TWO - MENIKAH DENGAN PRIA LAIN?

Di mobil Darent..

"Livia.." panggil Darent dengan lembut sambil mengemudi mobil.

"Hmmm.." jawab Livia melihat ke samping ada Darent yang sedang mengemudi mobil, mereka sedang menuju ke kafe untuk mengantarkan Livia bekerja.

"Berjanjilah kau akan selalu bersamaku"

"Aku benci ada skandal tentangmu dengan wanita lain" jawab Livia berusaha mengutarakan isi hati dan pikirannya, tapi tak ada jawaban dari Darent, dia hanya menatap Livia dengan cepat lalu melihat ke depan lagi.

"Baiklah.. aku akan berusaha" kata Darent akhirnya dengan senyuman lembut.

Drrtt..Drrttt..

Ponsel Darent berdering. Livia melihat ponselnya tertera nama 'Hanna'.

Hanna adalah artis papan atas yang sedang syuting di sebuah drama romantis bersama Darent, Livia penasaran menunggu Darent menjawabnya.

"Halo" sapa Darent.

"Daren.. apa kau sudah berangkat? Ada yang ingin kubicarakan padamu" kata Hanna.

"Baiklah, aku sedang dalam perjalanan" kata Darent lalu menutup ponselnya.

Livia hanya diam saja berusaha positif thinking.

"dia pasti akan membicarakan pekerjaannya, menjadi artis memang tidak mudah kan? salah sedikit akan berdampak banyak hal" batin Livia yang terus berusaha untuk berpikir positif, tanpa sadar Livia menggelengkan kepala saat Darent melihatnya.

"apa yang kau pikirkan?" tanya Darent.

"aku?"

"ya.. kau menggelengkan kepala, apa yang membuatmu berpikir?" tanya Darent menyelidik dengan satu tangannya menggenggam dan di tempelkan bibirnya sendiri, dengan gayanya yang santai sambil mengemudi sesekali melirik Livia.

"ah tidak, hanya suatu hal kecil" kata Livia dan Darent melihatnya sekilas tidak percaya, tapi hal itu tidak perlu dipikirkan bagi Darent.

Sesampai di depan kafe Darent ingin keluar dan membuka pintu Livia tapi cekalan tangan Livia di lengannya membuat Darent terhenti.

"Aku tidak ingin kita menjadi pusat perhatian, aku bisa membuka pintu sendiri" kata Livia dengan senyum manisnya, Darent tersenyum sambil mengangguk.

Kecupan bibirnya mendarat di bibir Livia, ada perasaan ganjal kali ini di benak Livia, biasanya tidak seperti ini.

Di tempat syuting Darent (pantai)

"Darent, aku ingin mengatakan sesuatu padamu" kata Hanna berambut sebahu berpenampilan mewah.

"katakan saja" kata Darent yang tetap membaca naskahnya.

"orangtua kita, maksudnya ibuku dan ibumu, mereka menyuruh kita untuk makan malam dengan mereka." kata Hanna dengan hati-hati.

"biarkan saja" jawab Darent seadanya.

"bukankah kita harus kesana?"

"entahlah, kau mau membicarakan hal ini tadi?" tanya Darent di balas dengan anggukan Hanna.

"bisakah kita pulang bersama nanti? asistenku sedang ada perlu jadi aku harus pulang sendiri"

"kau ikut pulang saja bersama asistenku" jawab Darent yang tidak peka.

"tapi aku tidak biasa bersama sembarang orang, kau tahu kan itu Darent?" kata Hanna hati-hati.

"benarkah? dia asistenku, orang yang aku percaya, bagiku dia bukan orang sembarangan" jawab Darent mulai lelah menjawab Hanna yang tidak cepat-cepat menyingkir.

"tapi Daren.. "

"Hanna? apa kau sudah hafal dengan naskah dramanya? maafkan aku, tapi aku harus membacanya sekarang" kata Darent mengusirnya secara halus. Hanna peka dengan perilaku Darent yang tidak ingin di ganggu lalu pergi.

drrtt.. drrtt..

Darent mengangkat panggilan masuk yang tertera nama 'Ibu'.

"Daren.. ibu akan makan malam bersama Tante Magdalena, kau harus ikut kesini oke.. jangan lupa bawa Hanna" kata Helena yaitu ibu Darent.

"ibu aku.."

"maaf Daren, tidak ada penolakan, kau sudah mengecewakanku berulang kali, kali ini kupastikan kau tidak bisa mengecewakanku lagi" ujar helena memotong pembicaraan Darent.

"aku sibuk ibu"

"aku sudah tanya asistenmu, malam ini kau tidak ada pekerjaan, jadi aku menunggumu, aku akan kirimkan alamatnya nanti, bye sayang" kata Helena tak mau mendengar jawaban Darent lalu menutup sambungannya.

"sial!" umpat Darent menatap Hanna yang sedang membaca naskah di tempat duduknya.

Di kafe O'good tempat kerja Livia..

masih pagi dan pekerjaan sudah di siapkan semua, Livia duduk di salah satu kursi sambil memainkan ponselnya.

"kau sudah sarapan?" tanya Rey teman pria Livia di kafe, dengan gaya perempuannya yang khas seperti wanita centil, dia duduk sambil melihat kuku di jemarinya.

"sudah barusaja, aku makan roti isi" jawab Livia melihat temannya yang gay duduk di depannya sambil memperbaiki cat kuku hitamnya.

"kenapa mengerikan sekali warnanya" kata Livia.

"entahlah, aku suka warna hitam" jawab Rey dengan centil.

"kenapa tidak berhati jantan sekalian saja"

"tidak, meskipun aku suka hitam tapi hatiku tetap lembut" kata Darent seadanya.

Rey melihat di belakang Livia masuk dua pria tampan, mereka memakai Jaz yang terlihat rapi dan mahal, dari luar kafe nampak para wanita melihat mereka tapi mereka berdua acuh pada sekeliling.

"wow.." lirih Rey kagum pada mereka, Livia melihat ke belakang dan terkejut saat satu wajah pria yang paling tampan tapi berwajah dingin tepat berada di samping kepala Livia.

"apa kabar sayang" sapa Zen Rodriguez dengan senyumnya, suara bas dan berat terkesan seksi dan cocok untuk orangnya yang terlihat dingin, meskipun sudah tersenyum tapi senyuman itu tidak terlihat hangat, tapi hal itu sama sekali tidak membuatnya jelek sedikitpun, tentu saja.. mata elang yang sangat tajam dengan manik mata biru terang, hidung yang sangat mancung dan bibirnya yang seksi.

"kau.. kau kembali" pekik Livia membuat Zen tersenyum, terlihat Hugo berdiri di belakang Zen dengan tatapan datar.

"apa kau senang?" kata Zen sambil duduk lalu melihat Rey dengan tatapan tidak suka.

"aku harus pergi sekarang, temani saja tamumu Liv, belum ada pelanggan lain juga" kata Rey yang peka lalu pergi menghampiri para teman di belakang kasir, ternyata pegawai kafepun juga melihat mereka dengan tatapan kagum.

"kalian mau pesan apa?" tanya Livia saat Hugo ikut duduk.

"es amerikano" jawab Zen singkat, Livia memandang Hugo.

"kopi latte" jawab Hugo yang peka tanpa di tanya.

"aku akan segera kembali" kata Livia beranjak dari kursi meninggalkan mereka.

"ganti saja seragamnya menjadi celana panjang, bajunya ganti saja dengan ukuran besar semua dari ukuran tubuh, kalau bisa jangan sampai kelihatan lehernya" kata Zen pada Hugo dengan gaya santainya.

"tuan, apa itu tidak berlebihan?" kata Hugo heran.

"kafe ini sudah menjadi milikku, aku berhak mengganti seragamnya" kata Zen sambil memainkan ponselnya kali ini.

"saya tidak setuju tuan, apa tuan takut nona Livia berpenampilan seksi?" goda Hugo.

"dasar, kau"

"nikahi saja dia"

"aku memang berencana untuk menikahi dia, aku akan merebut yang menjadi milikku"

"pesanan sudah datang, silahkan diminum" kata Livia sambil membungkuk hormat lalu pergi.

cekalan tangan Zen di lengan Livia membuatnya menoleh ke arah mereka.

"duduk" perintah Zen.

"apa ada yang bisa saya bantu tuan?" tanya Livia ala pelayan dengan penuh hormat.

"duduklah" kata Hugo memperjelas lagi sambil memainkan ponselnya mencoba menghiraukan mereka.

"ada apa?" tanya Livia sambil duduk menghilangkan hormat sebagai pelayan. Zen meminum kopinya sebentar.

"satu bulan lagi kita akan menikah".

Terpopuler

Comments

SESUYA

SESUYA

jangan lupa follow me ya authphille09. hehehe

2022-11-08

0

Authophille09

Authophille09

wahh,, Abang Zen curi start duluan😒

2022-11-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!