Terjerat Cinta Mantan
"Duh, panas banget ya," Irene mengusap keringat yang ada di keningnya.
Siang ini, Irene masih berada di jalan raya . Keringatnya sudah mulai bercucuran membasahi tubuhnya. Terik matahari siang ini begitu sangat menyengat. Membuat wajah putih Irene sedikit menghitam.
Sudah sejak kemarin Irene mencari pekerjaan. Namun sampai saat ini, belum ada satupun kantor yang mau menerima Irene.
Irene sejak tadi masih mengusap-usap keringat yang ada di keningnya. Rasa haus sudah mulai menggerogoti tenggorokannya. Setelah berjalan cukup lama, Irene kemudian menghentikan langkahnya. Dia merogoh uang yang ada di dalam sakunya.
"Uangku tinggal segini, cuma cukup untuk beli air putih sama roti saja." Irene menatap uang sisa yang ada di genggaman tangannya.
Irene kemudian menatap kesekeliling. Pandangannya tertuju pada sebuah warung makan.
"Mungkin di warung itu jualan air mineral," ucap Irene.
Irene kemudian melangkah ke arah warung makan itu. Namun dia terkejut, saat mendengar suara klakson mobil yang sangat keras di belakangnya.
Tin tin tin...
Irene menoleh ke belakang. Dia sangat kesal dengan pemilik mobil itu.
"Kenapa sih tuh orang. Bunyiin klakson keras banget. Emang dia fikir aku tuli apa. Ngeselin banget sih...!" gerutu Irene.
Mobil itu masih melaju pelan ke arah Irene. Dengan sekejap, mobil itu sudah berada di samping Irene berdiri.
Irene menatap lekat seorang lelaki yang berada di dalam mobil itu. Dia menatap dengan seksama lelaki itu.
'Siapa lelaki ini, Sepertinya aku pernah melihatnya,' gumam Irene sembari memperhatikan wajah lelaki yang ada di dalam mobil itu. Lelaki yang tidak asing lagi untuknya.
Lelaki berkaca mata hitam itu, juga sama terkejutnya saat melihat Irene. Dia masih saja menatap Irene. Sejenak Irene dan lelaki itu saling menatap.
"Irene," gumam lelaki itu setelah mengenali wanita yang ada di tepian jalan itu.
Dia kemudian membuka kaca mata hitamnya. Irene terkejut saat melihat siapa lelaki itu.
'Mas Ifan,' batin Irene.
Irene tidak bisa berkata-kata lagi saat melihat lelaki tampan itu. Ifan lelaki yang sudah lama sekali menghilang dari kehidupannya. Lelaki yang sudah pernah singgah dihatinya. Dia adalah Ifan mantan suami Irene.
Setelah mengenali Irene, Ifan kemudian buru-buru turun dari mobilnya. Dia kemudian melangkah mendekat ke arah Irene.
"Iren," ucap Ifan.
Irene hanya bisa diam. Dia masih terpaku menatap sosok lelaki tampan yang sudah berdiri di depannya.
Ifan sekarang sudah sangat berubah. Jauh berbeda dari Ifan yang dulu Irene kenal. Ifan sekarang sudah menjadi orang sukses, punya mobil mewah, rumah mewah, dan dia juga sudah bisa membangun perusahaan sendiri.
Dari hasil kerja kerasnya, dia sekarang jauh lebih sukses dari pada ke dua orang tua Irene yang dulu sempat menghinanya.
"Mas Ifan," gumam Irene.
"Irene. Sudah lama banget ya kita nggak ketemu," ucap Ifan.
Irene hanya tersenyum.
"Iya Mas. Apa kabar?" tanya Irene.
"Kabarku alhamdulillah baik. Bagaimana kabar kamu Ren?"
"Baik juga Mas."
"Oh iya. Kamu mau ke mana? kok kamu jalan kaki aja?" tanya Ifan.
Irene yang ditanya hanya diam. Sebenarnya dia malu saat bertemu kembali dengan Ifan. Dia masih ingat betul bagaimana dulu ke dua orang tuanya sempat memperlakukan Ifan dengan buruk.
"Ren, hello...! kamu kenapa? kok malah bengong."Ifan melambaikan tangannya di depan wajah ayu Irene.
"Eh, Mas."
Ifan tersenyum.
"Heem... aku tahu. Kamu pasti terpesonakan saat melihat
aku?" Ifan sudah menyilangkan tangannya di dadanya.
"Ap- apa?" Irene tergagap. Dia tampak salah tingkah.
"Nggak, siapa juga yang terpesona sama kamu," ucap Irene.
Terpesona? mungkin saja Irene terpesona sama Ifan. Karena penampilan Ifan sekarang jauh lebih keren dari pada penampilannya yang dulu.
"Irene. Kamu kenapa bawa-bawa berkas seperti itu?" Ifan menatap sesuatu yang Irene pegang.
"Oh, ini Mas. Sebenarnya, aku mau cari kerja. Tapi, sejak tadi pagi, muter-muter belum nemu-nemu juga pekerjaan yang cocok."
Ifan hanya manggut-manggut.
"Oh. Kenapa kamu mau cari kerja?" tanya Ifan.
Irene diam. Dia tidak langsung menjawab pertanyaan Ifan. Irene tidak mungkin cerita tentang masalah rumah tangganya pada Ifan. Karena Ifan sekarang bukan siapa-siapanya lagi. Dan mereka juga baru dipertemukan lagi setelah delapan tahun terpisah.
Ifan tiba-tiba saja sudah membuka pintu mobilnya. Dia kemudian meminta Irene untuk masuk ke dalam mobilnya.
"Masuk," ucap Ifan.
Irene bingung dengan sikap Ifan. Apa sebenernya mau Ifan.
"Untuk apa?"
"Aku akan antarkan kamu. Kamu mau ke mana?"
"Apa?"
"Jangan salah paham dulu. Aku cuma mau ngantar kamu aja. Aku nggak tega kalau melihat kamu jalan kaki panas-panasan begini," ucap Ifan.
"Maaf Mas. Aku bisa jalan sendiri. Aku nggak mau ngerepotin kamu Mas."
"Oh, Ren. Jangan sungkan gitu Ren. Aku sama sekali nggak merasa direpotin kok. Kamu tenang aja."
"Maaf Mas. Tapi aku nggak mau ikut sama kamu."
"Kenapa? kamu takut, jatuh cinta lagi sama aku?" goda Ifan dengan senyuman manis diwajahnya.
Irene membelalakkan matanya. Dia tidak menyangka mantan suaminya akan mengatakan hal itu.
"Kamu ngomong apa sih Mas? Sekarang aku sudah punya suami. Dia lelaki yang sangat baik. Dan aku sangat mencintai dia Mas. Jadi, untuk apa aku jatuh cinta lagi sama kamu. Itu tidak mungkin Mas." Irene tampak kesal. Padahal Ifan hanya bercanda saja.
Ifan hanya menanggapi kekesalan Irene dengan santai.
"Hehe... Aku cuma bercanda Ren. Nggak usah di masukan hati. Maaf ya." Ifan menatap Irene lekat.
Irene hanya mengangguk.
"Sekarang kamu mau ke mana? biar aku antar kamu. Kamu nggak usah nggak enak begitu sama aku. Anggap saja aku ini sahabat kamu," ucap Ifan yang masih membujuk Irene untuk masuk ke dalam mobilnya.
Sebenernya niat Ifan baik. Dia tidak tega melihat Irene kepanasan dan jalan kaki. Kelihatannya Irene juga sudah kelelahan. Dia ingin mengantar Irene pulang ke rumahnya.
Irene sejak tadi masih diam. Sepertinya dia masih bimbang untuk ikut dengan Ifan mantan suaminya.
Irene tidak enak jika harus satu mobil dengan Ifan. Dia takut, bagaimana jika sampai ada orang yang melihatnya semobil dengan Ifan. Irene tidak mau ada yang salah paham sama mereka.
Namun di sisi lain,Irene sudah merasa lelah. Karena sudah sejak tadi pagi dia muter-muter mencari pekerjaan. Namun hasilnya nihil. Dia belum juga mendapatkan pekerjaan.
"Aku mau pulang aja Mas, aku udah capek," ucap Irene yang akhirnya menyetujui untuk pulang bareng Ifan.
"Ya udah. Aku antar kamu pulang. Ayo masuk...!" pinta Ifan.
Irene mengangguk. Setelah itu dia masuk ke dalam mobil Ifan. Begitu juga dengan Ifan yang mengikuti Irene masuk ke dalam mobil.
Setelah mereka berdua sudah memasuki mobil, Ifan dan Irene kemudian meluncur pergi meninggalkan tempat itu.
Beberapa saat, Irene dan Ifan saling diam. Mereka masih menatap ke depan. Mereka masih di sibukan dengan fikiran mereka masing-masing.
"Kamu udah makan Ren?" tanya Ifan.
"Aku belum makan Mas, tapi aku masih kenyang."
"Gimana kalau kita makan dulu. Kamu mau?"
"Nggak usah Mas. Aku mau langsung pulang aja."
Ifan diam. Dia tahu kalau wanita yang sekarang ada di sampingnya itu sedang kelelahan. Wajah Irene juga terlihat pucat.
Kriuuuk...
Irene memegangi perutnya. Sepertinya rasa lapar sudah tidak bisa lagi dia tahan.Namun, dia tidak mungkin menerima begitu saja ajakan Ifan untuk makan siang bersama.
"Tuh kan, dengarkan. Cacing kamu juga sudah kelaparan. Aku tahu kalau kamu lapar. Gimana kalau kita mampir ke cafe dulu. Kita makan siang dulu."
Irene lagi-lagi diam. Dia bingung untuk menerima ajakan Ifan.
"Maaf Mas, aku nggak mau merepotkan kamu. Aku mau pulang aja dan makan di rumah."
"Ren. Kamu mau cari pekerjaan kan?" tanya Ifan.
"Iya Mas."
"Aku bisa kok, cariin kamu kerjaan."
Irene tersenyum. "Benar Mas, kamu bisa carikan aku kerjaan?"
Ifan mengangguk."Iya. Kamu mau kerja apa?"
"Apa aja Mas. Aku udah capek banget soalnya. Dari kemarin nyari kerjaan nggak ketemu-ketemu juga."
"Ya udah. Kita bicarakan ini sambil makan aja ya."
Irene akhirnya mau menerima tawaran Ifan.
Ifan kemudian mengajak Irene ke cafe untuk makan siang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Nani kusmiati
mampir nih author langsung masuk vaforit,menarik ceritanya,lanjut 👍🏻👍🏻👍🏻
2022-10-29
1