Irene dan Fatma sekarang sudah duduk di ruang tengah. Sejak tadi mereka masih bercakap-cakap di ruang tengah. Irene menatap Fatma.
"Kakak kamu baru jatuh dari tempat tidur tadi," ucap Irene tiba-tiba.
Fatma terkejut mendengar ucapan Irene. "Apa! Kakak aku baru jatuh dari kursi rodanya? kok bisa Kak?"
"Waktu Kakak lagi masak di dapur, Kakak kamu, memaksakan diri mau ambil minum. Tapi tangannya nggak nyampe dan terjatuh," jelas Irene.
"Duh, kasihan banget ya dia. Terus, kakak aku nggak apa-apa?" tanya Fatma khawatir.
"Dia nggak apa-apa. Kak Iren tadi udah bantuin kakak kamu naik ke atas tempat tidur lagi," jelas Irene.
"Aku mau ke kamar Kak Irwan. Boleh?" tanya Fatma.
"Boleh dong. Sekalian ajak kakak kamu itu ke sini. Dia kan belum sarapan."
"Oke Kak."
Fatma kemudian melangkah ke arah kamar kakaknya. Dia masuk ke dalam kamar Irwan. Irwan tampak masih menatap ke luar jendela.
"Kak," ucap Fatma.
Irwan menoleh ke arah adiknya.
"Fatma. Kamu cepat banget ke sini." Irwan tersenyum pada adiknya.
"Iya. Aku di suruh mama ke sini untuk ngantar kue."
"Oh. Gimana kabar mama dan papa? mereka sehat?" tanya Irwan.
"Iya Alhamdulillah. Mereka sehat Kak. Dan apa kakak tahu, bisnis kue mama sekarang sudah berkembang lho," ucap Fatma menuturkan.
"Oh iya?" Irwan ikut bahagia mendengarnya.
"Iya Kak. Dan sekarang mama jadi sibuk banget bikin kue untuk pesanan orang-orang. Jadi dia belum sempat nengok kakak ke sini."
"Syukurlah. Kakak ikut seneng dengarnya. Nggak apa-apa kalau mama memang lagi repot. Justru Kakak yang merasa ngerepotin kamu terus Fatma "
"Nggak apa-apa Kak. Aku nggak merasa direpotin kok. Kak Irwan kan Kakak aku. Jadi aku ikhlas batuin Kakak sampai Kakak sembuh. Tadinya sih mama pengin main ke sini. Tapi, dia belum sempat. Dia masih sibuk," ucap Fatma menjelaskan.
"Nggak apa-apa. Nanti mama suruh buka kios kue aja kalau kuenya udah laris manis." Irwan mengusulkan.
"Iya Kak. Kata mama juga gitu. Dia ingin buka kios di dekat keramaian gitu. Seperti di dekat pasar."
"Kalau itu sih, kakak dukung banget."
Irwan terlihat sangat bahagia saat mendengar adiknya bercerita tentang ibunya. Karena sejak Irwan lumpuh, Irwan tidak bisa lagi menengok ibunya.
Irwan saat ini juga kangen sama ke dua orang tuanya. Tapi sayang sekali, sekarang Irwan tidak bisa jalan. Jadi dia tidak bisa sering-sering menengok ke dua orang tuanya. Waktu dia masih sehat, Irwan seminggu sekali pasti ke rumah orang tuanya dan dia juga selalu mengajak Irene.
"Kata Kak Iren, kakak belum makan kan? sekarang kita makan yuk!"
"Iya."
"Aku bantuin kakak ya untuk naik ke kursi roda."
Irwan mengangguk. Fatma kemudian membantu Irwan untuk naik ke kursi roda. Setelah itu, dia mendorong Irwan sampai ke ruang makan.
****
Sarapan kali ini begitu hening. Irene, Irwan dan Fatma tidak ada yang saling bicara. Mereka masih menikmati makanannya. Hanya suara sendok saja yang sejak tadi terdengar saling bersahut-sahutan.
Fatma menatap Irene.
"Kak Iren mau kerja?" tanya Fatma.
Irene menggeleng.
"Nggak Fat. Kakak udah izin sama bos kakak, kalau hari ini kakak mau cuti dulu,"jawab Irene.
"Kenapa izin?"
"Kakak mau mengantar kakak kamu ke rumah sakit untuk kontrol kakinya."
"Oh. Aku boleh ikut nggak?" tanya Fatma.
"Boleh banget," jawab Irene.
Fatma menatap Irwan. Setelah lumpuh, berat badan Irwan jadi berkurang banyak. Irwan terlihat sangat kurusan. Mungkin sejak Irene tinggal kerja, Irwan jadi tidak ada yang ngurus. Dia juga tidak bisa mengurus dirinya sendiri. Fatma juga tidak mungkin telaten untuk mengurus kakaknya.
"Kak Irwan makan yang banyak Kak. Agar kakak bisa gemuk lagi seperti dulu. Yang aku lihat-lihat sekarang kakak jadi agak kurusan," ucap Fatma.
Irwan yang sedang menyuap sesendok nasi hanya mengangguk.
"Iya. Akhir-akhir ini Mas lagi nggak selera makan Fat," ucap Irwan di sela-sela kunyahannya.
"Oh gitu. Pantas aja, badan kakak jadi kurusan."
Setelah selesai sarapan , Fatma membantu Irene untuk membereskan meja makan. Setelah semua selesai, Irene dan Irwan kemudian bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit.
"Kita mau ke rumah sakit pakai apa? pakai mobil Kak Irwan atau pakai taksi aja!" tanya Fatma.
"Pakai mobil siapa yang mau nyetir Fat. Kak Irwan aja lagi sakit. Dan Kak Iren juga nggak bisa nyetir. Emang kamu bisa nyetir?" tanya Irene.
Fatma menyeringai.
"Nggak. Aku juga nggak bisa nyetir Kak."
Setelah semua siap, Irene, Fatma dan Irwan menunggu taksi di teras depan rumahnya.
"Kemana ya taksinya. Kok nggak datang-datang juga. Padahal kakak sudah pesan taksi dari tadi lho," ucap Irene.
Beberapa saat kemudian, sebuah taksi melaju ke halaman depan rumah Irwan. Seorang lelaki turun dari taksi. Sepertinya dia adalah sopir taksi yang sudah siap membantu Irwan naik ke dalam taksi.
"Pak, tolong bantu saya ya, untuk menaikan suami saya ke dalam taksi," ucap Irene.
"Baik Mbak."
Sopir taksi itu kemudian membantu Irwan untuk masuk ke dalam taksi.
Setelah Irene, Fatma dan Irwan masuk ke dalam taksi, taksipun kemudian melaju ke arah rumah sakit.
Sesampai di rumah sakit, Irwan, Fatma dan Irene turun. Mereka kemudian melangkah masuk ke dalam rumah sakit untuk memeriksakan kaki Irwan.
"Alhamdulillah, sebentar lagi Pak Irwan akan bisa jalan normal lagi. Asal, Pak Irwan rajin latihan jalan. Dan Pak Irwan juga tidak perlu menggunakan kursi roda lagi. Karena mulai saat ini, Pak Irwan sudah bisa jalan dengan tongkat," ucap dokter.
Fatma dan Irene saling menatap mendengar ucapan dokter. Mereka tampak sangat bahagia mendengar kabar baik dari dokter. Ternyata benar apa yang di katakan dokter. Kalau kelumpuhan Irwan itu hanya sementara.
"Yang benar Dok. Jadi suami saya akan bisa jalan lagi?" tanya Irene.
Dokter mengangguk.
"Iya. Ini cuma kelumpuhan sementara saja."
"Alhamdulillah. Kakak akan bisa jalan lagi Kak," ucap Fatma dengan mata yang berbinar-binar.
"Iya Fat," ucap Irwan.
"Dengarkan apa kata dokter Mas. Kamu akan bisa jalan lagi. Asal kamu mau giat latihan jalan. Dan sekarang kamu tidak perlu kursi roda lagi. Karena dokter sudah membolehkan kamu jalan pakai tongkat," ucap Irene.
Irwan hanya mengangguk. Rasanya dia sangat bahagia. Tidak sampai tiga bulan Irwan sudah akan bisa jalan lagi. Irwan bisa kerja lagi seperti dulu.
"Iya. Aku akan selalu semangat untuk latihan jalan."
"Baiklah kalau gitu. Saya akan memberikan resep untuk Pak Irwan ya."
Dokter kemudian menuliskan resep untuk ditebus di depan. Setelah selesai pemeriksaan, Irwan, Irene, dan Fatma melangkah ke luar dari ruangan dokter.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments