Tak terasa sudah tiga bulan semenjak ditinggal nikah oleh Alika. Hingga kini Danish masih belum bisa melupakan wanita yang sudah menjadi istri pria lain itu.
Danish terus menyibukkan diri dengan pekerjaan kantor. Tapi hal itu tetap tidak bisa menghilangkan ingatannya dari Alika.
"Arrgh... Ada apa denganku, kenapa susah sekali menghilangkan Alika dalam hati dan pikiranku. Aku ini playboy, aku sering bermain-main dengan wanita. Tapi kenapa yang ini susah sekali untuk kulupakan." Ucap Danish yang terus saja merasa galau hingga tidak fokus mengerjakan pekerjaannya. Akhirnya dia memutuskan untuk keluar kantor menenangkan pikirannya.
"Pak mau kemana?" Tanya Azel yang sudah berada diluar ruangan Danish. Dia membawa berkas yang harus ditandatangi atasannya itu.
"Saya mau keluar sebentar. Hari ini tidak ada meeting kan," Jawab Danish
"Iya tidak ada pak. Tapi ini ada berkas yang harus anda cek dan tanda tangani."
"Taruh di meja saya saja."
Danish langsung pergi tanpa berkata-kata lagi. Azel sedikit kecewa karena lagi-lagi atasannya sedikitpun tidak melirik dirinya. Padahal hari ini dia berpakaian cukup seksi dan berdandan cantik. Azel sudah tahu kalau Danish sedang patah hati. Maka dari itu Azel terus berusaha mendekati Danish lagi. Meskipun itu mustahil. Karena sedikitpun Danish tidak tertarik dengannya.
"Hihh kenapa sih pak Danish makin lama jadi makin cuek aja. Udah cantik begini juga. Jawab pakai senyum kek," gerutu Azel seraya menatap kepergian Danish.
"Ngapa sih masih pagi udah ngomong sendiri, wah jangan-jangan kerasukan jin ya," Ucap Miko yang kebetulan lewat depan ruangan Danish.
"Diam kamu, jangan bikin aku semakin badmood. Kenapa sih hari ini pak Danish cuek banget, biasanya secuek-cueknya dia masih terlihat senyum tipis. Ini datar doang." Ucap Azel
"Ya wajarlah namanya juga orang patah hati maklumin aja." Ucap Miko
"Tapi kan aku tuh pengennya nyembuhin patah hatinya. Tapi kenapa sih pak Danish dikit aja nggak mau ngelirik aku. Aku kan cantik. Siapa sih sebenernya yang disukai pak Danish itu?"
"Namanya Alika, katanya sih dia pernah bekerja jadi ob di kantor ini. Yaudahlah jangan banyak ngarep. Kerja kerja jangan makan gaji buta." Ucap Miko yang kemudia berlalu meninggalkan Azel.
"What? Jadi si ob ngeselin itu yang bikin calon suami masa depanku patah hati. Apa bagusnya dia sih, mendingan aku kemana-mana kali." Gumam Azel.
🍁🍁🍁
Saat ini Danish sedang berada di sebuah mini market. Dia ingin membeli kopi dingin kesukaannya. Setelah itu dia langsung antri di kasir untuk membayarnya. Tapi wanita di depannya terlihat seperti kebingungan saat akan membayar belanjaanya. Dari yanh Danish dengar dompet wanita itu tertinggal dirumah.
"Pakai ini saja, satukan dengan milik saya." Ucap Danish sembari menyodorkan black card miliknya kepada kasir. Danish tidak melihat wajah wanita yang ditolongnya itu.
"Mas Danish," Ucap wanita yang tadinya sibuk mencari dompet di tasnya. Kini menatap kearah Danish.
Danish merasa tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang ini. Dia merasa karena terlalu memikirkan Alika, dia jadi melihat wajah wanita itu dihadapannya.
"Mas Danish, aku Alika. Mas sudah lupa dengan saya?"
"Alika, kau benar Alika?" Tanya Danish yang masih tidak percaya. Alika hanya mengangguk mengiyakan.
Mereka pun duduk di kursi yang ada di depan minimarket. Danish langsung banyak bertanya dengan Alika. Mengenai kabar dan sebagainya. Tidak bisa dipungkiri rasa senangnya bisa bertemu kembali dengan wanita yang dicintainya itu. Tapi raut wajahnya berubah lagi ketika melihat belanjaan Alika yang berisi susu ibu hamil. Danish seketika teringat kalau wanita dihadapannya itu adalah istri orang.
"Kau sedang hamil?" Tanya Danish
"Iya mas, baru jalan lima belas minggu. Oh iya mas saya minta nomor rekeningnya. Nanti saya transfer untuk ganti yang tadi." Ucap Alika
"Emm nggak usah diganti nggak papa. Nggak seberapa kok."
"Hmm makasih ya mas, saya duluan ya soalnya sudah janjian dengan dokter kandungan."
"Sebentar, Kau kan sedang hamil mau cek ke dokter. Suamimu nggak menemani?"
"Hmm kebetulan dia sibuk mas. Tapi biasanya ditemenin kok. Yaudah saya duluan ya mas." Alika pergi masuk kedalam mobilnya dimana sopir pribadi utusan suaminya sudah menunggu.
Danish menatap intens kepergian Alika. Dia merasa ada yang aneh dengan wanita itu. Dari jawaban yang dia berikan seakan ada sesuatu dibaliknya. Apalagi raut wajahnya seperti menutupi kesedihan saat ditanya tentang suaminya. Badan Alika pun terlihat lebih kurus dari sebelum menikah.
"Apa kau tidak bahagia dengan pernikahanmu Al? Aku akan mencari tahu semuanya." Gumam Danish.
Danish pun dengan cepat mengikuti kemana perginya Alika. Tujuan pertama memang wanita itu berhenti di sebuah rumah sakit. Melihat wanitanya berjalan sendirian memasuki rumah sakit dalam kondisi hamil, membuat Danish ingin sekali menggantikan posisi suami Alika.
Satu jam menunggu akhirnya Alika keluar dari rumah sakit dan langsung pergi dari sana. Danish terus mengikutinya sampai mobil yang diikutinya masuk ke halaman sebuah rumah besar. Danish turun dari mobilnya ingin melihat kondisi dan situasi dirumah Alika.
"Surprise, Happy birthday." Seru beberapa orang yang keluar dari dalam rumah menyambut Alika. Mereka adalah paman dan bibi Alika, Alvino (suaminya) juga kedua mertuanya.
Alvino membawa bucket bunga besar yang langsung diberikan pada Alika. Ada sebuah kue tart juga yang dibawa oleh ibu mertua Alika. Alika langsung meniup lilin itu. Dia mendapatkan pelukan dan ciuman manis di keningnya dari suaminya.
"Semoga ini tulus bukan hanya sandiwaramu saja mas Alvino." Batin Alika yang melihat sikap suaminya begitu manis. Berbanding terbalik saat tidak ada keluarganya ataupun mertuanya disana.
Danish menyaksikan semua itu. Dia melihat sosok suami Alika yang penyayang dan sepertinya Alika juga terlihat bahagia. Dia pun segera pergi meninggalkan tempat kembali ke mobilnya.
"Kau tidak boleh bersedih seperti ini. Kau tidak boleh egois. Alika sudah bahagia dengan suaminya. Apalagi dia sedang mengandung. Kau harusnya ikut senang. Buang perasaanmu ini jauh-jauh, buang Danish." Ucap Danish pada dirinya sendiri.
Berbanding terbalik dari apa yang dikira oleh Danish. Sebenarnya Alika tidak pernah bahagia dengan pernikahannya. Alvino hanya baik kepada Alika ketika ada orang tuanya saja. Selebihnya sang suami hanya baik saat ingin tidur dengannya.
Memang untuk kebutuhan finansial Alika sangat tercukupi bahkan lebih. Apapun yang dia inginkan Alvino bisa menurutinya. Hanya satu yang tidak bisa suaminya itu berikan, yaitu cintanya. Bahkan saat ditanya apa alasannya, secara terang-terang Alvino menjawab. Cintanya itu hanya untuk Violla. Wanita yang pernah menjadi kekasihnya dua tahun yang lalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments