malam itu saat pesta berlangsung, zen turun menemui para tamu undangan, banyak orang di mansion, banyak yang berkeliling melihat-lihat sekeliling mansion, banyak juga yang berfoto mengabadikan mansion mewah itu, mungkin itu kesempatan pertama dan terakhir mereka bisa masuk ke mansion yang ketat itu, banyak pengawal yang berjaga sangat ketat disana.
"Zen, kau semakin menawan dan hebat, bisnismu semakin merambah" kata wanita tua bernama Maria yang menggandeng suami tercintanya, pasangan setia suami istri yang juga memiliki banyak bisnis dimana-dimana.
"apapun itu Maria, hidupku tak akan lengkap jika belum menikah" jawab Zen dengan senyumnya.
"benar, lihatlah kami, selalu pergi berdua itu menyenangkan" jawab Smith suami Maria.
"kalian adalah panutanku" jawab Zen tersenyum.
"lalu.. dimana kekasihmu itu? berita itu tersebar sangat cepat, kalian tampak serasi" tanya Maria.
"kalian tunggu saja dulu" jawab Zen yang masih aq tersenyum. "aku akan menemui tamu lain, semoga kalian senang ke acara pestaku" dia melenggang pergi.
"apa kau menikmati hidangannya?" tanya Zen pada dua sepasang kekasih muda, mereka anak pengusaha kaya yang memiliki hubungan bisnis dengan Zen.
"sangat lezat, lihatlah tangannya selalu Mambawa makanan terus" kata Clara menunjuk suaminya yang masih makan.
"haha.. makanlah sepuasnya, masih banyak di dalam sana tak akan habis" kata Zen dengan senang para tamu menikmatinya.
"bagaimana bisa kau menghidangkan makanan selezat ini" kata Vedro suami Clara.
"itu rahasia" ujar Zen berbisik membuat mereka terkekeh. "makan sepuas kalian, semoga kalian senang di pestaku, selamat bersenang-senang" pamit Zen lalu menemui tamu lainnya, seperti itulah tugas Zen sebelum acara dimulai, Zen melihat Helena dan Hanna yang barusaja datang, tapi dia masih berbincang-bincang dengan tamu undangan lainnya.
"ibu, kira&kira dimana wanita ****** itu" kata Hanna yang berbicara pada Helena, dia sudah memanggilnya ibu karena pikir mereka Hanna akan menikah dengan Darent.
"dia pasti di sembunyikan oleh Zen, tamu disini tidak sembarang orang bisa masuk" jawab Helena dengan tersenyum bangga karena dia termasuk tamu penting pikirnya.
"benar, ayo kita ambil minuman" kata Hanna mengajak Helena.
tak lama kemudian seorang wanita dengan postur tubuh yang sempurna turun dari tangga berjalan pelan, dengan balutan gaun panjang hingga ke mata kaki, berwarna hitam, terkesan sangat elegan dan seksi.
"wow.. apa dia Livia Bannet? lebih cantik daripada di tv" kata salah satu dari beberapa pria yang berkumpul di ujung sana.
"Smith, itu dia kekasih Zen, benar-benar sempurna" kata Maria pada suaminya.
"ya.. dia pintar memilih wanita, sama sepertiku" kata Smith dengan percaya diri membuat Maria tersipu malu.
tak sedikit juga para wanita muda yang berwajah iri dengki melihat Livia karena kecantikan yang dia dapat dan juga bisa memiliki seorang Zen, mereka mencibir dengan teman wanita sebelahnya, termasuk Hanna dan Helena.
"ibu, lihatlah dia, apa aku terlihat jelek saat ini?" kata Hanna pada Helena si ibu Darent yang menjadi tidak percaya diri.
"tenang saja Hanna, kau itu artis papan atas cantik, kau tak perlu cemas, karena dia cuma pelayan kafe yang beruntung di waktu yang sedikit, mungkin jika tuan Zen bosan dia akan keluar dari sini" kata Helena meyakinkan Hanna supaya tetap percaya diri.
Zen mengulurkan tangan pada Livia saat wanita itu berada di anak tangga.
"tugas kita menyapa para tamu yang belum sempat kusapa" bisik Zen membuat para tamu wanita muda semakin tidak suka melihat kedekatan mereka.
acara sudah di mulai, pembawa acara sudah memenuhi telinga kami selama 5 menit yang lalu, dan saat ini Zen yang membuka suara untuk pembukaan acara pesta.
"selamat malam saudara saudari sekalian, saya berterimakasih atas kehadiran anda semua, saya sangat senang di acara pesta peresmian ZNJTV ini karena sudah dimudahkan segala urusan saya, dan trimakasih atas bantuan rekan-rekan kerja atau tim saya yang telah membantu mengurus semuanya yang bekerja pada saya, dan khususnya saya juga berterimakasih pada kekasih saya Livia Bannet yang ada di sebelah saya ini, dia selalu menemaniku dan mendukungku" bohongnya, kata-kata Zen mendapat tepuk tangan dari para tamu yang bahagia melihat mereka, tapi tepuk tangan yang malas terlihat dari para wanita muda berkarir.
"semoga kalian menikmati hidangan di pesta kami, selamat menikmati" pidato pendek dari Zen selesai dan..
DORRR.. DORRR.. DORRR.. DORRR..
kembang api menyala sangat banyak selama 5 menit membuat para tamu berhamburan keluar dari mansion, ada kembang api yang berbentuk banyak cinta, ada dua helikopter yang tiba-tiba muncul tak jauh dari atas mereka dan menjatuhkan banyak sekali hiasan potongan kertas kecil-kecil berwarna emas menaburi seluruh mansion termasuk para tamu undangan yang mengagumi meriahnya pembukaan pesta ini.
hampir semua tamu undangan mengabadikan momen ini dengan kamera masing-masing, ada juga yang membuat vlog, dan tak sedikit juga mereka berfoto di saat momen-momen itu berhenti, pasalnya tak sembarang orang bisa masuk pesta itu, suatu kebanggaan bisa hadir di mansion Zen, untuk yang pertama kalinya, dia membuka pintu untuk orang lain, tidak ada orang yang bisa masuk dengan disana bila tidak berkepentingan apapun.
Dan terakhir kembang api menyala lagi yang terakhir ada 50 kembang api jumlahnya dan saat meledak di atas sebuah kata 'terimakasih' muncul di awan sana membuat semua tamu bertambah kagum.
lalu sebuah alunan lagu dengan penyanyi di panggung membuat para tamu kembali masuk sedikit demi sedikit sebelum kembang api itu benar-benar habis.
pesta berlangsung selama 2 jam dengan meriah di temani pembawa acara yang lucu dan penyanyi itu, banyak juga para tamu turut bernyanyi di panggung.
keesokan hari..
Livia barusaja duduk di kursi taman, tak lama kemudian dua pelayan datang membawa satu mangkuk salad, potongan buah dan jus jeruk.
"trimakasih" kata Livia lalu pelayan itu pergi.
dia mencoba membuka semua akunnya, mulutnya sedikit terbuka saat membaca semua komentar baik untuk hubungannya dan Zen, tapi tak sedikit juga yang menghujatnya dengan kata-kata pedas.
"jangan hiraukan mereka nona" kata Barbara tiba-tiba datang di sebelah Livia.
"apa kau juga tahu Barbara?"
"siapa yang tidak tahu kekasih tuan Zen? kau harus berhati-hati untuk menerima teman baru setelah ini" tegur Barbara.
"apa yang kau bawa?" tanya Livia melihat kotak yang di bawa Barbara.
"ah ini ada paket untukmu, tak ada namanya" kata Barbara memberikan paket kotak itu, lalu pergi.
Livia membuka kotak itu ada beberapa lembar foto dirinya saat bercinta dengan Darent, spontan Livia menutup mulutnya yang menganga tak percaya.
"kapan Daren mengabadikan momen ini? aku tidak ingat sama sekali" batinnya saat jantungnya serasa ingin copot, dia membuka surat yang hanya dilipat itu.
"halo calon nyonya Rodrigues, aku merindukanmu di kamar, akan kutunggu jawaban darimu, salam sayang dari kekasihmu"
Surat pendek yang dibacanya membuat Livia menegang, dengan cepat Livia menutup kotak itu lagi, dia harus membakarnya tapi dia tidak memiliki korek api, matanya mencari-cari orang di sekitarnya apa ada yang bisa di pinjami korek api, tapi niatnya di urungkan, pasti mereka akan mengadu pada Zen, lalu dengan cepat Livia bergegas ke kamar membawa paket itu beserta kotaknya.
lalu dia mengambil foto-foto dan surat kecil itu menyobeknya kecil-kecil, membuangnya di kloset toilet, itu cara satu"nya supaya tidak ketahuan, dia keluar menatap kotak paket itu.
ceklek...
pintu kamarnya terbuka.
"paketnya berisi apa?" tanya Zen tiba-tiba yang sudah tahu begitu saja membuat jantung Livia berdetak kencang. sungguh, berada di dekatnya bisa-bisa Livia punya penyakit jantung karena perilaku Zen yang membuat aura intimidasi dan kejam selalu mengitarinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments