Happy Reading 🌹🌹
"Ingat, di depan Kakek kota harus terlihat baik-baik saja." Ken mengingatkan Alice.
Alice memutar bolanya malas, "Aku tau tidak perlu kamu ulang-ulangi juga." Jawabnya.
Ken dan Alice segera berjalan keluar menuju lantai satu untuk ikut beegabung sarapan, Kakek Wijaya dan lainnya yang sudah menunggu menatap penuh tanya ke arah Alice karena wajah wanita itu lebij ceria.
"Selamat pagi Kakek, Ayah, Mama." Sapa Alice kepada semuanya.
"Pagi Alice, duduklah." Jawab Kalevi lembut.
Alice segera duduk tidak jauh dari Ken yang dengan acuh tidak menyapa keluarganya langsung mendudkkan dirinya di kursi makan.
"Apa kamu sudah betah Alice tinggal di mansion ini?" Tanya Kakek Wijaya lembut.
"Betah Kek, hanya saja Alice bosan." Jawab Alice pelan.
Ken dan Citra menaikkan sebelah alisnya mendengar jawaban Alice.
"Apa kamu ingin bekerja?" Tawar Kalevi pada Alice.
"Apa boleh?" Tanya Alice dengan semangat dan mata berbinar.
"Boleh"
"Tidak"
Ken dan Kalevi menjawab secara bersamaan membuat Alice melihat ke arah keduanya.
"Tidak boleh, kamu cukup jadi istri yang baik dan duduk diam di rumah menungguku pulang kerja." Ken menolak dengan tegas ide Kalevi dan Alice.
"Aku ingin bekerja, aku lulusan terbaik di universitas paman sam." Jawab Alice tak ingin kalah.
"Tidak bisa, kamu itu sudah menjadi istriku jadi harus menurut dengan suami." Ucap Ken dengan wajah kesal.
"Perlu di garis bawahi, tidak semua suami harus di ikuti perkataannya." Kata Alice dengan senyum miring ke arah Kenan.
"Halah, sudahlah. Kamu harusnya bersyukur mendapatkan suami seperti anakku ini. Kamu hanya duduk diam saja di rumah apa susahnya." Sela Citra.
"Benar apa yang di katakan Mama, kamu harus menurut seperti Mama." Ucap Ken.
"Cih, jika kamu ingin memiliki istri yang duduk diam di rumah seperti permintaan Mama kenapa kamu tidak menikah dengan Mamamu saja." Alice menjawab dengan se-enak udelnya.
Kalevi dan yang lainnya kaget hingga tersedak makanan mereka mendengarkan jawaban Alice yang sembrono.
"Kau!----"
"Pokoknya aku ingin bekerja Ayah, Kakek." Sela Alice dengan tegas.
"Ekhm... baiklah Alice dapat bekerja sebagai sekertaris Ken di perusahaan." Jawab Kakek Wijaya setelah menetralisir tenggorokannya yang terasa panas.
"Apa! Tapi Kakek, Ken sudah memiliki sekertaris." Ken kaget dengan keputusan Kakek Wijaya.
"Pindahkan ke devisi keuangan." Jawab Kakek Wijaya acuh.
"Kakek bisakah Alice bekerja di devisi lain saja bukan menjadi sekertaris Kenan." Ucap Alice memohon.
Ken semakin merengut, "Memang kenapa jika menjadi sekertarisku, oh aku tahu. Pasti kamu tidak bisa bekerja di bawah tekanan ya." Kata Ken dengan wajah mengejek.
"Bukan, aku hanya bosan melihat wajahmu setiap hari." Jawab Alice dengan menjulurkan lidah ke arah Kenan.
"Kau benar-benar!" Ken menggeram kesal kepada Alice.
"Cukup! Jangan seperti anak kecil, kalian sudah menikah. Alice akan menjadi sekertaris suka maipun tidak suka atau tidak bekerja sama sekali." Kalevi mengultimatum Alice denga tegas.
"Baik Ayah." Jawab Alice pelan.
Ken hanya tersenyum miring, "Kita lihat saja sampai mana kamu kuat menjadi sekertarisku." Ucapnya dalam hati.
Sedangkan Citra yang ingin angkat bicara mendapatkan tatapan tajam dari Kalevi sehingga mengurungkan niatannya untuk protes.
Citra mendengus kesal, "Aku harus merubah rencanaku, baiklah semakin bagus jika wanita mura*han itu berada di dekat Kenan lebih mudah dan leluasa aku membuatnya keluar dari mansion ini." Gumam Citra.
"Ken berangkat dulu." Pamitnya seraya berdiri.
"Tunggu Alice." Jawab Kakek Wijaya.
Ken dan Alice menatap heran, "Kek, Ken harus memindahkan sekertaris Ken dulu besok Alice baru berangkat." Ucapnya dengan wajah memelas.
"Benar Kek, Alice tidak membawa pakaian kantor juga. Jadi Alice harus mengambil di rumah Ayah." Timpal Alice mendukung ucapan Ken.
"Baiklah jika begitu, Ken bekerja setengah hari saja dan antarkan Alice pupang ke rumah mertuamu. Selama ini Kakek lihat kalian belum pernah berkunjung ke mansion William." Jawab Kakek Wijaya dengan tegas.
"Ken banyak kerjaan, apa Alice tidak bisa di antar oleh sopir Ayah. Kenapa jadi wanita manja sekali." Sela Citra dengan sinis.
"Alice memiliki suami untuk apa gunanya suami jika tidak bisa menemaninya barang sebentar saja." Ucap Alice dengan tenang.
Alice menoleh ke arah Kenan, "Sayang jangan pulang kesorean ya, aku tunggu di rumah." Lanjut Alice dengan memasang wajah semanis mungkin.
Ken yang melihat Alice penuh sandiwara memasang wajah mual dan berlalu begitu saja dari sana. Alice yang melihatnya mencebik kesal, padahal sudah menuru kan harga diri namun di acuhkan.
Kenan berjalan menuju mobil di mana Ferdy sudah menunggu, dengan cepat Ferdy membukakan pintu bagian belakang.
Mobil perlahan meninggalkan mansion Wijaya.
"Fer, pindahlan Emely ke bagian devisi keuangan." Ucap Ken dengan membuang pandanganbya ke sembarang arah.
Ferdy sedikit kaget menatap Ken melalui spion kaca tengah, "Ada apa? Apakah Emely melakukan kesalahan?" Tanya Ferdy.
"Tidak, Alice yang akan menggantikan pekerjaan Emely." Jawab Ken singkat.
"Alice bekerja?" Beo Ferdy.
Kenan memgangguk, "Oh iya, pekerjaanan Emely hari ini tidak perlu di selesaikan beri Emely libur satu hari dan satu lagi pekerjaanmu yang belum selesai antarkan ke meja Emely." Kenan berkata seraya tersenyum penuh arti.
"Apa yang ingin kamu lakukan Ken? Kau ingin mengerjai Alice." Tanya Ferdy penasaran.
"Tidak, aku hanya sedang berbaik hati." Bantah Kenan dengan wajah santai.
Ferdy hanya menghela nafas pelan dirinya sangat tahu bagaimana Kenan, namun Ferdy cukup senang karena Ken sedikit kembali seperti Kenan sebelum mengenal Selena.
"Bagaimana kabarnya?" Tanya Ken dengan wajah berubah datar.
"Dia sudah bahagia." Jawab Ferdy seadanya.
"Benarkah?" Tanya Ken tidak percaya.
"Ambil saja amplop di depanmu jika memang kurang percaya apa yang aku ucapkan." Ucap Ferdy tanpa melihat ke arah Kenan.
Ken mengambil amplop coklat yang terselip di belakang kursi Ferdy, di bukanya amplop tersebut dan mengeluarkan seluruh isinya.
Dengan pandangan datar dan dingin Ken melihat satu per satu foto mantan kekasihnya tersebut, terlihat Selena tersenyum bahagia.
Bagaimana mesranya Selena dengan pria yang datang dan berhasil merebutnya dari sisi Kenan, perlahan rasa benci itu membuncah andai saja Kakek Wijaya merestui mereka pasti Selena akan menjadi istrinya saat ini.
Tapi, kenyataannya Selena bersanding dengan pria lain sedangkan dirinya menikahi wanita asing yang rela menjual dirinya kepada keluarga Wijaya berkedok menyelamatkan perusahaan.
Ferdy melirik kebarah spion, terlihat Ken mencengkram foto yang sengaja di manipulasi olehnya.
"Kamu percayakan? Dia sudah bahagia dengan pasangannya sekarang kamu juga harus bahagia dengan Alice, Ken lupakan dia hanya masa lalumu." Ucap Ferdy agar Ken melupakan Selena.
"Jika bukan karena Kakek, kami pasti sudah menikah hidup bahagia dan memiliki akan Fer." Jawab Ken dengan marah.
"Tuan Wijaya pasti memiliki alasan sendiri kenapa tidak merestui kalian Ken." Ucap Ferdy.
"Alasan apa, apa karena dia miskin. Nayatanya Kakek menyodorkan aku wanita yang menjual dirinya hanya demi uang." Jawab Ken dengan menggebu.
"Alice juga memiliki alasan Ken, kamu jangan memandang dari satu sisi cobalah pandang dari sisi lainnya." Kata Ferdy yang kini mengarahkan mobil ke parkiran perusahaan Wijaya Corp.
"Tidak ada yang pernah salah dari pandanganku Fer, sejak dulu hingga saat ini." Jawab Kenan tegas dan segera keluar dari dalam mobil yang sudah terparkir.
...🐾🐾...
...Autor membawakan rekomendasi novel yang menarik dan seru untuk kalian 🌹...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Yulia Bunyamin
bagus alice.. lawan aja ken jgn di kasih hati
2023-01-06
2
Rapa Rasha
lanjut
2022-12-10
0
Erviana Erastus
tuh matamu ketutup apa sih Ken....Alice tuh baik demi baktix sama ayahx rela ngorbanin dirix aq sumpahin bucin loe....
2022-12-09
0