FOURTEEN - DARENT BERHASIL KABUR DARI ZEN

"tuan, nona Livia dimana?" tanya Hugo yang baru masuk ke ruangan.

"dia ke toilet" jawab Zen yang mulai menyingkir dari tamu.

"kenapa anda tidak bilang" kata Hugo sedikit waspada akan terjadi sesuatu pada Livia.

"cari dia" kata Zen yang sadar akan bahaya dari Darent, disini adalah tempat Darent bekerja.

"nona Livia!" panggil Hugo di depan toilet dengan sedikit berteriak setelah mendapat umpatan dari para wanita di toilet dalam perempuan. ya.. Hugo barusaja memasuki toilet perempuan, tidak peduli dia masuk dimana yang terpenting Livia bisa ditemukan, lalu Hugo melihat tangga darurat yang belum di masukinya.

"dimana?" tanya Zen yang menghampiri Hugo yang hendak masuk ke tangga darurat.

setelah membuka knop pintu itu tidak bisa karena terkunci, Hugo dan Zen saling menatap yakin Livia berada di dalam.

"buka paksa" perintah Zen yang di turuti Hugo, pintu terbuka dan rusak.

melihat tak ada siapapun Hugo dan Zen naik ke tangga dan sampai ke Atap.

sosok Livia tengah berdiri di tepi atap menikmati pemandangan kota dengan angin malam kencang.

Zen menghampiri Livia dan berdiri dengan memasukkan kedua tangannya di saku celana.

"apa kau bersama seseorang disini?" tanya Zen yang membuat Livia menoleh ke belakang, terlihat Hugo berdiri menatapnya juga di belakang Zen.

"tidak, aku hanya ingin sendiri" bohong Livia.

"ada yang kau sembunyikan dariku?" tanya Zen tak percaya saat melihat mata Livia. Padahal Livia sudah menyembunyikannya dengan baik.

"tidak" kata Livia dengan bersusah payah menyembunyikan kebohongannya, jantung Livia rasanya seperti akan copot saat melihat Darent di belakang sana muncul dari persembunyiannya mengendap-endap pergi ke arah tangga dan turun untuk menjauh dari mereka.

Hugo menoleh ke belakang saat merasa ada sesuatu di belakang mereka, tapi tak ada apapun.

"apa kalian mencurigaiku?" tanya Livia cepat mengalihkan pandangan Hugo agar melihatnya, dan mengabaikan Darent yang barusaja pergi.

"cepat turunlah, kita pulang sekarang biar bisa cepat istirahat" kata Zen melihat wajah Livia yang terlihat kelelahan.

pagi hari...

teriknya panas sinar matahari masuk menembus kaca yang terhubung ke balkon di kamar Livia.

Livia mengerjapkan matanya karena sinar matahari menyoroti seluruh tubuhnya, dia duduk perlahan mendapati Zen tengah duduk di sofa menatapnya.

"tidurmu pulas" kata Zen menatap Livia datar, entahlah tapi sepertinya tatapan itu tajam. apakah dari lahir matanya tajam seperti itu?

"Zen aku harus bekerja" jawab Livia sembari turun dari ranjang.

"kau tidak boleh bekerja" kata Zen membuat Livia terduduk lagi di tepi ranjang dengan pelan dan terus menatap Zen.

"apa yang kau bicarakan" kata Livia tak mengerti dengan hati-hati.

"kau hanya perlu menjadi nyonya Rodrigues, jangan bekerja lagi, aku tidak mau ada yang mendekatimu"

"Zen aku tidak bisa"

pyarrr...

sebuah gelas pecah di lantai, Zen membantingnya karena tidak suka dengan penolakan Livia.

"Livia jangan mencobaiku, aku sudah cukup sabar dengan penolakanmu, jangan menolakku lagi!" ancam Zen, dia mulai lelah dengan kesabarannya terhadap Livia.

"kupikir kau sudah berbeda, dulu kau kasar, setelah kau kembali berubah menjadi lembut, tapi ternyata kau sama saja" kata Livia membuang muka ke arah pintu kaca.

"ada yang kau sembunyikan dariku!" tegas Zen dengan nada rendah menahan kemarahannya.

"aku lelah" ujar Livia dengan lemas.

"cepatlah bersiap dan sarapan di bawah, aku menunggumu" kata Zen pergi meninggalkan Livia.

setelah Livia selesai dengan ritual mandinya, dia keluar dan masuk ke kamar pakaian yang ada di kamarnya, dia membuka salah satu lemari geser itu banyak sekali gaun, dia geser sebelahnya khusus pakaian santai di rumah, itu yang dia cari, pakaian untuk di rumah, masih banyak pintu lagi yang di penuhi dengan pakaian bagus dan tentunya bermerk, tapi dia tidak sanggup, takut mulutnya terus menganga karena kagum.

dia mendekati sebuah meja yang atasnya terbuat dari kaca geser untuk membuka dan menutup, di dalamnya terdapat banyak perhiasan berbagai model bentuk dan juga jam tangan yang sangat mahal.

Livia menghela nafas. "siapa wanita yang pernah singgah disini" lirih Livia pada dirinya sendiri.

saat Livia menuruni tangga, dia melihat banyak sekali pelayan yang berseliweran di rumah itu, banyak orang luar entah mereka siapa tapi mereka tidak memakai kostum pelayan, banyak pengawal lebih dari biasanya semua ada dalam mansion maupun di luar mansion, mereka bekerja dengan sibuk seolah akan ada acara besar di rumah ini, mereka menghias mansion ini dan di luar juga, bahkan di beri karpet merah di depan pintu.

"nona, tuan Zen sudah menunggu anda di ruang makan" kata Hugo lalu Livia mengikutinya, selama ini Livia selalu makan di kamar, tapi sekarang berbeda, cepat atau lambat Livia akan menjadi nyonya Rodrigues.

Livia memasuki ruangan besar yang mewah, ada meja panjang dan banyak kursi disitu, Zen duduk di kursi kebesarannya.

"kemarilah sayang" kata Zen menyuruhnya duduk, lalu Livia duduk dan Hugo ikut duduk juga, ya.. Hugo disana bukan sembarang orang biasa, dia sudah di anggap Zen sebagai anggota keluarganya sendiri.

Lalu mereka sarapan bertiga dengan tenang.

banyak yang dipikirkan Livia saat makan, bagaimana caranya untuk pergi dari sini.

"jangan pikirkan apapun, nanti tersedak" ujar Zen memperingati Livia.

"apa aku terlihat berpikir?" tanya Livia heran.

"kau tidak bisa menyembunyikan apapun dariku, karena otakku pintar" kata Zen sambil mengetuk kepalanya sendiri dengan telunjuk.

"nona, cepat habiskan saja, bicara dengan tuan Zen memang tidak mudah, kau pasti kalah meskipun kau yang benar" ujar hugo sambil makan memecah suasana seram yang keluar dari aura Zen. mendengar itu Zen hanya mendelik terhadap Hugo.

"benar, aku harus menghabiskan makananku" kata Livia mencoba untuk rileks.

setelah selesai sarapan, zen dan Hugo ke ruang kerjanya, Livia masuk setelah mengetuk pintunya dan melihat mereka berdua sedang duduk di sofa dengan meja di tengahnya, Zen membawa mengecek sesuatu di map buku, dan Hugo sedang beberapa lembar kertas.

"ada apa?" tanya Zen saat melihat Livia yang masuk dan memberhentikan aktivitasnya, "duduklah" lanjut Zen.

"mmm Zen, apa aku boleh keluar?" tanya Livia hati-hati, lalu Hugo meletakkan kertas-kertas yang di pegangnya dan menatapnya heran.

"tidak" jawab Zen dengan cepat dan tegas.

"kenapa? apa aku harus di kurung disini selamanya?" tanya Livia tak terima.

"kau boleh keluar dengan pengawal pribadimu, tapi untuk saat ini tidak, sore nanti kau harus bersiap-siap untuk pesta peresmian nanti malam disini" kata Zen menjelaskan pada wanitanya.

"adakan saja acara saja terus supaya aku tidak bisa keluar rumah dan bersenang-senang" celoteh Livia sambil keluar dan bersungut-sungut lalu menutup pintu sedikit keras. Hugo terkekeh melihatnya dan menatap Zen.

"rasakan saja tuan, dia akan lebih sulit daripada sekarang" kata Hugo mengejeknya, Zen menghela.

"ya.. kau benar, semakin lama aku akan kesulitan mengurusnya" jawab Zen membuat Hugo makin terkikik geli melihat tuannya tak pernah seperti itu dengan wanita lain, terlihat jelas saat Zen berusaha sabar sebisa mungkin terhadap wanita menggemaskan seperti Livia.

di ruang meeting kantor ZNJTV.

Darent, Kevin asistennya, direktur agensi, dan beberapa staff penting lainnya berada di meja panjang untuk rapat.

"bagaimana kau akan menyelesaikan kekacauan yang kau timbulkan?" tanya direktur itu yang bernama Katty berusia 40 tahun.

"begini bu, kita bisa berikan penjelasan bahwa Livia dan Daren putus hubungan setelah Daren mempublikasikan hubungan mereka, jadi kita buat seolah Livia tidak setuju jika hubungannya di publikasikan" kata Kevin asisten Darent.

"apa kau tidak lihat siapa Livia Bannet? dia kekasih tuan Zen pemilik ZNJTV!" tegas Livia memandang tajam Kevin. "kau sendiri bagaimana seceroboh itu? apa kau bosan menjadi artis? kita akhiri rapat kita, tidak ada jalan keluar, dan pikirkan masing-masing cara menyelesaikan perkara ini, jangan sampai membuat tuan Zen marah, kalian tahu kan dia orang seperti apa?" tegas Katty sekali lagi terhadap semua yang ada di ruangan ini.

di mansion Zen malam hari..

saat pesta peresmian ZNJTV di mulai, banyak hadirin yang datang ke mansion Zen, tentu saja banyak orang-orang penting disana, tidak semua pegawai ZNJTV bisa datang ke acara itu, rekan kerja Zen pengusaha kaya raya di undangnya, bagi Zen hanya ada satu orang yang kekayaannya paling rendah yaitu Helena, ibu Darent.

Dia barusaja datang dengan antusias dan tampang bangganya mendapat undangan dari Zen, dengan gayanya yang angkuh seperti orang penting bagi Zen, dia mengajak seseorang yaitu Hanna, artis muda dan cantik tapi licik.

Terpopuler

Comments

MiraBeauty

MiraBeauty

apaan sii zen greget deh

2022-11-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!