Menerima tawaran Ifan.

Sejak tadi, Irene masih mondar-mandir di kamarnya sembari menatap kartu nama pemberian Ifan. 

'Apa aku terima aja ya kerjaan dari Mas Ifan. Dan Mas Irwan tidak perlu tahu aku kerja di mana dan sama siapa,' batin Irene. 

Beberapa saat kemudian, Irwan membuka pintu kamar mandinya. Dia masih melilitkan handuk di pinggangnya. 

Irene terkejut saat melihat suaminya. Irene buru-buru menyembunyikan kartu nama pemberian dari Ifan.

"Kamu kenapa sayang? dari tadi, seperti orang bingung?" Irwan menghampiri istrinya dan menatap lekat istrinya.

"Oh. Aku nggak apa-apa. Kamu udah selesai ya mandinya?" tanya Irene.

Irwan hanya mengangguk. Dia melangkah mendekat ke arah lemari, untuk mengambil bajunya.

Irwan berganti baju, sementara sejak tadi, Irene masih melamun.

"Kamu dari mana saja tadi siang sayang?" tanya Irwan menatap tajam istrinya.

"Oh, aku nggak dari mana-mana kok." Irene tampak gugup.

"Apa yang kamu pegang?" 

" Oh, bukan apa-apa Mas. Kertas nggak penting kok." 

Irene buru-buru berdiri. 

"Kamu pasti belum makan kan Mas. Biar aku masakin buat kamu ya?" 

Irwan hanya mengangguk. Setelah itu, Irene segera melangkah ke luar dari kamarnya. Dia kemudian menuju ke dapur untuk memasak. 

Sejak tadi pagi, Irene belum sempat memasak. Karena dia harus pergi ke luar untuk mencari kerja. 

*

Malam ini, Irene masih berkutat di dapur. Sementara Irwan sudah berdiri di belakangnya. 

"Ren. Kamu jangan bohong sama aku. Kamu dari mana aja tadi pagi?"

Irene membalikkan tubuhnya dan menghadap ke arah suaminya. 

"Maaf Mas. Tadi pagi, sebenarnya aku lagi nyoba nyari kerja."

"Apa...! nyari kerja? bukankah aku sudah bilang. Kamu jangan kerja Ren. Kamu di rumah aja. Biar aku yang nyari nafkah. Karena mencari nafkah itu udah menjadi kewajiban aku."

"Tapi aku lama-lama di rumah nggak betah Mas. Aku ingin cari pengalaman, sekalian ingin membantu perekonomian keluarga. Tolong ya Mas. Izinkan aku untuk kerja? aku janji, setelah nanti aku punya anak, aku akan diam saja di rumah ngurus anak." 

Irwan diam. Sejak kemarin Irene memang selalu memohon-mohon agar Irwan mau mengizinkannya kerja. 

"Sebenarnya aku nggak setuju kalau kamu kerja Ren. Tapi, kalau memaksa terus seperti ini, aku bisa apa. Aku cuma ingin kamu bahagia Ren. Kalau kamu ingin kerja, aku akan izinkan kamu kerja Ren."

Irene tersenyum dan langsung memeluk suaminya. 

"Makasih banget ya Mas, kamu udah mau ngizinin aku kerja."

"Iya. Tapi ada syaratnya Ren." Irwan melepaskan pelukannya.

"Apa Mas?" tanya Irene.

"Kamu janji ya, kamu harus bisa membagi waktu di antara melayani suami kamu dan kerjaan kamu."

"Iya Mas. Aku janji, aku tidak akan pernah menelantarkan kamu." 

Irwan tersenyum dan langsung mengecup kening Irene.Setelah itu Irwan duduk di ruang makan untuk menunggu istrinya memasak.

Sejak Irwan dipecat dari pekerjaannya di kantor, Irwan sekarang beralih menjadi seorang sopir.

Irene bingung. Karena gaji Irwan yang sekarang, tidak bisa untuk mencukupi semua kebutuhannya. Termasuk bayar cicilan mobil dan rumah. Makanya, Irene berinisiatif untuk mencari kerja, untuk membantu perekonomian keluarga.

**** 

Malam ini, Irwan sudah tampak nyenyak. Sementara Irene masih berada di ruang keluarga. Dia sejak tadi, masih ragu untuk menelpon Ifan. 

"Telpon, nggak, telpon, nggak..." sejak tadi, Irene hanya bisa menghitung kancing bajunya bolak balik. 

"Telpon aja deh," ucap Irene. 

Irene kemudian meraih ponselnya dan menekan nomer Ifan. 

Tut...Tut...tut...

"Duh, kok nggak di angkat sih. Apa dia udah tidur ya?" gumam Irene.

Irene kemudian menekan nomor Ifan sekali lagi. 

"Halo..." suara lelaki dari balik telepon sudah menggetarkan tubuh Irene. 

Entah kenapa tubuh Irene mendadak kaku saat mendengar suara Ifan. Irene hanya bisa diam mematung. Dia gugup dan tidak tahu apa yang harus dikatakannya pada Ifan.

"Halo... dengan siapa ini?" 

"Ha...halo..." 

"Halo..."

"Ini benar dengan Mas Ifan ya?" 

"Oh, Ini Iren ya."

"Oh, iya Mas. Maaf ya. Kalau malam-malam udah ganggu kamu. Udah tidur ya?"

"Oh, belum kok. Aku masih kerja."

"Malam-malam gini masih kerja?" 

"Hehe... maksud aku kerja di rumah sayang."

"Apa? sayang?" 

"Ups, maaf Ren. Keceplosan. Ada apa Ren? kamu kangen ya, atau kamu mau temani aku begadang malam ini?"

"Duh, kamu bicara apa sih Mas. Aku cuma mau..." 

Iren diam. 

"Kenapa Ren? kok kamu diam aja. Sakit gigi ya. Atau sariawan?" 

"Mas, jangan bercanda terus deh. Aku mau seriusan nih."

"Serius apa?" 

"Setelah aku pikir-pikir, aku mau deh Mas, kerja ama kamu. Soalnya, sejak kemarin aku belum juga dapat kerjaan."

"Oh, itu. Ya udah, kamu datang langsung aja ke kantor. Kamu bisa langsung kerja besok."

"Tapi, aku nggak mau kerja di kantor kamu Mas."

"Lho. Kok gitu?"

"Aku nggak mau jadi OB atau sekretaris pribadi kamu. Aku lebih milih jadi pengasuh anak kamu aja Mas," 

"Oh ya? hehe... boleh. Boleh banget kalau itu. Kamu bisa langsung datang ke rumah aku besok pagi."

"Tapi, aku mau pulang pergi aja Mas. Nggak mau nginep."

"Oh, oke. Kebetulan, pengasuh Alma juga sedang cuti. Dan entah kapan dia akan kembali."

"Iya Mas. Aku cuma mau bicara itu aja kok. Udah malam Mas. Aku tutup dulu ya telponnya. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam." 

Irene kemudian menutup saluran telponnya. Dia tidak mau ketahuan Irwan, kalau dia diam-diam menelpon mantan suaminya dan meminta kerjaan padanya.

***

Ifan sejak tadi masih senyum-senyum sendiri. Entah kenapa, sejak bertemu kembali dengan mantan istrinya, Ifan berasa lebih bahagia saja. 

"Iren Iren, kamu itu masih cantik, sama seperti dulu. Nggak ada yang berubah dari kamu sayang. Begitu juga cinta aku. Walau aku sudah punya istri dan anak, tapi di lubuk hatiku yang terdalam, aku masih sangat mencintai kamu sayang." 

Ifan kemudian meletakan ponselnya kembali di atas meja. Dia kemudian melangkah ke luar menuju kamar anaknya. Dia membuka pintu kamar Alma. Anak perempuan yang sekarang sudah genap enam tahun. 

Alma saat ini, sudah terlelap. Ifan melangkah dan duduk di sisi ranjang Alma. 

"Nyenyak banget tidur kamu sayang," ucap Ifan. 

Dia kemudian menyelimuti tubuh Alma dan mencium keningnya. 

Sejak kepergian istrinya enam tahun yang lalu, Ifan hanya tinggal sendiri bersama Alma. 

Weni istri Ifan meninggal sejak melahirkan Alma. 

Sejak saat itu, Weni sudah tidak punya orang tua. Orang tuanya sudah meninggal. Dia anak tunggal dari seorang pengusaha besar. Dan orang tuanya sudah mewariskan perusahaan dan rumah mewah untuk Weni yang sekarang ditinggali oleh Ifan dan Alma.

 Berkat kerja keras Ifan selama enam tahun ini, Ifan sudah bisa membangun perusahaan Weni menjadi perusahaan besar yang cabangnya pun ada di mana-mana.

Dan harta yang Ifan punya saat ini, adalah harta peninggalan mertua dan istrinya yang sekarang sudah meninggal. Ifan bisa seperti sekarang karena Weni ibunya Alma. Dan Ifan sangat menyayangi Alma. Dia sangat menjaga sekali anak kesayangannya itu.

"Tidur yang nyenyak sayang. Besok, papa akan kenalkan kamu sama Mbak baru pengganti Mbak Intan. Papa yakin, kalau Mbak baru kamu nanti, akan sayang sama kamu, lebih sayang dari Mbak Intan," ucap Ifan. 

