Sang pemikat hati

Danish terbangun dari tidurnya, karena kaget hp di dalam saku jasnya berdering.

"Siapa sih ganggu aja!" Danish merasa kesal baru sebentar tidur sudah ada yang mengganggunya. Ternyata yang menelfonnya adalah mantan kekasihnya yang ada di Belanda. Bahkan hpnya penuh dengan pesan dari para mantan pacarnya yang tidak mau hubungannya disudahi begitu saja. Apalagi Danish tidak memberitahu pada ketiga mantan pacarnya jika dia pulang ke indonesia. Dengan kasar Danish menerima telfon itu.

"Halo apalagi sih?"

"Danish akhirnya, Aku nggak mau hubungan kita berakhir."

"Aku nggak mengakhiri hubungan, kita kan emang dari awal nggak punya hubungan apa-apa."

"What? Kita kan udah sering jalan, sayang-sayangan juga."

"Memangnya aku pernah menyatakan cinta? Udahlah nggak perlu protes, kau kan sudah dapat banyak barang dariku juga."

Itulah Danish, dia tak pernah menganggap serius hubungannya dengan seorang perempuan. Sampai saat ini belum ada perempuan yang berhasil meluluhkan hatinya.

"Hmm aroma apa nih, seperti kopi." Danish mengendus bau harum kopi. Dia memutar kursi yang sedang ia duduki. Benar saja ada secangkir kopi di atas meja kerjanya. Danish mengambilnya dan tanpa ragu mencicipi kopi yang baunya sangat menggugah selera itu.

"slruuup.. Ahh.. Hmm baru kali ini aku minum kopi seenak ini. Siapa yang buat ini, pastinya OB disini." Ucap Danish sembari terus menikmati kopi itu hingga habis. Kini rasa kantuknya sudah hilang. Sedikit merasa lebih segar setelah meminum kopi itu.

Setelah menghabiskan kopi itu, Danish bergegas ke pantry kantor. Dia penasaran siapa yang membuat kopi itu. Danish memang kurang kerjaan sampai dia mencari si pembuat kopi padahal itu sama sekali tidak penting.

"Pak Danish, ada yang bisa saya bantu?" tukas Yunus salah satu office boy disana. Tak ada orang lain selain dirinya di pantry.

"Saya mau tanya, yang bikin kopi buat saya siapa ya?"

"Yang buat Alika pak, Apakah tidak enak? Alika memang suka bikin kesalahan pak mohon di maafkan."

"Tidak tidak, justru kopinya enak sekali. Saya mau setiap pagi dibuatkan kopi itu."

"E e maaf pak tapi Alika sudah resign. Baru saja dia pulang."

"Kenapa dia resign?"

"Katanya mau melanjutkan kuliahnya pak. Dia dapat beasiswa."

Danish merasa kecewa, padahal dia ingin setiap hari dibuatkan kopi enak seperti itu. Dia pun kembali ke ruangannya. Dia baru sadar kalau di sebelah kopi ada secarik kertas.

Salam pak CEO baru, saya office girl disini. Saya ucapkan selamat semoga kedepannya perusahaan ini semakin maju bersama bapak. Ini kopi pertama dan terakhir dari saya. Semangat pak :)

Danish tersenyum membaca surat itu, Dia jadi semakin penasaran seperti apa sosok Alika itu. Kalau dari kata-kata dalam kertas itu, Danish menyimpulkan Alika ini gadis periang.

Danish langsung pergi ke ruang hrd meminta cv Alika. Setelah mendapatkan map berisi data lengkap Alika, Danish kembali ke ruangannya. Disana juga tertera foto Alika tersenyum manis. Danish mengambil foto itu. Dia menatap intens foto gadis yang membuatnya merasa tertarik. Gadis yang empat tahun lebih muda darinya itu, berhasil membuat hati Danish bergetar. Padahal mereka belum pernah bertatap.

"Alika Dean Alkandra, kau salah berkata ini kopi terakhir. Suatu hari nanti akan kubuat kau membuatkan kopi setiap pagi dirumah kita berdua." Ucap Danish seraya tersenyum. Dia menyimpan foto Alika di dalam dompetnya.

...****************...

Lima bulan kemudian....

Peforma kerja Danish sebagai CEO tidak diragukan lagi. Dia memang mewarisi kepandaian papanya dalam berbisnis. Bima pun sangat bangga dengan anaknya.

Saat ini Danish masih berkutat dengan laptopnya. Dia baru berhenti saat telfonnya berbunyi. Dia menerima telfon dari victor, orang suruhannya untuk mengawasi adiknya.

"Halo victor, Kau punya info apa hari ini?"

"Adik bos bro bolos sekolah, dia jalan sama si jovi. Ini saya lagi ngikutin mereka."

"Sharelock sekarang aku susul kesana."

"Baik bos."

Danish meninggalkan pekerjaannya, dia bergegas pergi ke lokasi yang dituju adiknya bersama jovi. Pria yang berbahaya menurut Danish.

"Hei Danish, kamu mau kemana? Jam sembilan kita ada meeting loh." Panggil Bima

"Pah ini bener-bener urgent. Jenny bolos sekolah dan dia jalan sama jovi cowok brengsek itu."

"Apa? Yasudah papa ikut. Meetingnya kita undur saja sehabis maka siang."

Danish pergi bersama papanya. Sharelocknya mengantar mereka ke sebuah danau, dimana tempat itu banyak pepohonan dan juga jauh dari keramaian.

"Victor kemana mereka,"

"Mereka kesana bos, sepertinya Jovi mau melancarkan aksinya."

Danish pun berlari menuju kearah yang di tunjuk oleh anak buahnya. Sementara Bima dan Victor menyusul di belakangnya.

"Kita ngapain sih disini kak?" Tanya Jenny yang sebenarnya merasa tidak nyaman juga diajak kesana. Saat ini mereka duduk di bawah pohon besar beralas tikar yang dibawa oleh Jovi.

"Kok kak sih, Sayang dong. Kita kan udah pacaran. Kita kesini ya untuk pacaran." Jovi mulai merapatkan duduknya seraya merangkul Jenny. Kemudian dia mencoba ingin mencium Jenny.

"Kak jangan,"

"Kenapa sayang, kita kan udah pacaran. Malahan harusnya lebih dari sekedar berciuman."

"Maksudnya gimana kak?"

"Kalau kamu sayang sama aku kamu harus bisa bikin aku seneng."

"Caranya?" Tanya Jenny

"Seperti ini," Jovi menunjukkan video porn*grafi dengan ponselnya. Jenny yang masih sangat polos langsung menelan salivanya melihat itu.

"Ayo kita seperti itu," Ajak Jovi dengan senyuman

"Enggak mau kak, itu dilakuin untuk yang sudah menikah. Kita ini masih pacaran. Aku mau pulang aja."

"Sayang pliss lah ayok, jaman sekarang wajar kok orang pacaran begituan. Aku janji akan bertanggung jawab."

Jenny seketika ingat ucapan kakaknya waktu itu kalau Jovi ini pria tidak baik.

"Enggak kak, kita putus aja. Aku mau pulang."

Jovi mencengkram tangan Jenny.

"Kau mau kemana, rasakan dulu surga dunia bersamaku." Ucap Jovi membuat Jenny ketakutan, dia sampai menangis. Jovi merobek rok sekolah Jenny hingga memperlihatkan paha indahnya.

"Kak aku tidak mau. Tolong..." Teriak jenny seraya meronta-ronta ingin melepaskan diri dari Jovi yang mengunci tubuhnya.

"Beraninya kau sentuh adikku!" Danish datang langsung menarik Jovi dan membantingnya. Danish menghajar habis-habisan sampai Jovi terkulai lemas tak berdaya.

"Victor urus dia, bawa ke kantor polisi." Ucap Danish

Jenny menangis tersedu-sedu. Dia merasa bersalah sudah tidak menuruti nasihat kakaknya.

"Sudah kukatakan, dia itu cowok brengsek. Apa yang kau harapkan dari dia? Sekarang kau sadar kan, dia mau melecehkan kamu di tempat seperti ini. Untuk sekedar menyewa kamar saja dia tidak mampu, lantas kamu mau percaya begitu saja dengan omongan dia yang ingin tanggung jawab setelah mendapatkan kesucianmu!" Ucap Danish merasa kesal dan marah.

"Papa kecewa sama kamu Jenny. Kita pulang sekarang, Kita bahas masalah ini dirumah."

Meski kesal dan juga marah, Danish tetap membantu adiknya berdiri dan memberikan jasnya untuk menutupi roknya yang sobek.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!