Bab 2 Menjadi CEO

Danish pergi ke klab malam untuk merefresh fikirannya. Dia langsung di hampiri oleh wanita-wanita cantik yang ada disana. Danish yang memang berjiwa palyboy senang dikelilingi banyak wanita.

Ketika di Belanda, dia selalu berganti-ganti teman kencan. Danish bahkan pernah memacari tiga wanita sekaligus saat baru masuk SMA. Jiwa ke playboy annya semakin menggebu saat menuntut ilmu di Belanda. Disana dia dikelilingi banyak wanita yang dengan suka rela menjatuhkan hati padanya. Tapi Danish sama sekali tidak pernah menaruh hatinya pada wanita yang menganggapnya kekasih.

Dia hanya ingin menunjukkan kalau semua wanita tergila-gila padanya. Meski menyandang gelar sebagai playboy, dia berprinsip untuk tidak menyentuh wanita yang belum menjadi istrinya.

Saat tengah berjoget ria dengan para wanita, Ada polisi masuk kedalam klab untuk mengadakan razia narkoba. Musik berhenti, semuanya disuruh keluar dari ruangan berlampu redup itu.

Sialnya, di saku Danish ada serbuk menyerupai barang haram itu. Dia pun dibawa oleh polisi untuk diperiksa lebih lanjut. Pihak polisi juga langsung menghubungi orang tua Danish.

Danish yang sama sekali tidak merasa mempunyai benda itu terus membela diri saat di tanyai oleh polisi. Dia juga disuruh melakukan tes urin.

Hasil tes menunjukkan negatif. Serbuk yang ditemukan di saku Danish tadi juga bukan sejenis Narkoba. Itu hanya obat sakit kepala yang di hancurkan. Danish pun di bebaskan.

"Nah kan pak polisi nggak percaya sih sama saya. Emangnya saya ada tampang pemakamai? Ganteng gini. Yasudah saya pergi." Ucap Danish, dia pun keluar dari kantor polisi.

"Gila, siapa nih yang beraninya menjebakku. Siapa yang udah masukin tuh obat di saku jaketku," Gerutu Danish sembari berjalan untuk mencari taksi. Karena mobilnya masih berada di parkiran klab.

"Ahahaah..." Suara riuh tawa terdengar di telinga Danish. Tatapannya langsung berfokus pada empat orang yang datang menghampirinya.

"Kalian? Oh ini pasti ulah kalian kan?" tukas Danish

"Ahaha.. gimana-gimana, penyambutan selamat datang dari kita sangat wow kan," Ucap pria yang tak kalah tampan dari Danish. Arkala Alfahrezi, satu tahun lebih muda dari Danish. Arka adalah teman Danish dari kecil. Anak dari rekan kerja Bima yaitu Davin Alfahrezi.

"Aya,Ara kalian juga ikut mengerjaiku?" Danish menunjuk secara bergantian pada kedua gadis yang kembar itu.

"Hei brother, Aku Mazayra dia yang Mazaya."

"Iya aku Aya, Empat tahun nggak pulang bikin kau susah bedain kita lagi. Haha."

"Udahlah sama aja. Hei kau jangan senyum-senyum, aku laporin tante Dira kalau kau nakal." Ucap Danish seraya menunjuk kearah miko.

"Astaga kak, aku ini bukan anak kecil lagi. Aku udah hampir 20 tahun loh."

Mazaya, Mazayra, Arka, miko dan Danish itu teman dari kecil. Meskipun Danish menuntut ilmu jauh di Belanda hubungan mereka tetap dekat. Mereka masih menjaga komunikasi lewat sosial media.

"Kalian ya, bercandanya nggak lucu tau'. Kalau tadi aku sampai beneran di tahan polisi, Bisa di cincang abis aku sama papa." Omel Danish merasa geregetan dengan keempat orang yang ada dihadapannya.

"Aku ini lebih tua dari kalian semua, jadi hormat sedikit dong." Ucap Danish seraya mengencangkan jaketnya, berlagak cool.

"Halah halah tuaan setahun dua tahun doang." Gumam Arka

"Heh aku serius ya, Aku bener-bener marah sama kalian." Ucap Danish dengan ekspresi datar dengan tatapan yang tajam. Mereka langsung menunduk tak ada yang berani menatap Danish. Mereka fikir Danish benar-benar marah.

"Ahahaha..." Suara tawa Danish memecah keheningan karena mereka semua merasa takut pada Danish yang terlihat sangat marah.

"Kok ketawa sih bukannya lagi marah?" tukas Mazaya sedikit bingung.

"Biasa aja dong ekspresinya. Aku hanya bercanda, Dah yuk aku traktir kalian semua. Tapi anterin aku ambil mobil dulu."

Malam ini mereka bersenang-senang bersama dengan makan besar di sebuah restoran.

...****************...

Jam tujuh pagi Danish masih sangat mengantuk, karena dia baru tidur jam tiga pagi tadi dan harus bangun jam setengah lima untuk sholat subuh. Berencana ingin tidur kembali, Papanya mengingatkan bahwa hari ini dirinya harus ikut ke kantor untuk diresmikan sebagai CEO.

Wajahnya benar-benar tidak fresh hari ini. Tapi itu tidak mengurangi ketampanan seorang Danish. Ia keluar dari dalam mobil. Menatap kearah perusahaan besar milik papanya yang sebentar lagi akan dia pimpin. Danish berjalan beriringan dengan papanya. Seluruh karyawan yang dilewatinya terutama karyawan perempuan tak berkedip menatapnya. Tapi saat ini Danish sedang tak ada tenaga untuk tebar pesona dengan gadis-gadis cantil yang ada di sekitarnya.

Seluruh karyawan dikumpulkan untuk mengumumkan CEO baru mereka. Karyawan perempuan terlihat antusias dengan CEO baru mereka. Sekretaris Danish pun sudah bertekad untuk mendekatinya.

Selesai sesi pengangkatan menjadi CEO Danish masuk ke dalam ruangannya. Dia langsung duduk di kursi kerjanya. Bersandar menyamankan bahunya yang terasa berat. Danish memutar kursinya menghadap ke belakang. Dia yang tadinya membaca buku panduan menjadi CEO, sekarang sudah terlelap. Saking lelapnya dia sampai mengeluarkan suara dengkuran.

Azel, sekretaris Danish bersiap untuk masuk ke dalam ruangan. Dia ingin mulai berinteraksi dengan atasannya. Sebelum itu dia membuka bedak berkaca yang selalu ada di sakunya. Mempertebal lipstik agar bibirnya terlihat sensual. Membenarkan rambutnya juga. Tak lupa menyemprotkan parfum ke segala sisi. Tapi Azel yang terlalu antusias malah tanpa sengaja menabrak OB yang sedang membawa segelas jus alpukat permintaannya. Jus itu muncrat mengenai wajah Azel.

"Aww.. OMG, iuuhh." Teriak Azel yang terkejut kemudian mengusap wajahnya yang terkena cipratan jus alpukat yang kental.

"Astaga Alika! Kalau kerja yang benar dong," Bentak Azel dengan suara khas cemprengnya itu.

"Aduh mbak maaf, saya tadinya mau ngasih jus ini pesenan mbak Azel."

"Taruh di mejaku kan bisa, Arrgh.. jadi kotor semua kan. Aku pastikan kamu akan dipecat." Ancam Azel

"Nggak perlu repot-repot bikin saya di pecat mbak, saya udah resign dan ini hari terakhir saya kerja."

Azel yang kesal pergi meninggalkan tempat. Alika tak memperdulikan Azel. Memang sejak ia bekerja disana, Azel selalu saja membuatnya melakukan pekerjaan sulit. Hari ini hari terkahir dia bekerja disana, karena dia akan pulang ke bandung untuk melanjutkan kuliahnya. Beasiswa yang sempat tertunda satu tahun kini ia dapatkan. Ada satu masalah yang membuat beasiswa Alika di cabut waktu itu. Namun di tahun ini dia mendapatkan beasiswa di universitas lain.

"Sebelum pulang aku akan selesaikan tugas terkahirku, mengantarkan minuman kepada semua karyawan. Terutama ke ruangan CEO baru, aku tadi belum sempat lihat orangnya." Ucap Alika dengan membawa nampan berisi minuman-minuman untuk karyawan disana. Dan terkahir, dia membawakan kopi racikannya yang banyak disukai oleh karyawan disana untuk CEO baru.

"Permisi pak, saya office girl mengantarkan minuman." Ucap Alika, saat ini dia sudah berdiri di depan meja kerja Danish.

"Pak kopinya saya taruh disini ya," Alika menaruh kopi diatas meja kerja Danish. Alika sudah menilai kalau Danish ini CEO yang sombong karena sama sekali dia tak memutar kursinya untuk sekedar melihatnya ataupun berterimakasih. Saat hendak pergi, Alika mendengar suara dengkuran orang yang sedang tidur. Dengan perlahan dia melangkah mendekati kursi yang diduduki oleh bosnya.

"Astaga, ternyata ni orang tidur." Lirih Alika

"Ganteng juga, ternyata orang ganteng tidurnya bisa ngorok juga hihihi. upss." Alika hampir kelepasan tertawa keras. Tak mau mengganggu atasannya, Alika langsung bergegas keluar meninggalkan ruangan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!