Ke bandung

Danish disibukkan dengan pekerjaannya. Tapi dalam fikirannya, dia ingin segera kembali ke Bandung dimana gadis pujaan hatinya berada. Danish sengaja mengebut menyelesaikan segala proyek yang sedang dikerjakannya saat ini. Tapi ternyata semuanya tidak berjalan sesuai yang dibayangkan. Dia tidak bisa meninggalkan perusahaan apalagi mengambil cuti lagi untuk waktu yang cukup lama.

"Aarggh, kapan aku bisa menemui Alika lagi kalau pekerjaan terus menumpuk seperti ini." Keluh Danish. Hari ini tepat satu bulan sejak pertemuannya dengan Alika.

"Pak ada yang bisa saya kerjakan lagi?" Tanya Azel sekretaris Danish yang baru saja masuk dengan membawa berkas yang sudah diselesaikannya.

"Tidak ada, hmm tapi tolong cek jadwal saya beberapa hari kedepan."

"Baik pak sebentar,"

"Besok bapak kosong tapi lusa ada meeting dengan klien dari singapura jam sembilan pagi. Kemudian hari berikutnya ada tinjauan pabrik pak." Ucap Azel

"Kalau begitu saya besok cuti. Kamu handle pekerjaan saya." Ucap Danish. Dia merasa senang ada sedikit waktu luang untuk menemui Alika.

"Pak Danish mau merefresh fikiran karena pekerjaan yang banyak ini ya, Saya ada rekomendasi tempat yang bagus. Saya bisa temani kalau pak Danish berkenan." Ucap Azel mencoba mendekati atasannya untuk kesekian kalinya.

"Tidak perlu, saya sudah punya tempat dan sudah ada yang akan menemani saya."

"Lagipula kamu kan saya suruh menghandle pekerjaan saya. Gimana ceritanya kalau kamu ikut saya cuti, aneh kamu."

"Emm iya pak." Azel merasa kecewa dengan apa yang dia dengar. Kebersamaan dalam melakukan pekerjaan sama sekali tidak membuat Danish melirik sedikitpun padanya. Berpakaian seksi sudah pernah dia lakukan tapi malah kena teguran. Danish berkata pakaiannya menggambarkan seorang LC bukan sekretaris seorang CEO.

Danish menyelesaikan pekerjaannya dan meninggalkan kantor saat jam makan siang. Dia berpesan pada Azel jika ada klien yang mencarinya bisa mengatur jadwal pertemuan lusa.

Danish pulang kerumah untuk berganti pakaian yang lebih santai. Dia berpamitan pada adiknya, karena saat ini orang tuanya masih ada di singapura untuk urusan bisnis juga.

"Hei sist, ingat ya selama aku pergi ke luar kota kau jangan berbuat yang aneh-aneh. Apalagi seperti kejadian satu tahun yang lalu. Awas saja kau," Ucap Danish

"Iya kak, kau tenang saja aku tidak bodoh. Tidak mungkin aku mengulangi hal itu lagi." Ucap Jenny seraya membuka kulkas ingin mengambil air dingin.

"Oke bagus. Aku juga sudah menyiapkan pengawal khusus untukmu." Ucap Danish

"Untuk apa kak? Aku bisa menjaga diriku sendiri. Lagipula kau kan hanya pergi satu hari." Ucap Jenny yang kemudian meneguk minuman dinginnya.

"Pengawal ini berlaku untukmu selamanya. Felix masuk," Danish berteriak memanggil nama orang yang akan menjadi pengawal Jenny.

"Kak aku tidak butuh pengawal. Ih lebay banget sih pakek pengawal kaya gitu. Pasti orangnya menyeramkan dan tidak tam--" Jenny tidak melanjutkan perkataannya karena langsung terpukau ketika melihat sosok pria tinggi berkulit sawo matang dengan rambut tipis disekitar area pipi bawah hingga dagu.

"Felix ini adikku, kau harus ekstra sabar menghadapinya. Tugasmu adalah menjaganya dari segala macam ancaman terutama dari pria hidung belang yang mencoba mendekatinya. Dan satu lagi jaga dia dari para fans fanatikku." Ucap Danish

"Baik pak,"

Jenny masih tetap terdiam menatap wajah pengawalnya. "Hmm sayang sekali pria tampan seperti dia hanya menjadi seorang pengawal. Kalau saja dia menjadi kenalanku dan mengajakku berpacaran, aku pasti langsung mau. Oh tidak Jenny berfikiran apa kau ini," Ucap Jenny dalam hatinya.

"Oke adikku sayang, aku berangkat menemui calon kakak iparmu dulu. Bye."

"Felix kau lakukan tugasmu dengan benar. Jangan macam-macam dengan adikku. Tugasmu hanya menjaganya." Tegas Danish tepat disamping telinga Felix.

...****************...

Danish sudah sampai di Villa milik keluarga Alfahrezi. Dia sudah meminta izin pada Arka sebelum singgah kesana. Arka yang paham maksud kunjungan Danish kesana lagi, dengan senang hati memperbolehkannya menginap di Villa.

Larut malam Danish baru sampai disana. Saat ini dia masih dalam perjalanan menuju Villa. Hujan turun dengan derasnya mengiringi perjalanan Danish. Tak disangka dijalan dia melihat sosok wanita yang sangat dia kenali. Dia membunyikan klakson berkali-kali dan berhenti tepat di sebelah wanita itu berjalan. Danish membuka kaca mobilnya.

"Mas Danish," Lirih suara lembut yang diucapkan oleh Alika. Suaranya dikalahkan oleh derasnya air hujan. Alika yang hanya berpayungkan daun pisang membuat tubuhnya basah terkena derasnya air hujan. Danish mengisyaratkan untuk masuk. Danish membukakan pintu dari dalam. Karena jalanan juga sepi dan sudah sangat larut malam, Alika pun naik ke mobil Danish.

"Yaampun kau basah kuyup, habis darimana malam-malam begini?" Tanya Danish dengan memberikan tisu untuk Alika mengeringkan wajahnya.

"Saya dikerjai sama Gea mas. Tadinya saya ingin pergi membeli obat paman. Trus dia menawarkan tumpangan. Tapi dia malah membawa saya ke tempat yang jauh dan menurunkan saya tepat di tempat banyak preman berada. Untung saya berhasil kabur walau sempat nyasar. Sampai akhirnya kemalaman sampai disini."

"Keterlaluan banget sih sepupumu itu, Yasudah aku antarkan kerumahmu. Tunjukkan arahnya." Ucap Danish,

Alika menunjukkan jalan menuju rumah sang paman dan bibi. Mereka kini sudah sampai. Mengetahui Alika datang bersama Danish, bi Halimah mempersilahkannya untuk mampir terlebih dahulu. Bi Halimah membuatkan teh hangat untuk Danish, sementara Alika berganti pakaian karena dirinya sangat basah kuyup.

"Diminum den, tapi ya seadanya saja." Ucap bibi Halimah

"Iya bi ini saja sudah cukup, oh iya bi malam ini saya akan menginap di villanya Arka." Ucap Danish,

"Oh iya den kalau begitu saya ambilkan kuncinya dulu."

Alika sudah selesai berganti baju dan kini dirinya tengah mengusap-usap rambutnya sembari duduk di kursi yang tak jauh dari tempat duduk Danish.

Danish terpesona melihat kecantikan alami seorang Alika. Lain dari ratusan wanita yang pernah didekatinya. Danish jadi membayangkan ketika setiap hari melihat pemandangan seperti itu.

"Ini den kuncinya," Suara bi Halimah membuyarkan lamunan Danish.

"Tapi malam ini saya ataupun Alika tidak bisa menemani aden disana soalnya sudah larut malam. Biasanya suami saya yang jaga malam disana, tapi hari ini dia sakit lagi. Maaf ya den,"

"Iya tidak apa-apa."

Danish menyeruput habis teh dicangkir kemudian berpamitan untuk menuju villa, karena jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Alika mengantarkannya sampai ke depan. Hujan sudah reda.

"Al apa kau besok sibuk?" Tanya Danish sebelum masuk ke dalam mobil.

"Hemm tidak, apa mas Danish kemari hanya untuk berjalan-jalan melanjutkan yang tertunda waktu itu?"

"Iya benar sekali, apa kau masih mau menemaniku?"

"Tentu, dengan senang hati." Ucap Alika seraya tersenyum manis. Membuat hati Danish bersorak gembira.

Alika berubah drastis tidak seperti sebulan yang lalu karena Arka yang memintanya untuk memperlakukan Danish dengan baik. Arka mengatakan padanya untuk tidak perlu takut dengan Danish. Arka juga memberikan bonus gaji tambahan untuk Alika, paman dan juga bibinya.

Kenapa Arka melakukan itu semua? Karena baru kali ini dia melihat sahabatnya itu jatuh cinta. Dia ingin membantunya agar Danish dengan mudah masuk kedalam kehidupan Alika. Dengan begitu sahabatnya akan sembuh dari penyakit keplayboyannya yang sudah menyakiti banyak hati wanita.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!