Setelah melihat kejadian dirumah Alika, Semalaman Danish tidak bisa tidur. Dia terus terbayang tentang wanita itu. Pasti sekarang dia sedang bersedih. Danish berinisiatif untuk menghubungi Alika. Tapi dia merasa ragu karena ini sudah larut malam, pastinya wanita itu sudah terlelap. Danish pun mengurungkan niatnya, besok saja dia akan kembali memantau di sekitar rumahnya.
Namun tidak seperti yang diduga oleh Danish. Kini Alika tengah menangis di depan pintu kamar utama. Dia menangis karena baru saja melihat sang suami bercinta dengan wanita lain yang disebut sebagai kekasihnya. Hatinya begitu terasa perih mendengar suara ceracauan dari dalam kamar itu. Ingin pergi dari sana tapi rasanya kakinya sangat berat untuk melangkah. Dia hanya bisa menangis.
Greek
Pintu kamar terbuka, terlihat Alvino yang hanya mengenakan celana boxer keluar dari sana. Dia sama sekali tidak merasa bersalah melihat istrinya yang menangis dihadapannya.
"Kamu pasti berharap aku akan bertanya kenapa kamu menangis istriku, jangan harap! Karena aku sama sekali tidak peduli." Ucap Alvino
"Mas aku ini istrimu, kenapa kamu melakukan hubungan itu dengan dia yang belum sah kamu nikahi. Dosa mas," Ucap Alika dengan menahan tangisnya.
"Jangan bahas tentang dosa padaku. Kamu mau tahu alasannya kenapa aku tidak memintamu saja? Karena Violla lebih bisa memuaskanku. Dia juga lebih seksi dan cantik. Melihatmu saja membuatku tidak berselera." Ucap Alvin seraya melangkah menuju dapur. Alika mengejarnya. Dia merasa sakit mendengar perkataan sang suami.
"Mas tega ya kamu membandingkan aku dengan wanita lain." Ucap Alika
"Memang kenyataan begitu, kamu marah? Nggak pantes kamu marah." Ucap Alvino sembari menuangkan minuman ke gelasnya.
"Wajar aku marah, istri mana yang rela suaminya berselingkuh dengan wanita lain dirumahnya sendiri." Ucap Alika merasa geram dengan kelakuan suaminya yang sudah keterlaluan.
"Hei ini rumahku ya bukan milikmu. Ku tegaskan, kamu nggak punya apa-apa kalau bukan aku yang kasih." Alvino melangkah pergi meninggalkan Alika untuk kembali ke kamarnya.
"Oke mas kamu boleh bebas bersamanya tapi ceraikan aku sekarang." Teriak Alika
Dia sudah tidak tahan lagi. Dari awal memang pernikahan mereka tanpa didasari cinta. Awalnya dia yakin suatu saat bisa menumbuhkan cinta itu. Tapi kini semuanya terasa sangat menyakitkan. Selama ini dia memang diam dan menerima saja perlakuan dingin suaminya. Namun perselingkuhan hingga akan dimadu tidak bisa dia terima.
Alvino menghentikan langkahnya. Dia menoleh sejenak dan tersenyum sinis kearah Alika. "Tidak bisa." Ucap Alvino singkat, kemudian dia sudah menghilang masuk kedalam kamar.
Di pagi hari Alika dan Alvino kembali bertengkar. Alika menegaskan untuk segera diceraikan saja. Tapi Alvino menolaknya. Pria itu tidak mau melepaskan Alika begitu saja. Karena dia ingin menjadikan Alika sebagai tameng untuk menutupi hubungannya dengan Violla.
"Aku tidak mau. Ceraikan aku sebelum kamu menikahinya. Aku juga punya perasaan mas." Ucap Alika
"Tidak, aku tidak akan menceraikanmu." Tegas Alvino
"Kenapa? Karena kamu takut hubunganmu dengan wanita itu diketahui mama dan papa. Aku ini istri sahmu mas, trus aku kamu suruh menjadi bayangan saja dalam rumah tangga ini." Ucap Alika dengan nafas terengah-engah karena emosinya sudah memuncak.
"Hidupmu itu bergantung padaku. Disini hanya aku yang boleh mengambil keputusan." Tegas Alvino seraya melangkah mendekati istrinya. Dia mendorong Alika hingga menempel ke tembok.
"Kalau kamu tetap nekat ingin bercerai dan mengungkap semua ini pada orang tuaku, aku akan membuat hidupmu juga paman bibimu sengsara. Lebih sengsara dari sebelum kamu menikah denganku." Ancam Alvino
Itu sangat menyakiti hati Alika untuk kesekian kalinya. Ditambah mulai hari ini Violla menjadi berkuasa dirumah itu. Violla dengan sengaja memecat pembantu dirumah itu. Berdalih untuk berhemat. Dia berkata pada Alvino kalau dirinya bisa mengurus rumah sendiri. Tidak seperti Alika yang manja. Alvino menyetujuinya saja bahkan tidak sama sekali memberikan pembelaan untuk Alika.
Semua yang dikatakan Violla hanyalah bualan. Saat Alvino pergi ke kantor, dia menyuruh Alika mengerjakan semua pekerjaan rumah. Dia berlagak seperti majikan dan menjadikan Alika pembantu.
"Aku mau mengubah semua tata letak ruang tamu ini. Ngebosenin banget dilihatnya." Ucap Violla, tapi Alika belum sadar jika maksud Violla adalah dirinya yang akan disuruh memindahkan semua barang. Alika berniat kembali ke kamar.
"Hei mau kemana? Mau tidur lagi? Enak aja. Pindahin barang-barang disini sesuai arahanku. Pertama geser tuh sofa kesana. Yang kecil dipindah ke kiri situ." Ucap Violla
"Sorry kamu nyuruh aku? Jangan sok jadi nyonya rumah disini. Meskipun kamu akan dinikahi mas Alvino, tetap saja aku istri sahnya dan istri pertamanya." Ucap Alika yang merasa geram dengan Violla.
"Kenapa? Semua yang kukatakan benar. Aku yang akan tetap dikenal oleh semua orang dan keluarga mas Alvino sebagai istrinya. Istri satu-satunya." Ucap Alika dengan tatapan tajam pada Violla. Dia merasa harus lebih kuat menghadapi pelakor didepannya itu. Dia berkata pada dirinya sendiri untuk tidak lemah menghadapinya.
🌺🌺
Alika pergi ke taman untuk menenangkan diri. Dia merasa malas menghadapi Violla yang terus mengoceh karena tidak terima dengan perkataannya tadi.
"Sayang kamu sehat-sehat ya di dalam sana. Maafin bunda kalau belakangan ini sering nangis." Gumam Alika sembari mengelus perutnya sendiri. Lagi-lagi air matanya menetes mengingat Alvion tidak mau mengakui anak yang dikandungnya. Dia memikirkan anaknya nanti pasti tidak akan mendapatkan kasih sayang dari sosok ayahnya.
Sebuah sapu tangan disodorkan tepat di depan mata Alika. Wanita itu menerimanya kemudian baru melihat siapa yang memberikannya. Berdiri seorang pria tampan yang sudah tidak asing baginya. Pria itu menatapnya dengan senyuman.
"Mas Danish," Ucap Alika
"Boleh aku duduk disitu," Ucap Danish meminta izin untuk duduk disebelah Alika.
"Iya silahkan." Ucap Alika sembari menghapus air matanya menggunakan sapu tangan milik Danish.
Danish memang mengikuti Alika. Saat dia baru sampai disana Alika keluar dari rumahnya dan berjalan kearah taman.
"Mungkin kau butuh sandaran." Ucap Danish sembari menuntun Alika menyandarkan kepala dibahunya. Alika menurut saja, karena memang saat ini dia membutuhkan Sandaran.
"Cerita saja Al, apapun yang ingin kau ceritakan. Aku siap menjadi pendengar." Ucap Danish, tapi bukannya bercerita. Alika malah menangis terisak. Danish membelai rambut wanita yang menjadi pujaan hatinya itu.
"Maafkan aku Al, jika saja aku tidak terlambat mungkin semua ini tidak akan terjadi padamu." Ucap Danish
Mendengar itu Alika langsung bangun dari bahu Danish. Dia langsung menghapus air matanya. "Maksudnya bagaimana mas?" Tanya Alika dengan bingung.
"Aku tahu semuanya tentang masalah rumah tanggamu. Kau tidak pernah bahagia dengannya kan? Aku merasa sakit melihatmu seperti ini."
"Alika Dean Alkandra, hingga saat ini perasaanku masih sama. Bercerailah dari suamimu, aku siap membahagiakanmu juga calon anakmu. Menikahlah denganku."
Alika langsung berdiri mendengar perkataan Danish. Dia tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
"Tidak mas, kamu tidak tahu apa-apa tentang rumah tangga saya. Saya bahagia kok." Ucap Alika berbohong.
"Tidak usah berbohong. Aku tahu semuanya Al." Ucap Danish yang mencoba memegang tangan Alika, tapi wanita itu menjauh darinya.
"Maaf saya harus pulang." Ucap Alika kemudian berlari pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments