Pagi ini, Irene sudah siap berangkat ke rumah Ifan.Dia sudah rapi, dengan baju ala orang kantor. Dia ingin Irwan tidak curiga, kalau Irene sekarang kerja jadi seorang pengasuh di rumah mantan suaminya.
Sejak tadi, Irene masih berdiri di depan cermin riasnya. Dia masih menyisir rambut panjangnya. Setelah rapi, Irene buru-buru mengambil tas kecil yang biasa dibawanya.
Irene pergi melangkah ke luar dari kamarnya. Dia menuju ke depan rumahnya. Dia tersenyum saat melihat Irwan. Buru-buru, Irene mendekat ke arah Irwan.
"Mas Irwan," ucap Irene.
Irwan tersenyum dan menatap lekat istrinya, yang pagi ini sudah kelihatan sangat cantik.
"Kamu cantik banget. Udah rapi dan wangi lagi. Udah mau berangkat?" tanya Irwan.
Irene mengangguk. "Iya Mas."
Irwan membelai lembut rambut panjang Irene.
"Iren. Aku mau latihan jalan, agar aku bisa cari kerja lagi. Aku ingin kehidupan kita seperti dulu lagi. Kita bisa membayar cicilan mobil dan rumah. Aku ingin, kerja di kantor lagi. Aku juga ingin mendapatkan posisi bagus lagi seperti dulu," ucap Irwan penuh semangat.
Irene memegang bahu suaminya.
"Aku akan selalu mendukung kamu Mas. Aku juga akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu Mas."
"Makasih ya sayang."
Irwan mengecup puncak kepala Irene. Setelah itu, Irene mencium punggung tangan suaminya.
"Aku pergi dulu ya Mas."
"Iya sayang. Hati-hati di jalan."
Setelah berpamitan dengan suaminya, Irene kemudian melangkah pergi meninggalkan rumahnya. Dia melangkah ke jalan raya untuk menunggu taksi di sana.
Beberapa saat kemudian, taksi pun berhenti tepat di depan Irene. Irene langsung naik taksi dan dia lekas meluncur ke arah rumah Ifan dengan taksi.
****
Setelah Irene pergi meninggalkan
rumah, tiba-tiba Irwan terpaku pada sosok cantik yang berdiri di teras rumah sebelah.
Irwan yang merasa penasaran, segera melangkah ke arah di mana wanita itu berdiri.
"Hai..." Sapa Irwan.
Wanita cantik itu menoleh ke arah Irwan.
"Hai." Dia tersenyum menunjukan gigi putihnya.
"Kamu ngapain di sini?" tanya Irwan.
"Oh, aku baru Mas, tinggal di sini."
"Oh, ternyata tetangga baru?"
"Iya Mas."
Sejak tadi, Irwan masih menatap wanita yang ada di depannya. Wanita cantik, bertubuh tinggi dan dia tampak masih muda. Mungkin usianya lebih muda dari Irene.
"Oh iya. Kenalkan, aku Irwan. Dan aku pemilik rumah ini."
"Oh, hehe... jadi kita tetanggaan ya. Namaku Ajeng Mas."
Ajeng dan Irwan kemudian bersalaman.
"Oh iya Jeng. Ngomong-ngomong, kamu di sini tinggal sama siapa?" tanya Irwan.
"Aku tinggal sama anak aku aja Mas. Kebetulan, aku baru cerai dari suami aku. Aku mau nyoba hidup mandiri bersama anak aku di sini."
"Oh..." Irwan manggut-manggut tampak mengerti.
"Jadi kamu single parents? berapa umur anak kamu?" tanya Irwan.
"Em, empat tahun Mas."
"Oh..."
"Dan Mas sendiri ngapain di sini dan tinggal sama siapa?"
"Sama istri aku."
"Oh. Anaknya udah berapa?"
Wajah Irwan berubah saat di tanya soal anak.
"Aku belum punya anak," jawab Irwan.
"Oh, aku fikir udah punya anak satu gitu."
"Yah, harusnya sih iya. Karena pernikahan aku dan istriku saja, sudah menginjak tujuh tahun. Tapi kami belum di karuniai seorang anak."Irwan tampak sedih.
"Ups. Maaf Mas, saya nggak ada maksud membuat Mas sedih."
"Nggak apa-apa. Santai aja."
****
Saat ini, taksi yang Irene tumpangi sudah sampai di depan rumah Ifan. Dia kemudian turun dari taksi setelah membayar ongkos taksi.
Irene melangkah masuk ke dalam gerbang rumah Ifan.
"Selamat pagi Mbak Iren !"sapa Pak Dito
"Pagi. Pak Ifannya ada di dalam?" tanya Irene.
"Ada. Sepertinya dia lagi sarapan."
"Aku ke sana dulu ya."
"Iya Mbak."
Irene melangkah ke teras depan rumah Irwan. Dia mengetuk pintu rumah Irwan. Beberapa saat kemudian, Irwan membuka pintu rumahnya. Dia keluar bersama Alma putrinya.
Alma langsung memeluk Irene.
"Tante..."
Irene melepas pelukan Alma.
"Sayang. Udah siap?" tanya Irene.
"Udah dong Tante."
Ifan,Irene, dan Alma kemudian masuk ke dalam mobil. Setelah itu, mereka pergi meninggalkan rumah.
Ifan dan Irene sejak tadi, masih menatap ke depan. Tidak ada yang saling bicara diantara mereka. Sejak tadi, hanya Alma yang berceloteh sendiri menceritakan bagaimana pengalaman dia sewaktu di sekolah.
Ifan dan Irene hanya bisa menjadi pendengar yang baik saja untuk Alma.
Sudah tiga bulan Irene kerja di rumah Ifan. Dan selama itu, dari keluarga Irene, tidak ada yang tahu kalau ternyata Irene kerja di rumah mantan suaminya.
"Gimana kondisi suami kamu Ren?" tanya Ifan membuka percakapan.
"Suami aku, Alhamdulillah baik Mas," jawab Irene.
"Oh, syukurlah kalau begitu. Dia udah bisa jalan?"
"Sedikit-sedikit Mas. Yah, walaupun jalannya harus pakai tongkat," jelas Irene.
"Ya syukurlah kalau begitu Ren. Aku doakan agar suami kamu bisa cepat sembuh dan bisa cepat kembali kerja."
"Iya Mas."
Sesampai di depan gerbang sekolah, Ifan menghentikan laju mobilnya.
Alma dan Irene kemudian turun dari mobil. Sebelum masuk ke dalam sekolah, Alma mencium punggung tangan Ifan dan berpamitan dulu pada Ifan.
"Ayah. Aku masuk dulu ya," ucap Alma
"Hati-hati ya sayang. Baik-baik ya sama Tante Iren. Jangan nakal!"
"Iya Papa."
Irene menggandeng Alma dan masuk ke dalam sekolah. Sementara Ifan, melajukan mobilnya kembali meninggalkan sekolah anaknya.
****
Siang ini, Ifan sudah duduk di kursi kebesarannya. Dia sejak tadi masih serius dengan pekerjaannya.
Ring ring ring...
Suara deringan ponsel Ifan, mengejutkan Ifan. Ifan segera mengangkat telpon.
"Halo Bu..."
"Halo Fan. Nanti malam, kamu bisa nggak Fan ke rumah ibu? Ada sesuatu yang mau ibu tunjukan ke kamu."
"Kalau nanti malam, sepertinya Ifan nggak bisa Bu. Kerjaan Ifan aja masih banyak di kantor."
"Ya udah. Nanti malam minggu aja ya kamu ke sini. Sekalian bawa Alma juga. Ibu kangen sama Alma. Sudah lama kan Alma dan kamu nggak main ke sini."
"Iya Bu iya. Nanti aku ke rumah ibu ya. Malam minggu ya Bu."
"Iya Fan. Maaf ya kalau ibu sudah ganggu."
"Iya Bu. Nggak apa-apa. Aku lanjutin kerja lagi ya Bu."
"Iya Fan."
Setelah bertelponan dengan ibunya, Ifan menghentikan aktifitasnya.
"Udah siang. Aku harus jemput Irene dan Alma ke sekolah. Irene kan masih baru kerja di rumah aku. Nggak mungkinlah, aku membiarkan mereka pulang naik taksi. Untuk sementara aku akan antar jemput mereka," ucap Ifan.
Setelah itu, Ifan menutup layar monitornya. Ifan kemudian melangkah ke luar dari ruangnya. Dia pergi ke arah parkiran untuk mengambil mobilnya.
Ifan masuk ke dalam mobil dan meluncur pergi meninggalkan kantor untuk menuju ke sekolah Irene.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments