misi yang tertunda

"Kalian pulang saja duluan, aku masih ingin disini." Ucap Danish

"Kau mau ngapain disini? Mengejar Alika?" Tanya Arka

"Itu kau tahu. Aku benar-benar sudah jatuh cinta dengannya. Baru pertama kali aku bertemu gadis seperti dia. Dia cinta pertamaku. Dia cocok kujadikan ibu dari anak-anakku nanti." Ucap Danish sangat antusias.

"Hei kak bukannya kau itu sudah berpacaran dengan 100 lebih gadis. Itu artinya dia bukan cinta pertamamu." Ucap Miko yang sudah sangat tahu sifat keplayboyan sepupunya selama ini.

Sementara Jenny menghela nafas panjang mendengar lagi-lagi kakaknya mengincar seorang wanita. "Awas aja kalau sampai dia jadi wanita keempat yang akan menganggu hidupku karena mencarimu." Ucap Jenny menekankan kepada sang kakak.

"Tenang saja adikku sayang, kupastikan yang ini akan menjadi kakak iparmu." Ucap Danish seraya tersenyum kearah sang adik.

"Terserah kau saja. Yuk guys kita pulang." Ucap Jenny

"Bro kita balik ke jakarta dulu. Semoga misimu berhasil." Ucap Arka sembari menepuk pundak Danish.

*

*

Danish menunggu sampai Alika datang ke villa di siang hari. Di pagi hari dia bertemu dengan Halimah yang memang bertugas membersihkan villa setiap pagi.

"Loh aden belum pulang ke jakarta, bukannya barusan den Arka dan yang lainnya sudah pulang." Ucap Halimah yang mendapati Danish masih berada di villa.

"Saya masih betah disini bi, merefresh fikiran dari tumpukan pekerjaan di kantor."

"Hmm baik, kalau begitu nanti saya siapkan makan siang untuk aden."

Danish mengangguk tapi di detik kemudian dia teringat. Orang yang barusan mengobrol dengannya pasti tahu semua tentang Alika. Tak ada salahnya kalau dia mengulik informasi dari bibi Halimah.

"Tunggu bi, bi Halimah sibuk enggak?"

"Tidak den, ada apa? Mau saya buatkan sesuatu?"

"Enggak, bibi temani saya ngobrol. Ada yang ingin saya tanyakan. Silahkan duduk saja bi." Ucap Danish mempersilahkan duduk Halimah.

"Emm saya mau tanya tentang Alika." Ucap Danish,

"Kenapa den, apakah keponakan saya itu membuat ulah?"

"Tidak bi, Alika tidak berbuat apa-apa. Jadi Alika itu keponakan bi Halimah,"

"Iya den, orang tua Alika meninggal saat dia berusia tiga belas tahun. Sejak itu Alika tinggal dengan saya. Saya ini adik dari ibunya."

"Hemm, jadi begitu. Tapi saat ini Alika masih kuliah? Soalnya dulu dia resign dari perusahaan papa saya dengan alasan ingin kuliah lagi."

Bi Halimah pun menceritakan tentang Alika yang pernah dicabut sebagai penerima beasiswa hanya karena kecemburuan Gea. Memang Brata salah satu donatur terbesar di universitas B yang pernah akan dimasuki oleh Alika. Karena tidak jadi kuliah Alika memutuskan untuk bekerja di jakarta hingga pada akhirnya mendapatkan beasiswa lagi di universitas lain.

"Gea itu sepupu Alika kan bi, berarti pak Brata kan pamannya Alika kok bisa dia sejahat itu."

"Brata emang sudah jahat sejak dulu. Dia saja tega menguasai harta kekayaan orang tua Alika. Dan kemarin malam mereka mengajukan syarat untuk Alika jika ingin mendapatkan sebagian ladang kebu teh. Alika harus mau dijodohkan dengan orang pilihan pamannya."

"Lalu apa tanggapan Alika? Apakah dia setuju?" Danish sangat penasaran karena ini menyangkut perasaanya. Jika Alika menerimanya, musnah sudah harapannya untuk mendapatkan Alika.

"Awalnya Alika ingin menyetujuinya. Tapi bibi larang. Brata itu licik, bibi takut Alika malah hanya dimanfaatkan untuk masalah bisnisnya."

Danish lega mendengar penuturan bi Halimah. Melihat kondisi Alika yang tertindas, membuat Danish semakin ingin segera memilikinya dan mengeluarkannya dari kesengsaraan.

*

*

Jam dua siang, seperti biasa Alika datang ke villa. Tadi bibinya berpesan untuk mencopot semua sprei di kamar yang sudah ditinggalkan penghuninya kembali ke jakarta. Tapi bibinya lupa mengatakan kalau masih ada satu penghuni disana.

"Hmm..hmm..dududu." Alika bersenandung seraya mencopoti sprei di kamar atas. Dia merangkul bed cover dan sprei berniat membawanya turun ke lantai dasar untuk dicuci. Saat keluar dari kamar itu, dia dikagetkan oleh pria tinggi yang sudah menunggunya di luar pintu.

"Hai Alika," Sapa Danish seraya tersenyum manis.

"Mas Danish, kok masih disini? Bukannya hari ini semua kembali ke jakarta," seru Alika yang merasa kaget dengan keberadaan Danish dihadapannya sekarang.

"Iya kecuali aku, karena aku masih disini."

"Aku akan membantu pekerjaanmu hari ini." Ucap Danish

"Mas jangan, saya pembantu disini. Mas itu tamu." Ucap Alika melarang Danish membawa cucian sprei yang sudah ia kumpulkan di keranjang.

"Ini berat, ini itu tugasku sebagai laki-laki." Danish membawakan keranjang yang lumayan berat itu sampai ke tempat mencuci di belakang.

Tapi ketika sampai disana, Danish dilarang keras membantunya. Alika mengancam akan pergi darisana kalau dia terus nekat ingin membantunya. Akhirnya Danish hanya duduk manis menunggui Alika yang mulai mencuci.

"Al aku tahu sedikit tentangmu dari bibi Halimah, Katanya kau mau dijodohkan oleh pamanmu?" Danish mulai membuka pembicaraan.

"Hmm iya, eh tapi kenapa mas Danish tanya-tanya tentang saya ke bibi?" Tatap Alika heran pada pria yang saat ini duduk tak jauh dari tempatnya mencuci.

"Enggak saya enggak nanya kok. Bibi Halimah yang cerita pas ngobrol denganku tadi." Ucap Danish berbohong.

"Oh gitu, Eh mas Danish kenapa masih disini? Kan tugas CEO itu pasti banyak trus sibuk kan," Alika yang notabene selalu asyik ketika diajak ngobrol oleh seseorang pun mulai mencari topik pembicaraan.

"Ya maka dari itu aku masih disini. Pekerjaan yang terus menumpuk membuatku stres. Aku butuh refreshing lebih lama." Ucap Danish

"Oh jadi gitu mas, tapi kan mas sendirian tuh disini. Apa malah enggak bosan?"

"Kenapa bosan kalau ada kamu disini my future wife." Batin Danish

"Mas Danish kok malah bengong sih, hellow mas."

"Ah iya honey, eh Alika. Ya bosan sih tapi kalau kau mau menemaniku jalan-jalan selama disini, mungkin akan lebih baik." Ucap Danish seraya tersenyum. Alika menatap intens kearah Danish.

"Hei kenapa tatapannya begitu? Jangan berfikir negatif. Aku hanya ingin kau menemaniku jalan-jalan selama disini. Ya tapi kalau kau keberatan nggak papa, aku jalan sendiri." Ucap Danish

"Hmm baiklah saya temani," Ucap Alika setuju, dia merasa tidak ada aura negatif dari sosok Danish.

Keesokan harinya Alika sudah bersiap menemani Danish jalan-jalan. Hari ini dia tidak ada jadwal kuliah.

"Mas saya sudah siap, hari ini jadi ke pasar raya kan?"

"Inginnya begitu Al, tapi hari ini aku harus kembali ke jakarta. Ada pekerjaan penting yang tidak bisa diwakilkan." Ucap Danish

"Oh iya mas,"

"Aku pergi dulu Al, terimakasih kopinya. Aku sangat suka kopi buatanmu. Aku ingin kopimu selalu menemani setiap pagiku suatu hari nanti." Ucap Danish dengan jarak yang sangat dekat dengan Alika. Alika yang tidak kuat mendapatkan tatapan Danish berjalan mundur dan mengalihkan pandangannya.

"Aku pergi, tapi secepatnya aku pasti akan kembali kemari." Ucap Danish seraya melempar senyum kearah Alika. Danish memasuki mobilnya.

"Pekerjaan memang selalu datang tidak tepat waktu. Tapi secepatnya aku akan kembali untuk menyelesaikan misiku, yaitu memilikimu Alika dean Alkandra." Gumam Danish.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!