TWELVE - PERESMIAN

"Zen, aku harus segera ke ruang staff berganti seragam, aku malu dengan pakainku seperti ini" ujar Livia yang sedang memakai dress berwarna hitam dan krem, tentunya dress yang mahal pemberian Zen, dia terpaksa memakainya, akan lucu dilihat rekan kerjanya kalau datang hanya untuk bekerja menjadi seorang pelayan kafe memakai gaun seindah itu pikirnya.

"kenapa.." kata Zen terpotong saat melihat Livia sudah keluar dari mobil dulu, di luar Hugo yang hendak membuka pintu mobil untuk Livia terhenti saat Livia membuka pintunya sendiri, terlihat kepolosan Livia yang tergesa-gesa masuk ke kafe hanya tidak ingin dilihat teman memakai pakaian mahal.

"ada apa?" tanya Hugo melihat Zen.

"entahlah, dia sangat menggemaskan" jawab Zen, Hugo mengedipkan bahunya.

lalu mereka masuk.

"astaga, gaunmu, kau.." pekik Luna saat mempergoki Livia memakai gaun bermerk keluaran terbaru.

"Luna aku malu, jangan melihat" kata Livia cepat-cepat ganti seragamnya, tapi Luna malah memelototi gaun itu dengan nyalang, dia semakin mendekat dan meraih gaun itu yang sudah terlepas dari tubuh Livia, mulut Luna terus menganga tak percaya.

"apa ini pemberian Zen?" tanya Luna yang sudah menduga, Livia mengangguk pelan.

"kau hebat" ujar Luna tak percaya.

"sudahlah ayo kita keluar" kata Livia menariknya keluar dari ruang staff.

"ah kalian disini" kata Ferdy yang hampir tidak pernah berbicara apapun di ruang dapur, dia baru datang juga.

"pak Bill sebentar lagi akan datang"

"benarkah? hei.. siapa yang membuat kopi latte dan amerikano untuk tuan zen dan Hugo?" tanya Luna yang melihat mereka sudah duduk di tempat biasa mereka duduk.

"Andrew yang membuatkan mereka" kata Ferdy.

"mereka yang paling spesial, kafe belum bukapun mereka sudah berada di dalam" gurau Luna. tak lama kemudian semua karyawan sudah datang satu persatu.

Ting...

seperti biasa bel lonceng berbunyi, masuklah sosok Bill menejer mereka, tiba-tiba berhenti dengan cepat menghampiri Zen dan Hugo.

"selamat pagi tuan Zen, apakah anda sudah lama menunggu?" kata Bill dengan sangat sopan.

"ya pagi, tidak masalah, aku memang mengantar Livia disini, kau lanjutkan saja persiapannya" kata Zen dengan santai.

lalu Bill pergi setelah berpamitan dan sesegera mungkin ada briefing pagi untuk semua karyawan.

banyak pengarahan yang diberikannya, mereka semua terlihat terkejut ketika akan ada peresmian kafe dengan bos baru.

"maaf pak, tuan Zen yang duduk disana maksud anda?" tanya Andrew.

"benar, dia yang membeli kafe ini, dan sebentar lagi tuan Daniel akan sampai, jadi cepat persiapkan semua" kata Bill yang di angguki semua karyawannya, mereka bekerja dengan baik selagi Zen memandang mereka semua, rasa canggung di hati mereka muncul, sesekali mereka berbisik-bisik karena tidak menyangka Zen yang membeli kafe ini, dan soal Livia.. dia juga sama terkejutnya, tapi dia diam saja, apalagi yang diragukan? jelas dia mampu karena dia kaya.

"halo pak Zen, kau sudah datang, maafkan kami" kata Daniel pemilik kafe O'good, Zen berdiri melihatnya masuk bersama seorang wanita, dia istrinya.

"apakah perjalanan kalian menyenangkan?" tanya Zen dengan berjabat tangan pada mereka.

"tentu saja, jadi pegawai mana yang membuatmu jatuh cinta sampai kau membeli kafeku?" tanya Daniel sembari duduk berempat.

lalu Zen melihat Livia yang sedang membersihkan tempat di bagian sana, Daniel dan Istrinya melihat ke arah Zen melihat.

"pilihan tepat" ujar Lora istri Daniel, mereka semua tersenyum.

"dia wanita yang baik, tak pernah ada masalah ketika aku dengar beberapa hari lalu ada pelanggan yang memakinya tanpa ampun" kata Daniel.

"memakinya?"

di kebun belakang mansion siang hari..

"bagaimana bisa sampai tidak tahu? kau tak pernah melakukan kesalahan sedikitpun!" ujar Zen memarahi Hugo.

"maafkan saya tuan, saya lalai hal penting menyangkut nona Livia" kata Hugo yang merutuki dirinya sendiri di dalam hati.

"ceritakan"

"nyonya Helena tidak merestui hubungan nona Livia dan Daren, setelah Daren mengakui hubungan mereka di tv kemarin, Helena tidak suka dan menghampiri nona Livia kemarin siang di kafe, dia menawarkan sebuah pekerjaan yang menjanjikan di mallnya yang ada di luar negri, nona menolak tapi Helena menyodorkan sejumlah uang banyak supaya menjauh dari anaknya, dia sempat memakinya karena nona menolak semua tawarannya" jelas Hugo.

"adakan pesta bertema peresmian entertainment, undang Helena dan wartawan licik itu juga" perintah Zen menyeringai saat mendapat ide dalam sekejap.

Zen memasuki kamar Livia di kamarnya setelah berbicara pada Hugo.

dia melihat Livia yang berada di balkon menikmati sejuknya angin sepoi-sepoi, terlihat Livia menghela nafas berulang kali.

"apa yang terjadi dengan hubunganku dan Daren, bagaimana keadaanya, apa aku harus menemuinya? atau gimana? kenapa perasaanku biasa saja berpisah seperti ini, apa dia merasakan sesuatu? dia sedang apa? dan dimana?" batin Livia bergejolak memikirkan hubungannya dan Darent.

"sedang memikirkan Daren?" tanya Zen membuat Livia terkejut

"pria macam apa yang mengurungku ini? apa dia bisa membaca pikiranku?" batin Livia dengan cepat.

"apapun itu aku sedang menikmati sejuknya angin disini" bohong Livia sambil tersenyum, benar.. dia harus meluluhkan hati iblis ini supaya mudah untuk bepergian kemanapun lalu kabur darinya.

"mandilah dan bersiap-siap, sebentar lagi kau akan ikut aku pergi" kata Zen yang mendapatkan tatapan tajam dan marah dari Livia, "ada apa?" kata Zen mencoba untuk acuh apa yang dipikirkan Livia.

"ada apa katamu? apa maksudmu membawaku kemari di jam kerjaku? aku harus bekerja untuk uang demi diriku, kenapa kau seenaknya? meskipun kau pemiliknya tapi kau harus profesional" celoteh Livia tiba-tiba teringat

"jangan marah, kau terlihat menggemaskan, aku pemilik kafe itu, mana mungkin aku membiarkan kau lelah disana"

"aku akan mengundurkan diri dengan surat resmi padamu, aku ingin keluar dari sini dan mencari pekerjaan lain" ujar Livia.

"jangan coba-coba sayang, aku tidak akan membiarkanmu bekerja, aku tidak mau kau lelah saat melayaniku di rumah" kata Zen dengan pikiran mesumnya.

"permisi tuan, apa sudah siap?" tanya Hugo yang datang tiba-tiba saat pintu kamar Livia terbuka.

"ya, bawa Livia, aku akan menyetir sendiri" kata Zen yang di patuhi Hugo.

"di bawa kemana? aku bukan barang Zen" kata Livia tak mengerti dan tak terima.

"diamlah sayang, aku akan menyelesaikan beberapa pekerjaanku dulu, sampai ketemu di ZNJTV wanita cantikku" kata Zen sambil menggodanya, Livia hanya cemberut.

"kenapa aku harus ikut kesana? bukankah itu channel di tv?" tanya Livia heran.

"benar, kau harus ikut aku kesana" kata Zen lalu pergi meninggalkannya.

"ikut aku nona" kata Hugo membuat Livia menghela nafas berat.

di salon ternama..

saat ini Livia sedang di rias dengan dua pegawai salon termahal, hanya kalangan orang kaya yang bisa kesana.

Hugo sedang menunggu di sofa tunggu sambil menatap sekeliling dan juga pegawai yang merias Livia, menjaga Livia adalah suatu keharusannya.

Hugo mendapat telepon dari Zen, lalu menatap Livia dan sekitar dirasa aman dia keluar untuk menerima telepon tuannya.

"kau terlihat cantik nyonya" ujar salah satu pegawai itu.

"benarkah? aku malu" jawab Livia dengan polosnya.

"haha.. kenapa malu? Anda cantik, seharusnya anda bangga, tuan Zen benar-benar tidak sembarang memilih wanita" jawab pegawai satunya lagi, Livia tak bisa berkata-kata lagi.

"nyonya tunggu saja disini, kami akan menyiapkan gaunnya" kata pegawai itu lalu mereka meninggalkan Livia sendirian.

"halo ******?" bisik seorang wanita di telinga Livia sambil tersenyum jahat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!