakek Wijaya, beruntung banyak orang yang begitu setia kepada Kakek Wijaya sehingga tanpa dimintapun mereka akan bergerak sendiri.
Kakek Wijaya yang sedang mengobrol dengan sahabatnya, terlihat marah menatap foto dimana menantunya mencuci di siang hari.
"Ada apa?" Tanya temannya.
"Tidak ada apa-apa." Jawab Kakek Wijaya cepat.
"Aku dengar, cucumu telah menikah baru-baru ini." Ucap Santosa.
"Benar, Kenan menikah dengan putri dari William pemilik perusahaan Mitrabahtera." Jelas Kakek Wijaya.
"Benarkah? Aku dengar perusahaannya hampir gulung tikar karena uang investasi dibawa kabur oleh rekan kerjanya." Kakek Santosa terlihat kaget.
"Iya, tapi kini perusahaannya sudah berjalan lancar dan aku membantu untuk menangkap orang tersebut." Jelas Kakek Wijaya.
"Aku baru tahu jika pemilik perusahaan Mitrabahtera memiliki seorang putri." Kakek Santosa berkata sembari meminum tehnya.
"Benar, bahkan aku juga baru tahu akhir-akhir ini." Kakek Wijaya membenarka ucapan sahabatnya tersebut.
"Kenapa kau tidak mengundangku?" Sungut Santosa kepada Wijaya.
"Untuk apa aku mengundangmu, baik kamu maupun cucumu tidak memiliki pasangan untuk datang." Kelakar Kakek Wijaya.
"Hah, aku juga berharap cucuku segera menikah dan tidak gila kerja." Keluh Kakek Santosa dengan di iringi tawa.
"Hahaha, aku berharap kita akan menggendong cucu sebelum mati." Timpal Kakek Wijaya.
"Benar."
Kedua sahabat tersebut terus berbincang mengenai kehidupan pribadi, kantor, dan cucu mereka. Santosa tidak mengetahui jika sahabatnya memiliki menantu jika bukan dari rekan kerjanya.
Kenan kini tengah berkutat dengan pekerjaannya, bahkan sampai melewatkan jam makan siangnya.
Terdengar pintu ruangannya di ketuk oleh seseorang dari arah luar.
"Masuk!" Seru Kenan.
Knop pintu terbuka, terlihat Ferdy masuk dengan membawa kresek putih di tangannya.
"Makan dulu Ken, kamu bisa mati." Ucap Ferdy menaruh makanan di atas meja.
Ken meletakkan penanya dan melihat waktu sudah menunjukkan pukul satu siang, "Hah, pekerjaanku sangat banyak sekali. Apa kamu tidak bisa menguranginya setengah saja." Keluh Kenan.
"Kamu pikir diriku hanya menganggur di ruanganku bahkan dokumen yang berada di atas mejamu belum ada sepertiganya." Omel Ferdy.
Ken beranjak dari kursi kebesarannya dan berjalan ke arah sofa dimana Ferdy tengah menyiapkan makan siang untuk mereka.
"Rasanya aku ingin liburan." Kata Ken sembrono.
"Bulan madu maksudmu?" Ucap Ferdy membenarkan.
"Apa telingamu tuli, aku hanya ingin pergi berlibur bukan bulan madu." Dengus Kenan
"Memangnya aku salah? Sekarang kamu sudah menikah dengan wanita cantik, pastinya kalian pergi berdua bukan. Itu berarti kalian pergi bulan madu." Jelas Ferdy membela dirinya.
"Cih, aku bahkan tidak bernafsu dengan tubuhnya meskipun dia telanjang didepanku." Ken menjawab penuh dengan amarah.
"Hati-hati jika kamu berkata Ken, bisa jadi setelah berhasil membobol gawang justru kamu yang menjadi kecanduan." Ferdy mengingatkan Kenan agar tidak menjilat ludah sendiri.
"Jika itu benar terjadi, aku akan menjadi pembantumu selama dua puluh empat jam. Camkan itu!" Tegas Kenan.
Ferdy yang mendengar ucapan Kenan menghentikan gerakannya, dengan cepat Ferdy mengambil ponsel miliknya dan mencari oerekam suara.
"Lagi, tolong ucapkan lagi janjimu tadi Ken." Kata Ferdy dengan wajah yang sumringah.
"Apa? Menjadi pembabtumu selama dua puluh empat jam?"
Kenan menyerengitkan dahinya bingung dengan perilaku asisten sekaligus sahabatnya.
"Hahaha, terima kasih. Ini akan aku jadikan bukti jika sampai kamu melupakannya." Ferdy tertawa bahagia bahkan sampai terbatuk-batuk.
"Ck, sudah makan. Jangan bikin moodku hancur."
Kenan dan Ferdy memakan makan siang mereka dengan mendengarkan Ferdy yang lebih banyak berbicara.
Ken hanya diam menyuapkan makanan demi makanan kedalam mulutnya, "Kenapa tangan wanita itu melepuh."
Pikiran Ken berkecamuk kejadian pagi tadi saat di meja makan, melihat tangan Alice yang sedikit melepuh dan berkata jika terkena teko panas.
"Si*al, jangan pikirkan Ken. Dia hanya akan menjadi lintah di keluarga Wijaya."
"Kamu kenapa Ken?" Tanya Ferdy.
"Ah, tidak apa-apa." Jawab Kenan.
"Ck, aku pikir kamu menjadi gila sebab menggerakkan kepalamu sendiri sejak tadi." Ucap Ferdy kepada Kenan.
Alice menjemur kain-kain besar di belakang rumah dengan susah payah, terlihat peluh mengalir dari dahi hingga ke leher jenjangnya.
"Hah, panas sekali hari ini." Ucap Alice.
Citra yang melihat Alice menderita tersenyum dengan wajah penuh kebencian, "Ini baru permulaan, aku akan membuatmu tidak betah tinggal di mansion ini dan pergi jauh dari kehidupan putraku." Ucap Citra pelan dengan meneguk minuman dinginnya.
Alice yang merasa di perhatikan mendongakkan kepalanya, terlihat mertuanya tengah melihat ke arahnya melalui balkon kamar.
"Cih, dasar nenek lampir. Jika bukan karena membutuhkan bantuan dari Kakek Wijaya aku juga tidak akan sudi memiliki mertua sepertimu."
Alice menggerutu dengan wajah cemberut, tanpa niatan untuk menyapa Alice segera berjalan pergi meninggalkan plataran yang panas itu untuk masuk ke salam mansion.
Berjalan dengan mengusap peluh yang berada di leher serta dahinya menuju dapur, Alice membuka pintu pendingin namun segera di tutup dengan kasar oleh seorang maid.
...🐾🐾...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Feriza Destriana
kok alice lemah
2024-02-08
0
Nani Upitarini
knp alice tdk kerja di perusahaan ortu atw kakekx,scr alice sekolah cukup tinggi ,biar g di bully dan biar bisa menunjukkn pd mertua dan suaimix bhw dia bukan wanita lemah
2024-02-06
0
Qiky🧣
ga sopan lu
2023-07-15
1