Orang tua Alvino sudah melihat foto yang dikirim oleh Danish. Seketika emosi mereka langsung meledak. Tanpa menunggu lagi Abraham dan Nena pergi kerumah putranya untuk meminta penjelasan.
Alvino kalang kabut ketika melihat mobil orang tuanya memasuki halaman rumahnya. Dia yang tadinya sudah ingin berangkat ke kantor, langsung berbalik arah menuju kamar lagi.
"Violla gawat, kamu harus pergi dari sini secepatnya!" Seru Alvino sembari menarik Violla dengan paksa.
"Ada apa sih sayang? Aku mau kamu bawa kemana?" Violla yang merasa bingung mencoba memberhentikan langkah Alvino yang terus menariknya sampai ke pintu belakang rumah.
"Pokoknya kamu keluar dulu dari area rumah ini. Aku nggak mau sampek orang tuaku melihatmu ada disini. Nanti aku telfon aku jemput lagi." Ucap Alvino dengan wajah yang sudah sangat panik.
"Tapi pergi kemana? Aku mau cuci muka dulu, masa aku pergi pakai masker gini. Dikira orang gila aku nanti." Ucap Violla mencoba masuk kembali ke dalam tapi dihalangi oleh Alvino.
"Apasih vin, iya aku pergi tapi aku cuci muka dulu." Ucap Violla dengan kesal.
"Tidak ada waktu, udah pergi sana. Urusan cuci muka kamu bisa cari toilet umum. Ini handphone kamu. Nanti aku hubungi." Alvino mendorong paksa Violla keluar dari gerbang belakang dan menutup pintunya. Kemudian dia berlari kembali kedalam. Membereskan barang Violla dan menyembunyikannya di gudang.
"Sialan Alvino! Masa aku diusir." gerutu Violla sepanjang jalan. Dia masih mengenakan baju tidur lengkap dengan sandal bulunya. Orang-orang yang dilewati menatapnya aneh. Karena dia masih memakai masker diwajahnya.
"Astaga lagi penampilan begini kenapa harus ketemu cowo ganteng sih. Mana dia nyamperin lagi, aduh anjlok imageku." Gumam Violla saat melihat seorang pria tampan berpakaian rapi mendekatinya.
"Wah perasaan disini jauh dari rumah sakit jiwa, kok ada salah satu pasien yang lepas ya," Ucap Danish, pria yang menghampiri Violla.
"Heh jangan asal ngomong dong, aku bukan orang gila. Asal kamu tahu, aku ini calon istri dari Alvino Abraham pengusaha kaya." Ucap Violla dengan percaya diri.
Danish menertawakan perkataan Violla. Bagaimana bisa seorang pelakor membanggakan diri seperti itu. Danish benar-benar tidak habis fikir.
"Kalau mimpi jangan ketinggian, stress kan jadinya." Ucap Danish mengejek Violla.
"Aku tidak mimpi, aku memang calon istri pengusaha kaya. Lihat saja aku akan membuatmu menyesal telah mengejekku. Akan kulaporkan pada calon suamiku." Ucap Violla sembari berlalu pergi.
Danish menumpuk kedua tangannya di perut. Dia menatap kepergian wanita itu. "Albino perlu periksa mata kayanya. Modelan biola rusak kaya gitu mau dijadiin pengganti Alika." Ucap Danish
**
Di rumahnya Alvino benar-benar tidak bisa lagi berkutik. Abraham langsung membuka cctv rumah dan melihat sosok Violla berkeliaran bebas di dalam rumah itu. Abraham juga melihat rekaman cctv yang memperlihatkan Alika yang ditindas oleh putranya. Nena sampai tidak bisa berkata-kata lagi, ternyata selama ini Alika menyembunyikan kesakitannya dihianati oleh suami.
"Karena saat ini mama dan papa sudah mengetahui semuanya, Saya juga ingin memberitahukan, bahwa saya ingin bercerai dari mas Alvino." Ucap Alika,
"Tidak aku tidak akan menceraikanmu!" Sahut Alvino dengan cepat.
"Mama setuju dengan keputusan Alika." Ucap Nena. "Kamu itu suami yang tidak bisa menghargai istri. Kamu hanya memikirkan dirimu sendiri."
"Tapi Nena, menantu kita sedang hamil. Jangan asal ambil keputusan. Alika sedang mengandung penerus keluarga kita." Ucap Abraham
"Dan kau Alvino, camkan baik-baik perkataan papa ini. Kalau kamu masih tetap berhubungan dengan wanita itu, papa pastikan kamu akan kehilangan semuanya." Tegas Abraham pada putranya. Jelas Alvino sangatlah takut itu terjadi.
