siang hari...
Livia hendak kembali ke belakang kasir setelah mengantarkan pesanan pelanggan yang duduk di sana, tv terus menyala di tembok atas.
tidak sengaja Livia melihat sosok Darent muncul di suatu acara live, dengan cepat Livia mengencangkan volume tv.
"iya, itu memang tidak benar, aku dan Hanna tidak memiliki hubungan apapun, hanya saja ibuku dan ibu Hanna adalah teman dekat, waktu itu ibuku dan ibunya sedang makan malam biasa, dan kebetulan kami juga baru selesai syuting bersama" kata Darent saat wartawan menanyakan sesuatu.
"ah, tidak..kami tidak berpacaran sama sekali dan tidak berencana untuk menikah" lanjut Darent setelah mendengar pertanyaan wartawan, dia diam lagi memandang ke arah lain, mungkin sedang mendengar pertanyaan lagi.
"tentu saja punya, aku memiliki kekasih 6 tahun yang lalu sampai sekarangpun kami masih menjalin hubungan" kata Darent.
degg..
jantung Livia seperti ingin copot
"jangan Daren, kumohon jangan" lirih Livia tidak sadar Rey dan Luna juga berdiri di sampingnya mendengar lirihannya sambil menatap tv di atas.
"dia sangat cantik, bukan artis, dia wanita sederhana, kami berpacaran sejak aku masih merintis menjadi artis" kata Darent lagi.
"jangan Daren, ayolah jangan" lirih Bella di belakang kasir dengan penuh harap seperti Livia.
"nama? namanya Livia Bannet" kata Darent akhirnya membuat Livia dan rekan kerjanya menghela nafas berat.
"sudah kuduga, dia tidak cocok denganmu, selalu saja berbuat onar" kata Rey dengan sebal.
"bagaimana kau bisa bertahan 6 tahun dengannya?" tanya Luna juga merasa sebal dengan Darent. Livia terus menatap tv dengan tatapan kosong, dia tidak menyangka hari ini adalah akhir dari ancaman Darent untuk mempublikasikan hubungan mereka. Livia menghela nafas berat, dia harus bersiap-siap untuk hujatan yang akan dia terima, hal itu sudah di persiapkan sejak dulu.
"aku hanya mengaguminya sebagai artis, tapi aku tidak suka dengannya" celetuk Rey, tak ada jawaban apapun dari Livia, wajahnya menjadi lesu dan sedih, lalu dia pergi berniat membersihkan meja pelanggan lain yang barusaja keluar.
di ruangan kantor Zen.
Zen duduk di kursi kebesarannya mengeraskan rahangnya mendengar pernyataan Darent di tv. Hugo mengepalkan tangannya yang ingin sekali memukul wajah di dalam tv itu.
di ruang staff karyawan kafe O'good..
Livia terus menghubungi Darent tapi tidak di angkat, dia sudah meneleponnya 17 kali.
"Daren, apa yang kau katakan, bagaimana caramu menyelesaikan masalah ini? aku menunggu jawaban darimu, segera hubungi aku jika kau membuka pesanku" pesan yang dikirim Livia terkirim ke nomor Darent, lalu dia lanjut bekerja.
berulang kali dia melihat ponselnya tak ada kabar dari Darent.
"kau menunggu Daren?" tanya Bella saat melihat Livia cemberut terus melihat ponselnya, Livia mengangguk lesu, Bella menghela nafas iba karena tahu kehidupan Livia selalu saja pahit.
Ting..
lonceng pintu masuk kafe terdengar menampilkan sosok perempuan paruhbaya yang begitu modis dengan gaya mewahnya.
"nyonya helena" lirih Livia yang masih di dengar Bella. Helena duduk dengan angkuhnya, Livia datang menghampirinya.
"nyonya, apa yang ingin pesan?" tanya Livia dengan sopan.
"berikan saja es kopi yang cepat dihindangkan" jawabnya sambil melepas kacamata hitamnya, hanya membutuhkan beberapa menit saja Livia datang membawa nampan berisi kopi.
"duduklah" perintah Helena yang memasukkan ponselnya ke dalam tas, Livia menurut.
"apa kau suka bekerja disini?" tanya Helena sembari meminum es kopi.
"saya?"
"ya, kupikir akan sia-sia kalau kau terus bekerja disini, mengingat bahwa kalian pernah berjasa menjadi pembantu di rumah saya, mendiang nenekmu pasti akan sangat bahagia di surga melihat cucu satu-satunya bisa sukses" kata Helena, Livia terus diam dan menatap wanita itu mencari tahu apa maksud kedatangannya.
"bagaimana kalau kau bekerja di luar negri, kau akan kutempatkan dengan jabatan yang memuaskan di China, akan aku pastikan kau terjamin disana, kau akan mendapat apartement, mobil dan fasilitas lainnya yang kau butuhkan" katanya dengan angkuh.
"apakah anda.. ingin memisahkanku dari putra anda?" tanya Livia tanpa basa basi, mengingat perbuatan Helena sangat buruk padanya setelah tau bahwa anaknya menyukai cucu pembantunya.
"hahaha..." tawa Helena membuat orang disekitar bergidik ngeri.
"seperti penyihir" kata Andrew pada Bella dari belakang kasir sambil menatap Helena.
"sebenarnya aku sangat menyukaimu, bagaimana bisa anak tanpa didikan orang tua, hanya nenek yang bekerja menjadi pembantu bisa membesarkan anak sepintar dirimu, jika orangtuamu masih ada pasti mereka sangat bangga" ejek Helena.
"maaf nyonya, saya tegaskan bahwa saya tidak bisa pergi ke luar negri hanya untuk alasan seperti itu" jawab Livia penuh dengan percaya diri.
"bagaimana kalau ini" katanya menyodorkan amplop coklat.
"apa itu cek uang?" tanya Livia melihat amplop di atas meja tanpa menyentuhnya.
"buka saja, aku yakin kau tidak akan menolaknya" kata Helena dengan senyuman percaya diri, Livia menyerah dan membuka amplop itu meskipun dia tahu itu adalah sogokan uang, tapi niat Livia ingin segera mengakhiri pembicaraan itu. benar saja, beberapa lembar cek dengan nominal fantastis tertera disana.
pikiran Livia dengan mantab menolaknya tapi hatinya berkata lain, jiwa miskinnya meronta-ronta. Helena tampak tersenyum saat melihat Livia terdiam menatap amplop tersebut.
"tidak nyonya, saya bukan anjing nyonya lagi, jangan berharap apapun dariku, aku hanya menjalani hidupku dengan kemauanku, bukan kemauan majikanku, dan sekarang anda bukan lagi majikanku, jangan mencampuri urusanku, jika anda tidak setuju dengan hubungan kami, maka suruh daren agar menjauhi diriku, selamat menikmati kopinya, saya permisi" jelas Livia lalu pergi, Helena mengeraskan rahangnya dan mengepalkan tangannya tidak suka, dia marah dengan perlakuan Livia yang berani menolaknya.
lalu dengan cepat Livia berdiri.
"hanya anak yatim piatu dan hidup seperti benalu menumpang di rumah orang, setelah sudah bisa mencari uang seperti kacang lupa kulitnya, apa hebatnya? wanita ****** yang bisanya mengejar anak saya, apa kau ingin harta anakku saja? kuperingatkan menjauhlah dari putraku! jika tidak, akan kupastikan kau akan hidup tidak tenang!" teriakan Helena yang marah-marah membuat semua orang menatapnya horor, ada juga yang menertawainya, ada juga yang merasa iba pada Livia.
Livia terus berjalan sambil meneteskan air mata masuk ke toilet.
Bella yang tidak tahan dengan Helena berniat menghampirinya dan menampar mulut Helena, tapi Andrew menahannya untuk tetap diam di belakang kasir.
di dalam mobil Helena..
Helena masuk ke mobil dengan keadaan marah, dia hendak pergi tapi tiba-tiba dia tersenyum devil lalu menelepon seseorang.
"halo apa benar ini wartawan dari MMS?" tanya Helena saat teleponnya tersambung.
"benar, dengan siapa ini?" jawab orang di telepon.
"aku tahu lokasi kekasih Daren bekerja dan rumahnya" kata Helena dengan senyum mengerikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Authophille09
Entah rencana apa lagi yg akan Helena jalankan🤦
2022-11-26
0