Ifan bangkit berdiri. Dia kemudian pergi meninggalkan Alma di kamarnya. Ifan menuju ke kamarnya sendiri. 

Sesampai di kamarnya, Ifan kemudian membaringkan tubuhnya. Dia mencoba untuk memejamkan matanya dan tidur.

Terpopuler

Comments

tina syam

tina syam

istigfar woeee bangg.. istri org ituhh 😅

2024-09-24

0

lihat semua
Episodes
1 Awal mula
2 Makan siang
3 Menerima tawaran Ifan.
4 Anak cantik
5 Ada apa dengan Irene
6 ke rumah sakit
7 Siuman
8 Pergi ke panti
9 Suami posesif
10 Saran dari Ifan
11 Kemarahan Irwan
12 Rencana Irene.
13 Kedatangan orang tua Irene
14 Menjemput Alma
15 Makan siang di luar
16 Kedatangan Fatma
17 Ke rumah sakit
18 Tak mudah percaya
19 Kenalan
20 Calon istri untuk Ifan
21 Alma demam
22 Janda cantik
23 Ke rumah sakit.
24 Jadilah Mama aku!
25 Makan bareng.
26 Tatapan yang berbeda
27 Kemarahan Bu Atik
28 Di usir
29 Perkelahian di tengah hujan
30 Nyaman ke yang lain
31 Pingsan
32 mengantar pulang
33 Tiba-tiba di cerai
34 Melamar Ajeng.
35 Masa lalu yang menyakitkan
36 Melabrak Ajeng
37 Menemui Irwan
38 Bertemu Alma di jalan
39 Kedatangan Widi ke kantor
40 Impian Alma
41 Kemarahan Ifan
42 Sakit
43 Tenggelam
44 Kekhawatiran Irene.
45 Surat cerai
46 Iba dengan mantan istri
47 Rasa yang masih sama
48 Pernikahan Irwan
49 Pembelaan Ifan
50 Dilamar
51 Tangisan Alma.
52 Kedatangan Alma ke rumah Indah
53 Nasib Ajeng
54 Keanehan Teguh
55 Suami pembohong
56 Balon untuk Alma.
57 Tak nyaman
58 Terkurung di dalam kamar mandi
59 Kepulangan Teguh.
60 Lelaki egois
61 Hamil
62 Rencana Irene
63 Pertemuan dua keluarga
64 Muak
65 Perubahan istri ku
66 Terlalu sakit hati Indah
67 Tak punya nyali
68 Keputusan Teguh
69 Pernikahan Ifan dan Irene (end)
70 Promo novel
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Awal mula
2
Makan siang
3
Menerima tawaran Ifan.
4
Anak cantik
5
Ada apa dengan Irene
6
ke rumah sakit
7
Siuman
8
Pergi ke panti
9
Suami posesif
10
Saran dari Ifan
11
Kemarahan Irwan
12
Rencana Irene.
13
Kedatangan orang tua Irene
14
Menjemput Alma
15
Makan siang di luar
16
Kedatangan Fatma
17
Ke rumah sakit
18
Tak mudah percaya
19
Kenalan
20
Calon istri untuk Ifan
21
Alma demam
22
Janda cantik
23
Ke rumah sakit.
24
Jadilah Mama aku!
25
Makan bareng.
26
Tatapan yang berbeda
27
Kemarahan Bu Atik
28
Di usir
29
Perkelahian di tengah hujan
30
Nyaman ke yang lain
31
Pingsan
32
mengantar pulang
33
Tiba-tiba di cerai
34
Melamar Ajeng.
35
Masa lalu yang menyakitkan
36
Melabrak Ajeng
37
Menemui Irwan
38
Bertemu Alma di jalan
39
Kedatangan Widi ke kantor
40
Impian Alma
41
Kemarahan Ifan
42
Sakit
43
Tenggelam
44
Kekhawatiran Irene.
45
Surat cerai
46
Iba dengan mantan istri
47
Rasa yang masih sama
48
Pernikahan Irwan
49
Pembelaan Ifan
50
Dilamar
51
Tangisan Alma.
52
Kedatangan Alma ke rumah Indah
53
Nasib Ajeng
54
Keanehan Teguh
55
Suami pembohong
56
Balon untuk Alma.
57
Tak nyaman
58
Terkurung di dalam kamar mandi
59
Kepulangan Teguh.
60
Lelaki egois
61
Hamil
62
Rencana Irene
63
Pertemuan dua keluarga
64
Muak
65
Perubahan istri ku
66
Terlalu sakit hati Indah
67
Tak punya nyali
68
Keputusan Teguh
69
Pernikahan Ifan dan Irene (end)
70
Promo novel

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!