Alika pun pasrah saja dengan keputusan mertuanya. Dia tidak bisa banyak melawan karena posisinya sekarang sedang mengandung cucu mereka. Pastinya keputusannya tidak akan bisa diterima dengan mudah oleh mertuanya.
Alvino pun melakukan dramanya, dia bersujud di kaki Alika meminta maaf. Dia juga menangis meminta ampun. Dia berjanji akan menjauhi Violla. Alika yang sudah hafal dengan tabiat suaminya, merasa tidak terharu sedikitpun dengan yang dilakukan suaminya. Dia menatap jengah.
"Sialan, beraninya Alika menatapku seperti itu! Dia juga tidak menyuruhku berdiri." Umpat Alvino di dalam hati.
Kedua orang tua Alvino pergi dari sana begitu saja. Kini tinggal Alika dan Alvino berdua. Dan saat inilah Alvino akan meluapkan amarahnya. Dia langsung menuduh Alika lah yang mengirim foto itu kerumah orang tuanya.
"Dasar perempuan tidak tahu diuntung! Masih baik ya aku memfasilitasimu membiayai seluruh kebutuhanmu, ini balasannya!" Seru Alvino tapi tidak digubris oleh Alika, wanita itu malah berniat masuk kedalam kamarnya. Namun tangannya langsung dicengkram kuat oleh Alvino.
"Apasih mas!"
"Hei berani kamu bernada tinggi dengan suamimu. Aku ini sudah memberimu kekayaan, kemewahan, bahkan aku juga menghidupi keluargamu. Tapi ini balasannya!" Bentak Alvino dengan mencengkram kuat tangan Alika hingga membuatnya meringis.
"Lepaskan aku mas, sakit. Bukan aku yang mengirim foto itu." Ucap Alika dengan jujur, tapi Alvino tetap saja menuduh itu perbuatannya.
"Aku tidak percaya! Pasti itu kamu yang sengaja nglakuin untuk memisahkanku dengan Violla kan?"
"Enggak mas demi Allah aku nggak nglakuin itu."
"Nggak usah bawa nama Tuhan! Jangan harap dengan begini aku tidak jadi menikahi Violla. Aku akan tetap melakukannya. Dan jika kamu tetap ingin bercerai, kupastikan hidupmu sengsara!"
Alvino melepaskan cengkramannya dan mendorong Alika. Alika yang kehilangan keseimbangan akan terjatuh, tapi seseorang dengan sigap memeganginya.
"Hei beraninya main kasar dengan wanita!" Seru Danish, dia lah yang datang tepat waktu menangkap Alika yang akan terjatuh. Sedari tadi memang Danish memantau di dekat rumah Alika. Tapi keadaan di depan sepi. Saat orang tua Alvino pergi, Danish memberanikan diri mendekat. Pintu rumah terbuka lebar. Dia mendengar Alika yang kesakitan jadi dia masuk tanpa permisi.
"Siapa kamu ikut campur urusanku?" Tanya Alvino dengan wajah sok garang.
Danish mendudukkan Alika dahulu, karena wanita itu tiba-tiba kram perut.
"Jangan sok jadi pahlawan kesiangan deh. Pergi dari rumahku!" Seru Alvino
Danish menghela nafas kasar. Karena pria dihadapannya terlihat sama sekali tidak memperdulikan istrinya yang jelas-jelas sedang menahan sakit di perutnya. Tiba-tiba Alika mencengkram erat tangan Danish yang berada di dekatnya.
"Kenapa Al? Kau sakit? Kita kerumah sakit sekarang." Ucap Danish. Di depan Alvino, dia menggendong Alika. Dia tidak lagi peduli ocehan Alvino yang menurutnya tidak penting itu. Kini yang paling utama adalah kondisi Alika.
"Hei dia istriku, beraninya kamu sentuh dia!" Teriak Alvino seraya mencoba merebut Alika dalam gendongan Danish. Tapi Danish langsung menjegalnya hingga terjatuh. Alika pun dibawa pergi dengan mobil Danish.
"Sialan! Siapa pria itu, beraninya dia membawa Alika begitu saja. Perempuan tak tau diri itu juga sialan! Di hadapan suaminya dia diam saja digendong pria itu." Ucap Alvino murka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments